Setelah menikah, Shinta (26 Thn) dan Darto (28 Thn) tinggal di kos-kosan demi menghemat biaya agar mereka bisa segera membeli rumah. Kejadian ini dihari Minggu pagi, saat Darto belum juga bangun dari kasurnya padahal sudah jam 11:00.
Dua hari yang lalu Shinta pergi bekerja keluar kota, sehingga Darto leluasa melakukan apa saja yang dia mau. Shinta itu terkenal disiplin, cerewet dan kejam. Namun mudah takluk dengan rayuan Darto.
Tapi pada akhirnya dengkuran Darto terhenti ketika ada pesan yang masuk ke Handphonenya. “Sayang, 3 jam lagi aku sampai di kosan.” Pesan dari Shinta. Darto sontak lompat dari kasur dan terpeleset jatuh.
Berselang Lima menit, musik “Survivor-Eye of The Tiger” terdengar dari kamar Darto. Dia mulai mengumpulkan sprei, sarung bantal dan baju kotor lalu menghidupkan mesin cuci.
Tapi tak lama, tetangga Darto bernama RIO (21 Thn) keluar dari kosan dengan kantong matanya yang tebal dan hitam. Rio mengintip Dari jendela melihat Darto mengepel lantai sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya. Rio marah dan masuk kembali dengan membanting pintu kosan.
3 jam hampir berlalu. Makanan tersedia, Darto juga sudah mandi. Akhirnya Shinta tiba. “Welcome Home sayang…” Darto menyambut dengan manis.
“Jangan asal welcome-welcome aja nih, kamu udah beresin rumah belum?” Tanya Shinta sedikit sinis.
“Udah dong sayang… liat aja sendiri.”
Shinta melihat sekitar ruangan sambil mengatakan, “Bagus”.
Namun saat mereka mulai bermesraan, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Darto membukanya dan melihat ada Rio dengan wajah cengeng sedih. “Eh lo iok” Darto menyapa dan memperkenalkannya kepada Shinta “oh ya Sayang, ini Rio, tetangga baru disini.” “Ada apa iok?” tanya Darto.
Dengan memelas Rio berkata “Tolong saya mba, mas, nanti sore saya ada ujian semester, saya harus belajar.”
“Lo mau gua yang ajarin? Aduh iok, sorry… semenjak gua udah tau kalau banyak orang sukses gak ada sekolahnya, gua berhenti sekolah iok. Gua gak bisa ngajarin lo…”
“Bukan itu, saya sudah capek, mas.” Balas rio.
“lo mau bunuh diri? Jangan disini!”
“Bukan itu maksud saya” Rio berusaha menahan amarahnya. “Dalam sebulan ini, saya sudah 3 kali pindah kosan, kalian tau kenapa?” Shinta dan Darto mendengarkan dengan seksama sambil rangkulan manja sambil mengangguk.”
Lanjut Rio, “Di Kosan pertama saya, paginya ada orang ngeband, trus malamnya mereka main PS.” ”Dikosan kedua tetangga saya sexy banget, tapi dia Host Bigo yang sering live malam-malam. Gimana saya bisa belajar?!” Rio melanjutkan kegelisahannya. “Kalau dikosan ini…”
“Pastinya Aman dong.” Darto memotong.
“Tadinya, siang aman-aman aja.” Sahut Rio.
“Emang kalau malam kenapa?” Shinta tiba-tiba nyeletup.
Amarahnya Rio memuncak “Mba pakek acara pura-pura gak tau, padahal suara mba paling keras tadi malam. Pasti mba kan yang pukul-pukul dinding sama tampar-tampar pipi mas, Darto!? Tolong teriakannya dikurangin, mba.”
Seketika wajah Darto pucat pasi. Dengan rasa bingung Shinta berkata, “Tapi Saya baru datang dari luar kota.”
Tiba-tiba semua hening. Rio dan Shinta sedang berfikir, sedangkan Darto keringat dingin.
Rio tersadar dan pergi menutup pintu kamar Darto. “Saya permisi, maaf mengganggu.” Rio berlari ke kamarnya, mendengar suara pukulan.
Darto terlempar keluar, dengan wajah bonyok.
“Sayang ampun…” Darto memohon belas kasihan.
Rio memasang lagu dengan nyaring dan mematikan lampu kamar.