SENYUMIN AJA

Gua coba ramah ditulisan ini.

Sebelum cerita soal pengalaman paling berkesan, kita kenalan dulu. Nama gua Gery. Usia belum tua, masih muda tapi bukan anak-anak. Oh iya ngomong-ngomong, kalau nanti gua lupa detail ceritanya, setidaknya senyumin aja, ya. Kalau gak senyum, gua datang kerumah lo malam-malam. Hehehe… maklum, jarang-jarang gua menulis beginian.

Sekalinya menulis, malah gua disuruh tulis kata-kata positif terus-terusan di sebuah buku. Apalagi yang nyuruh om-om sok sibuk, berjas putih yang punya tulisan tangan jelek. Dia nyuruh gua latihan nulis terus menerus, padahal tulisan dia lebih jelek dari punya gua. Namanya lupa tapi gua ingat ada tai lalat di dagunya. Yasudahlah, senyumin aja.

Beruntung setelah dia pindah, gua bahagia gak akan ketemu dia lagi setiap hari. Tapi sayangnya gua gak sempat balikin buku tebal yang dia pinjamkan untuk gua baca setiap malam. Hah… Senyumin aja. 

Sebenarnya gua anak yang anti sosial banget, suka menyendiri dan jarang ketemu orang lain. Tapi suatu malam, gua beranikan diri pergi silaturahmi kerumah tetangga gua. Ya agak jauh sih rumahnya, sekitar sepuluh blok dari rumah gua. Kami mengobrol satu sama lain. Dia minta kata-kata positif dari gua. Ya gua kasih sambil sesekali menghibur dia. Memijat kakinya, badan dan kepalanya. Anak dan istri nya juga gua hibur karena mereka semua terlihat sedih.

Kami begitu dekat satu sama lain padahal baru pertama kali bertemu. Entah kenapa saat itu gua legah setelah menghibur mereka. Meskipun ini kedua kalinya gua lakuin hal yang sama, rasa legah itu tetap masih ada.

Gak lama gua pulang kerumah. Tau apa yang terjadi? Tengah malam Gua gak bisa tidur. Gua turun dari lantai dua menuju dapur menyiapkan segelas susu. Gua balik lagi ke kasur, ngotak-atik remot TV cari siaran bagus sambil santai nikmatin segelas susu.

Tapi tiba-tiba berita di TV mengagetkan gua. Ada Pembunuhan mutilasi sekeluarga didekat jalan sekitar rumah gua. Katanya Polisi menemukan jejak pelaku. Reporter bilang, sudah dua kasus yang terjadi dengan pola pembunuhan yang sama. Uniknnya, pembunuh selalu meninggalkan selembar kertas dengan sebuah kalimat.

Gua kayak kenal dengan korban pertama, tapi malah lupa namanya siapa. Yasudahlah senyumin aja. Toh gua ingat ada tai lalat di dagunya. Di kertas itu tertulis “Berdoalah Tuhan akan datang seperti pencuri dimalam hari”. Kalimatnya keren banget kayak di film-film tapi tetap aja gua takut. Malah gua lagi sendirian dirumah.

Terpaksa putar otak Sebelum tidur. Gua ambil beberapa peralatan dapur yang kalau jatuh, bunyinya cempreng banget. Kemudian gua letakkan di belakang pintu masuk dan juga semua jendela. Sehingga ketika ada yang membuka pintu, gua bisa terbangun.

Saat gua sudah tertidur cukup nyenyak, tiba-tiba suara gelas dan wajan jatuh mengagetkanku. Gua bangkit berdiri mendekati pintu kamar dan mendengar langkah kaki seseorang dan derit tangga kayu terdengar jelas. Tentu saat itu gua keringat dingin, tapi tetap senyumin aja. Setenang mungkin gua bergegas mengambil ransel dan keluar melalui jendela kamar, memeluk pipa talang sampai berhasil turun kebawah. Setelah lolos, Gua melihat dari kejahuan, lampu kamar gua menyala.

Akhirnya nyawa gua terselamatkan. Gua bernafas dengan legah dan kembali mengeluarkan sebilah celurit dari ransel menuju kerumah lainnya.

19 disukai 3 komentar 5.4K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
.... seteah itu, adegannya terserah anda :)
Hah psikopat. Nice
Celuritnya itu lhoh, Mas Aston...
Saran Flash Fiction