25. Bagian 25

123. INT. RUMAH WIDURI — KAMAR OKI - THE NEXT DAY 123

 

Widuri dan Rahmi membantu Oki beres-beres.

 

OKI

Jadi ribet gini, sih?

 

WIDURI

Itung-itung syukuranlah.

 

Oki melotot.

 

OKI

Syukuran apaan! Syukuran ngusir gue!

 

Rahmi dan Widuri tertawa.

 

WIDURI

Yalah. Kapan lagi ada momen begini? Ya nggak, Bu?

 

Rahmi tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala.

 

Oki menyeringai. Lalu melanjutkan mengepak baju-bajunya ke carier.

 

Ada suara salam. Rahmi, Widuri, dan Oki kompak menjawab: waalaikumsalam.

 

Rahmi mengenali suara itu. Dia beranjak. Pandangannya ke Widuri dan Oki menyuruh mereka melanjutkan. Dia lalu bergegas keluar.

 

OKI

Siapa?

 

WIDURI

Ya mana gue tahu. Lihat aja sendiri.

 

Oki bergeming. Dia meneruskan mengepak baju.

 

OKI

Kak, ini terakhir kali gue tanya. Lo serius?

 

Widuri menghela napas.

 

WIDURI

Selama ini ya, Ki. Gue mikirnya udah ngelakuin banyak hal. Gue mikirnya kalau gue ini udah paling bener. Ternyata enggak. Gue nggak selalu bener hanya karena udah ngelakuin sesuatu yang menurut gue udah jalannya gitu.
(Beat)
Padahal setelah dipikir lagi, ternyata itu cuman sikap impulsif gue aja.

 

Widuri melirik Oki. Oki membuang muka.

 

WIDURI (CONT’D)

Lagian nih ya, emang lo mau entar kita tinggal di kios aja? Mau lo ngebiarin ibu gadai rumah ini?

 

OKI

Ck! Jawab ya apa nggak aja kenapa sih, Kak? Nggak usah njelimet gitu?

 

Widuri melotot pura-pura marah.

 

WIDURI

Heh! Lo kan calon mahasiswa. Jadi mulai sekarang kudu sering-sering latihan ngedengerin omongan njelimet kayak gini tahu!

 

Rahmi masuk. Dia menyambar.

 

RAHMI

Omongan apa?

 

Widuri dan Oki saling pandang.

 

Rahmi menatap curiga ke Oki. Ke Widuri.

 

WIDURI

Nggak pa-pa, Bu.

 

Pandangan Rahmi tak yakin.

 

Widuri dan Oki meringis.

 

Rahmi berusaha mendapatkan kejelasan melalui caranya memandang. Tiba-tiba ...

 

Handphone Widuri bunyi.

 

Widuri, Rahmi, dan Oki melihat handphone Widuri di tempat tidur di sisi Widuri duduk.

 

Ada telpon dari Yudhis.

 

Widuri menoleh Rahmi. Lalu ke Oki.

 

Rahmi tersenyum hangat. Sembari mengangguk.

 

Widuri tersenyum bahagia. Dia mengambil handphone dan keluar dari kamar Oki.

 

124. EXT. DEPAN KIOS — AFTERNOON 124

 

Yudhis duduk di depan kios Widuri yang tutup. Dia terus memandangi handphone di tangannya. Pandangannya gusar menunggu Widuri datang.

 

Tidak disadarinya dari kios sebelah Mang Ikhsan memperhatikan sembari menutup kios. Mang Ikhsan membaca raut muka Yudhis dan paham. Sehingga dia pun tidak berusaha menegurnya.

 

Mang Ikhsan selesai menutup kios. Tanpa suara, kita akan melihat Mang Ikhsan bicara pada Yudhis. Mang Ikhsan berpamitan pulang.

 

Yudhis mengangguk. Mang Ikhsan lalu pergi.

 

Selama sepersekian detik Yudhis menoleh sunset. Saat ia mengembalikan pandangan ke depan. Dia melihat Widuri naik sepeda sedang mendekat.

 

Yudhis menghela napas lega. Senyumannya bahagia.

 

Widuri membalas senyuman Yudhis.

 

125. EXT. JALANAN MENUJU TAMAN — CONTINUOUS 125

 

Yudhis dan Widuri berjalan bersisian membelakangi sunset. Widuri menuntun sepeda. Situasinya ramai. Dan suasananya menyenangkan.

 

Yudhis kebingungan mencari topik. Sementara Widuri berusaha menyembunyikan senyum.

 

WIDURI

(Nyaris tidak terdengar)

Maaf.

 

Yudhis menoleh. Pandangannya meminta Widuri mengulang.

 

WIDURI (CONT’D)

Saya nggak nerima telpon kamu dari kemarin.

 

YUDHIS

Saya tahu kamu sibuk.

 

Widuri berhenti. Tatapannya kesal ke Yudhis.

 

WIDURI

Kamu hanya sok tahu. Atau, beneran tahu?

 

Yudhis tidak menjawab. Dia hanya tersenyum. Kemudian lanjut berjalan.

 

Beberapa langkah kemudian Yudhis berhenti. Widuri ikut berhenti. Jarak mereka hanya dijeda sepeda.

 

Raut muka Yudhis serius. Tapi tatapannya penuh cinta.

 

Widuri mendongakkan wajah menatap Yudhis. Perasaannya campur aduk.

 

YUDHIS

Pertanyaan saya masih sama. Gimana kalo saya pergi nggak ngasih tahu kamu.

 

Widuri terkejut. Tapi dia lekas paham arah percakapan Yudhis.

 

WIDURI

Kamu mau denger jawaban yang beda dari kemarin?

 

Yudhis menelan ludahnya. Rahangnya mengeras. Tapi tatapannya membuat Widuri deg-degan.

 

YUDHIS

Kecuali dari kemarin ngilang udah ngubah kamu jadi orang lain. Saya nggak punya hak buat protes.

 

Widuri tersenyum manis.

 

WIDURI

Saya ngilang. Tapi nggak ada yang hilang.

 

YUDHIS

Apa aja emangnya, yang nggak hilang?

 

Widuri tak bisa menghindari tatapan Yudhis. Dia menyadari sesuatu yang menurutnya janggal. Dari sikap juga dari pakaian Yudhis.

 

WIDURI

Tunggu dulu. Kamu mau pergi hari ini?

 

YUDHIS

Sekarang atau besok. Emang ada bedanya?

 

Widuri merasa kecewa.

 

WIDURI

Jangan tanya saya. Tanya diri kamu sendiri. Kalau nggak ada. Kamu bisa bikin keputusan gimana caranya biar ada atau enggak sama sekali.

 

Widuri hendak lanjut berjalan. Tapi Yudhis mencegah. Dia memegangi kemudi sepeda Widuri.

 

YUDHIS

Saya ada.

 

Widuri terkesiap. Dia menelan ludahnya. Dia hanya bisa menatap tatapan Yudhis yang terus penuh cinta.

 

Yudhis tersenyum hangat. Dia menyentuh tangan Widuri.

 

Widuri mengatupkan bibir. Dia merasa tidak yakin. Tapi perasaan itu lebih cepat lenyap.

 

Widuri menatap Yudhis. Yudhis menganggukkan kepala pelan.

 

Widuri membiarkan Yudhis menggenggam tangannya.

 

YUDHIS (Cont’d)

(Nada bicaranya lembut)

Dari kemarin saya mau pamitan. Supaya nanti kalau pulang ke Jakarta saya tahu.

 

Beat.

 

Widuri dan Yudhis terus bertatapan.

 

YUDHIS (CONT’D)

Kalau saya, betul-betul punya tujuan.

 

Widuri menangis bahagia. Senyuman Yudhis membuat dadanya terasa hangat.

 

Widuri dan Yudhis tertawa bahagia.

 

126. EXT. JALANAN — CONTINUOUS 126

 

Musik dengan nada ceria mengalun. Yudhis dan Widuri berboncengan sepeda. Wajah mereka cerah.

 

WIDURI (V.O.)

Sekarang tujuan kita ke mana?

 

YUDHIS (V.O.)

Kios. Masih ada waktu buat ngelanjutin perayaan kita yang kemarin.

 

WIDURI (V.O.)

Tapi saya udah nggak megang kunci kios.

 

Yudhis terus mengayuh sepeda.


127. E/I. WARUNG MAKAN TENDA — EVENING 127

 

Widuri, Yudhis, Ale, serta Mang Ikhsan makan seafood bersama. Tanpa suara kita akan melihat mereka makan sambil terus bicara. Widuri dan Yudhis terlihat paling bahagia.

 

TERDENGAR SUARA KETIKAN.

 

WIDURI (V.O.)

Kamu tahu, Dhis? Dari rasa penasaranku itu, sebetulnya ada lagi satu. Yaitu, tanya yang aku nggak tahu kapan ada jawabnya.

 

Tampak Mang Ikhsan mengeluarkan lelucon. Ale tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Yudhis tertawa sambil melirik Widuri mesra.

 

WIDURI (V.O.)

Asa-ku. Ke mana berarah. Di mana kelak ia berlabuh. Tapi hari ini jawaban itu muncul. Lewat aba-aba yang enggak jarang aku abai. Kamu Dhis. Kamulah ke mana asa-ku berarah. Tempat di mana rasa yakinku berlabuh. Hari ini. Esok. Dan moga-moga selamanya.



FADE OUT.

 


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Good
1 tahun 7 bulan lalu