16. Bagian 16

85. INT. RUMAH WIDURI — RUANG TAMU - NIGHT 85

 

Widuri duduk di sofa. Melihat-lihat foto selfie-nya di kios. Perasaannya getir.

 

Widuri teringat foto yang diambil Yudhis. Dia merasa penasaran dengan hasilnya seperti apa. Sehingga dia pun mengetik ke Yudhis.

 

Widuri: Kalau nggak ganggu, kirimin foto saya yang tadi dong.

 

Yudhis tidak segera membalas. Widuri mengecek, tidak ada tanda bahwa Yudhis sedang online.

 

Widuri mematikan handphone. Dia bangkit. Lalu pergi ke kamar.


86. INT. RUMAH WIDURI — KAMAR WIDURI/INT. RUMAH YUDHIS - ANAK TANGGA - INTERCUT - CONTINUOUS 86

 

Widuri masuk. Dia meletakkan handphone di meja. Lalu mematikan lampu. Dia naik ke tempat tidur.

 

Tiba-tiba handphone-nya berbunyi.

 

Widuri bangkit. Dia bergerak ke meja dan memungut ponsel.

 

Ada pesan chat dari Yudhis.

 

Widuri membuka ponselnya. Yudhis mengirim tiga foto. Salah satunya yang diambil diam-diam.

 

Widuri mengunduh ketiga-tiganya. Dia menatap foto-foto itu lama. Paling lama foto yang diambil Yudhis diam-diam.

 

Yudhis melakukan panggilan video.

 

Widuri buru-buru menyalakan lampu lalu duduk di meja. Dia memasang handphone di alat penyangga, memakai headset, lalu menerima panggilan Yudhis.

 

Yudhis duduk di anak tangga paling tengah. Cahaya di sekitar situ temaram. Seekor kucing berbulu putih duduk meringkuk di samping Yudhis.

 

Yudhis tersenyum-senyum. Cahaya dari layar ponsel memendar ke wajahnya.

 

YUDHIS

Udah nih cuman gitu doang?

 

WIDURI

Yalah. Butuhnya cuman itu.

 

YUDHIS

Curang!

 

WIDURI

Bagian mana yang curang?

 

YUDHIS

Kamu dapat yang kamu mau. Tapi saya enggak.

 

Widuri menahan napas. Dia memilih-milih kata.

 

WIDURI

Saya bakal tahu mau kamu apa, kalau kamu ngasih tahu.

 

Yudhis tertawa.

 

YUDHIS

Ya. Ya. Itu salah saya nggak ngasih tahu.
(Beat)
Masalahnya, saya sendiri juga enggak tahu lagi maunya apa. Coba kamu ada ide. Jelas bakal ngebantu banget.

 

Widuri menggigit bibir. Dia memikirkan kalimat yang tepat. Tiba-tiba ...

 

Terdengar suara ribut-ribut dari luar kamarnya. Widuri melepas headset dan menggenggamnya erat-erat. Sengaja memblokir pendengaran Yudhis karena dia mendengar suara ibunya sedang marah-marah.

 

Yudhis mencerna apa yang terjadi. Sementara Widuri melakukan gerakan meminta maaf ke Yudhis dan mengakhiri panggilan.

 

RAHMI (V.O.)

Apa sih susahnya nurutin maunya ibu?!

 

87. INT. RUANG MAKAN — DEPAN KAMAR WIDURI - CONTINUOUS 87

 

Oki duduk. Kepalanya tertunduk. Sementara Rahmi duduk di kursi kepala. Kedua bahunya tegak. Raut mukanya tegang.

 

Widuri masuk. Di meja, di depan Rahmi dia melihat ada secarik kertas.

 

Widuri mendekat dan duduk.

 

Rahmi melengos. Dia lalu bangkit dan pergi.

 

Widuri merasa penasaran. Dia hendak memungut kertas itu. Tapi Oki buru-buru mengambil dan mengantonginya.

 

WIDURI

Apa itu?

 

Oki tak hirau. Dia melengos.

 

WIDURI (CONT’D)

Oki biar gue lihat itu apa.

 

Oki menoleh. Matanya berkaca-kaca.

 

WIDURI (CONT’D)

Apa lagi yang salah. Beri tahu gue.

 

Oki menahan sengguk. Tatapannya ke Widuri seolah-olah berkata jika Widuri tak akan bisa menolongnya kali ini.

 

Widuri menatap balik Oki. Tatapannya memaksa Oki memberi tahu.

 

WIDURI (CONT’D)

Oki kasih tahu gue. Ibu kenapa marah-marah?

 

OKI

Lo ini kebiasaan ya, Kak! Lo kan bisa tanya sendiri sama Ibu!

 

WIDURI

Kalau Ibu mau ngomong sama gue. Gue juga udah tanya sendiri sama Ibu!

 

Napas Oki memburu.

 

OKI

Terus kalau Ibu nggak mau ngomong sama lo. Artinya lo juga nggak bisa mikir?!

 

Widuri berusaha menahan emosi. Tapi gagal.

 

WIDURI

Iya! Iya gue nggak bisa mikir! Itu kan yang lo mau denger!

 

Widuri menahan diri agar tidak menangis. Tapi tak bisa.

 

Widuri mengusap air mata yang menetes.

 

Oki menundukkan kepala. Dia merasa bersalah. Dia ingin meminta maaf. Tapi Widuri keburu bangkit dan pergi.

 

Widuri masuk ke dalam kamar. Hatinya terasa hancur.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar