5. Bagian 5

33. EXT. DEPAN KIOS — MORNING 33

 

Ale duduk sembari bermain gitar. Dia melihat Yudhis datang berboncengan dengan Widuri. Tapi dia pura-pura fokus memainkan gitar.

 

Widuri turun dari motor Yudhis. Tersenyum kaku ke Ale.

 

Ale mengangkat wajah membalas senyuman Widuri. Sementara Yudhis salah tingkah.

 

Widuri langsung membuka kios. Yudhis membantunya.

 

Ale tidak ikut masuk ke kios. Dia terus memainkan nada. Sembari mencuri-curi pandang ke Widuri dan Yudhis. Sembari pura-pura cuek.

 

34. INT. KIOS — MOMENTS LATER 34

 

Widuri selesai beberes. Selama sepersekian detik dia merasa bingung dengan suasana seperti ini. Lalu pandangannya bertubrukan dengan Yudhis. Membuatnya mati gaya.

 

Yudhis tersenyum santai. Dia menyembunyikan perasaannya yang deg-degan.

 

Dua orang Pembeli, perempuan 20 tahunan, masuk. Yang satu berhijab yang lain tidak.

 

PEMBELI #1

Permisi.

 

Widuri bergegas mendekat. Raut mukanya lega.

 

PEMBELI #1 (CONT’D)

Kak Wid buku yang seminggu lalu aku pesen udah ada?

 

Widuri menganggukkan kepala.

 

WIDURI

Tunggu sebentar, ya.

 

Pembeli 1 tersenyum.

 

Widuri berbalik, berjalan melewati Yudhis menuju rak di belakangnya yang menghadap ke luar.

 

Yudhis tak memperhatikan Widuri. Dia mengetik di ponsel. Memesan makanan lewat layanan pesan antar di sebuah restoran nasi ayam.

 

Di rak Widuri mencari-cari buku yang dia simpan seminggu lalu.

 

Pembeli 2 memandang Yudhis tanpa berkedip. Raut mukanya berseri-seri. Kakinya sengaja menendang kaki Pembeli 1. Memberi sinyal ada cowok ganteng.

 

Pembeli 1 tanggap. Pura-pura melotot ke Pembeli 2.

 

Yudhis mengangkat wajahnya. Dia menoleh. Tersenyum pada dua Pembeli itu.

 

Kedua Pembeli salah tingkah.

 

Widuri kembali membawa buku yang sampulnya berwarna biru tua. Dia memberikan buku itu pada Pembeli 1.

 

WIDURI

Yang ini, kan?

 

Pembeli 1 mengangguk. Tapi pandangannya tidak lepas dari Yudhis.

 

WIDURI (CONT’D)

Ada lagi?

 

Pembeli 1 dan 2 tak seorang pun yang hirau. Pandangan mereka tertuju hanya ke Yudhis.

 

Widuri menoleh ke Yudhis. Yudhis meringis.

 

Pembeli 2 menyadari sikap Widuri. Dia menendang kaki Pembeli 1. Pembeli 1 mengaduh lalu buru-buru menoleh Widuri.

 

Di luar Ale melihat pemandangan itu dengan pandangan jengah.

 

PEMBELI #1

Eh, iya Kak?

 

WIDURI

Ada lagi yang mau dibeli?

 

Wajah Pembeli 1 merah.

 

PEMBELI #1

Enggak Kak ini aja.

 

Pembeli 1 memberikan uang ke Widuri.

 

Widuri mengambil uang itu dan memberikannya kembalian.

 

Kedua Pembeli pergi. Namun masih menyempatkan menoleh Yudhis.

 

MOMENTS LATER

 

Widuri dan Yudhis merasa canggung.

 

Widuri pura-pura memberesi buku-buku di rak yang sebetulnya sudah beres. Sedangkan Yudhis memeriksa petunjuk lingkaran di layar ponsel yang sedang mendekat ke arahnya.

 

Tak lama OJEK ONLINE datang.

 

Ale berhenti memainkan nada. Memandang Ojek Online yang berhenti di dekatnya.

 

DRIVER OJEK

Mas Yudhis?

 

Ale menggeleng.

 

ALE

Bukan, Mas. Tapi itu yang pesen siapa?

 

Melihat Ojek Online datang, Yudhis buru-buru keluar. Mendekat ke driver Ojek Online tersebut.

 

YUDHIS

(ke driver ojek)

Saya Yudhis, Mas.

 

Ojek Online mengangguk ke Ale. Lalu menoleh ke Yudhis. Mengecek isi pesanan Yudhis.

 

DRIVER OJEK

Ini pesenannya tiga nasi ayam hainan, tiga batagor, sama tiga es kopi kenangan lampau. Totalnya seratus lima puluh ribu pas.

 

Yudhis mengambil kantong-kantong besar dari tangan driver Ojek. Memegangnya dengan satu tangan sementara tangannya yang lain mengambil uang di kantong celana. Uang itu pas sejumlah yang disebutkan driver ojek. Driver ojek menerima uang itu. Lalu pergi.

 

Yudhis menoleh Ale yang ternyata sedang memandanginya. Lalu mengangkat bungkusan itu.

 

YUDHIS

Lunch.

 

Yudhis masuk ke dalam kios. Ale menyusul.


35. INT. KIOS — CONTINUOUS 35

 

Widuri, Yudhis, dan Ale makan bersama. Sembari terus bicara.

 

ALE

(ke Yudhis)

Kok yang nraktir elo?

 

Yudhis dan Widuri menoleh Ale bingung.

 

Pandangan Widuri ke Ale penuh tanya.

 

ALE (CONT’D)

Aturan Widuri tuh yang nraktir. Kan dia menang lomba.

 

Widuri dan Yudhis terkejut. Wajah Yudhis tampak ceria. Dia menoleh Widuri terkesima.

 

Widuri menelan makanan dalam mulutnya. Jantungnya deg-degan.

 

WIDURI

(ke Ale)

Lomba yang mana?

 

ALE

Itu, yang temanya kuliner.
Yang lo sampai les masak seblak di tempatnya Mbak Diyah di ujung gang buat riset.

 

Widuri mengingat-ingat.

 

ALE (CONT’D)

Juara tiga. Lumayanlah.

 

Widuri menatap Ale. Pandangannya berkaca-kaca.

 

Yudhis memandang Widuri lalu ke Ale.

 

Ale merasakan pandangan Yudhis padanya tapi dia mengabaikan.

 

ALE (CONT’D)

(Ke Widuri)

Dah, lanjut makan gih. Gue juga nggak sengaja kok tahunya tadi.

 

Widuri menundukkan kepala.

 

Tiba-tiba Yudhis mengulurkan tangan ke Widuri.

 

Widuri masih merasa syok. Tapi dia tetap menerima uluran tangan Yudhis.

 

YUDHIS

Selamat.

 

Widuri tersenyum gugup. Sembari melepaskan tangannya dari tangan Yudhis.

 

YUDHIS (CONT’D)

(ke Ale)

Tapi kok, malah lo yang tahu duluan dia menang lomba?

 

Ale melirik Widuri. Widuri mengangkat wajah ke Ale.

 

ALE

Inilah yang disebut kebiasaan lama susah dihilangin.

 

Yudhis menatap Ale penasaran. Selera makannya bubar.

 

YUDHIS

(ke Ale)

Betul. Tapi kalau punya niat kan, katanya gunung juga bisa dicongkel. Terus dipindah.

 

ALE

Itu kalo masih ada lahan nganggur. Kalau nggak ada, namanya niat yang kurang kerjaan.

 

YUDHIS

Bukannya saban niat itu muncul karena orang butuh kerja?

 

ALE

Enggak bisa dipukul rata, sih.

 

YUDHIS

Bisa.

 

Ale mengendikkan bahu. Dia melirik Widuri.

 

Widuri tegang. Menatap Ale memberinya pandangan agar tak melanjutkan topik percakapan ini. Tapi Ale malah terlihat menikmati suasana yang mendadak canggung ini.

 

YUDHIS (CONT’D)

Bahkan sekadar iseng pun bisa dibuat kerjaan sama orang.

 

Ale tertawa hambar. Lalu melanjutkan makan.

 

Widuri menatap Ale lalu ke Yudhis. Ada perasaan bingung sekaligus gelisah di dalam dadanya.

 

Yudhis tersenyum terpaksa bersitatap dengan Widuri. Dia merasa tidak nyaman terhadap Ale.

 

36. EXT. DEPAN RUMAH WIDURI — AFTERNOON 36

 

Yudhis berhenti di halaman. Di teras ada Rahmi yang masih memakai seragam kerja. Oki duduk di sebelahnya bermain ponsel.

 

Rahmi berdiri melihat Widuri diboncengi laki-laki yang tidak ia kenal. Perasaannya waswas.

 

Widuri merasa canggung. Tapi Yudhis percaya diri.

 

Widuri dan Yudhis mendekat. Widuri tak mau membaca raut wajah penuh tanya Rahmi.

 

Yudhis mengangguk ke Rahmi. Mengambil tangannya dan salim. Sementara Oki berhenti bermain ponsel. Dia memasang wajah bersahabat ke Yudhis.

 

YUDHIS

(Ke Rahmi)

Assalamualaikum, Bu.

 

RAHMI

Wa’alaikumsalam.

 

YUDHIS

Saya Yudhis, Bu.

 

Rahmi tersenyum canggung.

 

RAHMI

Teman kerja di kios?

 

YUDHIS

Bukan, Bu. Saya teman sekolah Ale. Dan kebetulan baru dikenalin ke Widuri.

 

Widuri melirik Rahmi. Dia merasakan nada menyelidik.

 

RAHMI

Baru kenal berarti, ya.

 

Yudhis tersenyum sopan.

 

YUDHIS

Iya, Bu. Kalau begitu saya pamit. Sebentar lagi Magrib.

 

Rahmi mengangguk.

 

Yudhis tersenyum ke Widuri dan ke Oki. Lalu berbalik dan pergi.

 

Widuri menoleh Rahmi. Tapi Rahmi mengacuhkannya. Dia merasakan kemarahan Rahmi.

 

Rahmi masuk ke dalam rumah. Tak lama terdengar suara Rahmi berteriak dari dalam.

 

RAHMI (V.O.)

INI SEPEDA KALAU NGGAK DIPAKAI JANGAN DITARUH DI SINI OKI.

 

Widuri dan Oki saling menoleh.

 

Oki memandang Widuri kasihan.

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar