6. Bagian 6

37. INT. RUMAH WIDURI — KAMAR WIDURI - NIGHT 37


Widuri duduk di lantai. Dia memangku laptop. Memeriksa hasil lomba.

 

Di google chrome, ada nama-nama pemenang dari lomba yang dia ikuti. Nama WIDURI ANINDITA ada di posisi tiga.

 

Tiba-tiba ...

 

RAHMI (O.S.)

Buat apa sih belajar-belajar terus. Orang kamu aja udah lulus! Buat apa memangnya ibu tanya?! Memangnya kalau habis belajar terus keluar duit dari buku yang kamu baca! Iya?!

 

Beat.

 

Widuri menajamkan pendengaran.

 

RAHMI (O.S.) (CONT’D)

Orang sekarang itu yang dibutuhin hasil nyata. Ada. Kelihatan sama mata. Bukannya nanti-nanti!

 

Widuri menenangkan diri. Dia yakin kemarahan ibunya ditujukan padanya.


38. EXT. KOMPLEK KIOS — THE NEXT DAY (MORNING) 38

 

Widuri mendekat. Tampak kios di sebelah buka. Pemiliknya, MANG IKHSAN, 61 tahun, keluar. Senyumannya lebar. Dia membawa bungkusan di tangannya.

 

Widuri memarkir sepeda. Lalu mengambil tangan Mang Ikhsan dan salim.

 

MANG IKHSAN

Sehat neng?

 

Widuri menganggukkan kepala. Senyumannya lebar.

 

MANG IKHSAN (CONT’D)

Sombong sekali kamu. Jarang WA mamang. Kemarin Ibu datang ke rumah juga kamu nggak ikut.

 

Widuri tertawa kecil.

 

MANG IKHSAN (CONT’D)

Apa gara-gara sibuk pacaran sekarang, jadi lupa sama mamang?

 

Widuri tersipu-sipu.

 

WIDURI

Nggak ada yang pacaran, Mang.

 

MANG IKHSAN

Masa? Terus anak ganteng yang kemarin boncengin kamu itu siapa kalau bukan pacar kamu?

 

WIDURI

Itu temannya Ale, Mang. Lagian, memangnya Mamang Lihat?

 

MANG IKHSAN

Lihat dong!

 

Widuri mencari alasan untuk mengalihkan percakapan.

 

WIDURI

Mamang sendiri. Ini betulan mau buka lagi?

 

Mang Ikhsan tertawa. Dia memberikan bungkusan di tangannya ke Widuri.

 

MANG IKHSAN

Lebih tepatnya uji coba lagi. Sambil ini nih, mamang mau kasih kamu hadiah. Kan kamu baru menang lomba lagi.
(beat)
Mamang lihat pengumumannya.
(beat)
Tadinya mamang mau WA kamu. Tapi Mamang takut ganggu.
(beat)
Jadi ya sekarang aja sekalian uji coba.

 

Widuri mengambil bungkusan di tangan Mang Ikhsan.

 

WIDURI

Apa ini, Mang? Kalau hadiah aturan kan saya yang harusnya nraktir mamang. Bukan sebaliknya.

 

MANG IKHSAN

Ya terserah saya toh. Kan saya memang kepingin kasih kamu hadiah. Itung-itung oleh-oleh setelah lama enggak ketemu.

 

WIDURI

Makasih, Mang.

 

Widuri ingin bertanya mengenai ibunya. Tapi dia menimbang-nimbang. Hingga Mang Ikhsan memutuskan kembali ke kiosnya.

 

MANG IKHSAN

Ya udah. Mamang masuk dulu. Masih harus beres-beres nih. Sebulanan enggak dibuka, debunya udah setebal tempe goreng di ujung jalan sana.

 

Mang Ikhsan tertawa. Sembari masuk ke dalam kiosnya. Widuri terpaksa tertawa. Mendadak dia merasa asing.

 

39. INT. KIOS — DAY 39

 

Kios sepi. Widuri membuka handphone. Melihat grup chat. Ada puluhan chat dari Ale dan Yudhis.

 

Widuri mengetik di grup. Tapi dia hapus. Dia lalu menimbang-nimbang mengetik untuk Yudhis. Tapi dia urungkan. Kemudian dia mematikan handphone dan beranjak menuju rak samping.

 

Widuri mengambil buku tipis yang sampulnya sudah lecek. Buku itu adalah novel klasik karangan pengarang populer Jepang.

 

Widuri duduk menyandar pada rak. Dia mulai membaca.

 

CUT TO:


40. EXT. DEPAN RUMAH ALE — TERAS - SAME TIME (DAY) 40

 

Berbeda dengan rumah Widuri, rumah Ale yang berbangunan lama terlihat terawat dan asri. Banyak tanaman yang semuanya tertata rapi. Halamannya pun bersih.

 

Ale duduk sembari memainkan gitar. Kakinya dinaikkan ke meja. Dia memakai pakaian rapi. Baru saja pulang dari wawancara kerja.

 

Yudhis duduk di kursi yang lain. Raut mukanya gelisah.

 

Ale melirik Yudhis. Menebak-nebak isi kepalanya. Dia berhenti memainkan nada.

 

ALE

Lo ke sini cuman buat numpang ngelamun jorok doang?

 

Yudhis mengangkat wajah. Terpaksa tersenyum.

 

Ale meneliti muka Yudhis.

 

Yudhis menghindar. Dia menatap Ale persis di matanya. Memahami tingkah Ale yang sedang “membacanya”.

 

Ale tertawa.

 

YUDHIS

Gue nggak sepengangguran itu kali.

 

ALE

Gue sih mastiin aja.

 

Yudhis menggelengkan kepala. Dia menatap Ale lama.

 

YUDHIS

Lo kenapa nggak ke kios?

 

Ale mencerna kata-kata Yudhis. Dia paham arahnya ke mana.

 

ALE

Lo sendiri kenapa nggak ke kios?

 

Yudhis tersenyum kecut.

 

Ale meletakkan gitar. Menyandarkannya ke dinding. Air mukanya menjadi serius.

 

ALE (CONT’D)

Gini deh, lo mau gue nemenin lo ke sana.

 

YUDHIS

Bisa ke sana sendiri gue.

 

Ale mencoba meraih pandangan Yudhis. Tapi Yudhis mengalihkan pandangan ke lain tempat.

 

ALE

Woi nyet. Lo sehat kan?

 

Yudhis menoleh Ale. Wajahnya nelangsa.

 

Ale menatap Yudhis kasihan.


41. INT. KIOS — AFTERNOON 41

 

Widuri sedang siap-siap tutup.

 

Mang Ikhsan datang.

 

MANG IKHSAN

Neng.

 

Widuri menoleh.

 

MANG IKHSAN (CONT’D)

Mamang pulang dulu, ya. Hari ini uji cobanya sampai jam segini aja. Kamu nggak pa-pa mamang tinggal duluan?

 

WIDURI

Nggak pa-pa, Mang. Ini Widuri juga mau tutup.

 

Mang Ikhsan menganggukkan kepala. Mulutnya membentuk huruf O.

 

Widuri kembali ingin bicara mengenai ibunya. Tapi Mang Ikhsan keburu melambaikan tangan dan pergi.

 

Widuri melanjutkan aktivitasnya menutup kios.


SMASH CUT TO:


42. E/I. JALAN RAYA — MOBIL - SAME TIME 42

 

Yudhis menatap Widuri. Perasaannya galau. Dia merasa ragu antara mau mendekat atau tidak.

 

Yudhis mengambil handphone. Lalu mengetik untuk Widuri.

 

CUT BACK TO:


43. INT. KIOS — SAME TIME 43

 

Handphone berbunyi.

 

Widuri mengambil handphone. Ada pesan dari Yudhis.

 

YUDHIS: Sibuk?

 

WIDURI: Lumayan enggak.

 

Di layar handphone ada tanda Yudhis sedang mengetik.

 

Tanpa sengaja Widuri menoleh ke seberang jalan. Ke sebuah mobil tua yang terparkir di sana. Jendelanya terbuka. Memperlihatkan Yudhis yang tengah memandanginya.

 

Handphone berbunyi.

 

Widuri melihat handphone.

 

Yudhis: Jalan?

 

Widuri menoleh Yudhis. Lalu mengangkat wajahnya ke langit. Mengingatkan Yudhis sebentar lagi gelap.

 

Yudhis memandangi Widuri.

 

Widuri menghela napas. Dia memasukkan sepeda ke dalam kios.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar