23. Bagian 23

116. INT. RUMAH WIDURI — RUANG TENGAH/INT. DAPUR - INTERCUT - AFTERNOON 116


Pintu rumah membuka. Widuri masuk. Dia mengucap salam. Tapi tak ada yang menyahut.

 

Widuri terus ke belakang. Dari ruang tengah, dia mendengar Rahmi dan Oki sedang bercakap-cakap di dapur.

 

Widuri berhenti di belakang pintu ruang tengah yang menghubungkan dengan dapur. Dia menajamkan pendengaran. Sengaja menguping percakapan itu.

 

Rahmi memasak makan malam dibantu Oki.

 

Di wajan ada tumis kacang panjang.

 

RAHMI

Widuri udah dewasa, Ki. Wajar kalau dia udah mulai mikir soal masa depan.
(Beat)
Ibu mana boleh keberatan. Apalagi melarang-larang.
(Beat)
Kamu sendiri tahu, kalau tiap Lebaran Kakakmu udah ditodong-todong kapan nikah sama para tante dan Om kalian. Kayak dia punya utang segunung aja ke mereka. Disindir-sindir keburu layu lah. Sok milih-milihlah.

 

Rahmi melirik Oki. Wajah Oki murung.

 

OKI

Tapi kan Kak Wid udah janji, Bu.

 

Rahmi tersenyum tipis.

 

RAHMI

Apa hebatnya janji sih, Ki? Widuri juga kan enggak ingkar sama janjinya.
(Beat)
Maunya Ibu sama Kakakmu aja yang enggak sejalan.
(Beat)
Kalau ya Ki, rencana kita jalannya enggak mulus. Yang penting kan gimana caranya kita bisa tetep sampai.

 

Pandangan Oki dan Rahmi bertemu. Oki menelan ludahnya.

 

Rahmi menunjuk kecap manis di meja sebelah Oki dengan dagu. Oki mengambil kecap manis dan memberikannya ke Rahmi.

 

Rahmi menuang kecap ke dalam wajan. Sambil terus bicara.

 

RAHMI (CONT’D)

Kemarin itu Ibu yang salah, Ki. Ibu yang keterlaluan neken Kakak kamu. Jadinya Ibu sendiri yang kebawa emosi. Bawaannya marah terus sama Widuri.

 

Rahmi mematikan kompor. Lalu mengambil wadah di rak.

 

Rahmi memasukkan tumis kacang yang sudah masak ke dalam wajan.

 

RAHMI (CONT’D)

Makanya, supaya enak ke semuanya. Mending kayak begini aja. Toh, Ibu juga masih kerja.

 

OKI

Mending kayak begini gimana? Ibu mana mungkin sanggup sendirian biayain Oki kalau begini, Bu.

 

Rahmi menoleh ke Oki.

 

RAHMI

Loh, kok doanya enggak bagus begitu?

 

Oki memandang Rahmi. Raut mukanya serius.

 

RAHMI (CONT’)

Lagian, kalau emang udah waktunya kita bisa apa coba?
(Beat)
Pokoknya diikhtiari aja dulu. Syukur-syukur nanti beasiswanya dapat.

 

Oki menundukkan kepalanya. Dia merasa tak sanggup.

 

RAHMI (CONT’D)

Terus itu, kerjaan dari Om-nya Irfan. Tetep kamu ambil kan?

 

Oki merasa tidak yakin. Tapi akhirnya dia menganggukkan kepalanya juga.

 

Rahmi tersenyum lega.

 

OKI

(Nyaris tak terdengar)

Gara-gara orang pacaran ya, Bu.

 

RAHMI

Hus! Jangan gitu, ah. Nanti kualat kamu.

 

OKI

Bercanda, Bu.

 

RAHMI

Apalagi bercanda.

 

OKI

Terus, Oki harus betulan gitu?


117. INT. RUMAH WIDURI — KAMAR WIDURI - NIGHT 117

 

Widuri duduk menyandar ke dinding. Dia membaca hasil pengumuman penerimaan mahasiswa dari universitas milik Oki. Sembari memikirkan percakapan ibunya dan Oki. Memikirkan sikap mereka belakangan ini.

 

Widuri lalu membayangkan dirinya bekerja di klinik. Membayangkan orang-orang yang susah mendapatkan kerja. Membayangkan Oki lulus kuliah dan akan bekerja menjadi apa. Dia juga membayangkan Yudhis.

 

Ada telpon dari Yudhis. Widuri melihat dan membiarkannya tidak terjawab.

 

Yudhis menelpon sekali lagi. Tapi Widuri tetap tidak mau menjawab.

 

CUT TO:


118. INT. RUMAH YUDHIS — KAMAR YUDHIS - SAME TIME (NIGHT) 118

 

Yudhis memandangi handphone. Lalu menelan ludahnya. Dia berusaha berpikir positif sekalipun dia merasa dikecewakan.

 

Yudhis mengetik pesan di grup chat. Tapi urung dia kirimkan. Yudhis lalu mematikan handphone.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar