4. Bagian 4

26. INT. RUMAH WIDURI — KAMAR WIDURI - NIGHT 26

 

Widuri tiduran dengan posisi miring. Melihat-lihat foto bersama almarhum bapaknya di handphone.

 

Tampak di dalam foto Widuri dan almarhum bapaknya tersenyum bahagia. Widuri memperlihatkan PIAGAM PENGHARGAAN dari menjuarai lomba menulis.

 

Ale mengirim pesan. Bunyinya: “Gue masih di kios kalau lo mau ke sini.”

 

Widuri: “Tutup aja, gue otw tidur.”

 

Ale: “Gue sama Yudhis dan anak-anak kompleks. Bentaran lagi tutup.”

 

Widuri tidak membalas. Dia mematikan ponsel. Lalu berusaha tidur. Tapi malah teringat isi percakapannya dengan ibunya.

 

Widuri bangkit. Dia mengambil novel di meja.

 

Pada halaman pertama ada tulisan tangan almarhum bapaknya. Bunyinya; “Dari Bapak buat Widuri. Bagaimana kau akan mengetahui apa yang baik untukmu tanpa membaca terlebih dahulu. Selamat ulang tahun anakku.”

 

Widuri menyentuh tulisan itu. Matanya berkaca-kaca. Dia memikirkan masa depan kios.

 

27. INT. RUMAH WIDURI — THE NEXT DAY (MORNING) 27

 

Widuri bangun kesiangan. Dia melihat handphone: pukul 7.20.

 

Widuri bergegas. Di meja makan dia membuka tudung saji. Ada sepiring nasi goreng dengan telur ceplok di atasnya.

 

Dia menutup kembali tudung saji. Lalu ke belakang.

 

Di belakang, Oki sedang mencuci piring. Dia memakai seragam sekolah.

 

Widuri lalu ke kamar mandi. Di bak besar sudah berisi cucian yang direndam deterjen. Setelah mengecek cucian dia menemui Oki.

 

WIDURI

Ibu nggak titip pesen apa-apa, Ki?

 

Oki menggelengkan kepala.

 

Widuri ke tempat cuci baju. Dia mulai mencuci.

 

Oki selesai mencuci piring. Kemudian mendatangi Widuri. Dia ingin bicara. Tapi saat hendak bicara, terdengar suara klakson sepeda motor temannya.

 

Oki mengurungkan niat. Dia mengambil anak kunci di kantung celana dan memberikannya pada Widuri.

 

OKI

Ale ke sini waktu lo masih tidur, Kak.

 

WIDURI

Cuma ngasih kunci doang? Nggak bilang apa-apa?

 

Oki menggelengkan kepala. Sedangkan Widuri mengangguk berterima kasih.

 

Oki pergi. Sembari terus berpikir kapan dia akan bicara dengan Widuri.

 

28. EXT. DEPAN RUMAH WIDURI — CONTINUOUS 28

 

Oki keluar. Di halaman ada dua sepeda motor. Satu adalah kawannya, IRFAN, 17, yang lain seorang laki-laki tampan yang tampak seumuran Widuri. Pakaiannya simpel dan rapi. Oki bertanya-tanya siapa dia.

 

Laki-laki itu adalah Yudhis.

 

Yudhis turun dari sepeda motor dan mendekati Oki.

 

Oki memandang Yudhis penuh tanya.

 

Yudhis menyalami Oki. Senyumannya bersahabat.

 

YUDHIS

Hai, saya Yudhis. Temannya Widuri sama Ale. Widuri nya ada?

 

OKI

Ada. Aku panggilin dulu bentar, Kak.

 

Yudhis menganggukkan kepala.

 

Oki bergegas masuk ke dalam.

 

Yudhis memperhatikan Oki masuk. Tersenyum karena merasa Oki seperti takut membuatnya menunggu lama.

 


SMASH CUT TO:

 

29. INT. RUMAH WIDURI — CONTINUOUS 29

 

Widuri menatap Oki penasaran.

 

OKI

Ada temen lo.

 

WIDURI

Siapa?

 

OKI

Nggak tahu. Gue juga baru lihat.

 

WIDURI

Cowok?

 

Oki mengangguk. Widuri berpikir yang datang mencarinya Ale. Juga berpikir Oki sedang mengerjainya.

 

WIDURI (CONT’D)

Itu pasti Ale, kan?

 

Oki menggeleng. Wajahnya mencureng. Dia menjawab Widuri sambil pergi.

 

OKI

Kalau Ale yang datang lagi mah gue ogah ngasih tahu lo.

 

Widuri bergegas. Dari ruang tengah dia mengintip. Dia melihat Yudhis sedang bicara dengan Irfan. Lalu mengangguk ke Oki yang baru keluar.

 

Widuri bergegas menuju lemari. Bercermin merapikan diri. Dia merasa gugup.

 

Widuri keluar setelah merasa dirinya cukup rapi.

 

30. EXT. DEPAN RUMAH WIDURI — CONTINUOUS 30

 

Oki dan Irfan pergi.

 

Widuri tersenyum. Dia mendekat ke Yudhis.

 

Yudhis menyilangkan tangan di dada. Dia pura-pura marah.

 

YUDHIS

Kenapa nggak balas WA saya lagi semalam?

 

Widuri panik.

 

Yudhis menikmati momen itu.

 

YUDHIS (CONT’D)

Kamu mau ke kios, kan? Kalau kamu mau siap-siap sekarang, saya tunggu di sini.

 

Widuri mengangguk. Mulutnya membentuk kata “oke”.

 

Widuri berbalik. Berjalan masuk ke dalam rumah.

 

YUDHIS (CONT’D)

Wid!

 

Widuri berhenti. Dia menoleh. Pandangannya bertanya “ada apa?”

 

YUDHIS (CONT’D)

Saya belum sarapan.

 

Widuri tertawa kecil. Dia mempersilakan Yudhis masuk ke dalam rumah.

 

Yudhis tersenyum. Dia turun dari motor. Lalu menyusul Widuri masuk ke dalam rumah.


31. INT. RUMAH WIDURI — RUANG MAKAN - MOMENTS LATER 31

 

Yudhis terkesima melihat deretan piala dan piagam penghargaan. Dia mendekatkan wajah membaca keterangan yang ada pada tiap piala dan piagam. Dia memungut salah satu piala. Membaca tulisan yang ada di sana. Raut mukanya serius.

 

Yudhis menoleh Widuri. Widuri sedang menyediakan makanan.

 

YUDHIS

Kamu pernah menang lomba kritik sastra?

 

Widuri menggelengkan kepala.

 

WIDURI

Itu punya Ayah saya.

 

Yudhis mengembalikan piala ke tempat semula.

 

WIDURI (CONT’D)

Ayah dapat piala itu pas lagi sakit. Itu enam tahun lalu. Nggak lama sebelum meninggal.

 

Yudhis duduk. Dia menatap Widuri dalam.

 

WIDURI (CONT’D)

Kamu pernah ikutan?

 

Yudhis tertawa.

 

YUDHIS

Boro-boro ngritik sastra. Nulis aja kagak.

 

Widuri tertawa.

 

YUDHIS (CONT’D)

Temen-temen yang tinggal kos Nenek saya sih penulis. Mereka bikin klub sastra gitu. Jadinya, hampir tiap hari saya dicekokin segala hal berbau sastra.
(beat)
Oh ya, ayah kamu Heru Dwiyatmo?

 

WIDURI

Kamu kenal?

 

YUDHIS

Enggak juga. Cuman ngerasa nggak asing. Mungkin temen saya pernah nyebut namanya.

 

Widuri mempersilakan Yudhis makan.

 

Yudhis mulai makan.

 

WIDURI

Maaf tadi saya kesiangan. Baru ini yang bisa saya sediakan.

 

Yudhis menelan makanan di mulut.

 

YUDHIS

Buat orang yang lagi jadi parasit lebih pantas dimintain bayar tahu. Bukannya dimintain maaf.

 

WIDURI

Kalau begitu kamu beruntung. Soalnya saya lagi baik hari ini.

 

YUDHIS

Kenapa bisa kamu jadi baik hari ini?

 

WIDURI

Mungkin karena saya bangun kesiangan. Jadi, berbuat kebaikan adalah kompensasi yang musti saya bayar.

 

YUDHIS

Ya, saya setuju. Ini kompensasi yang sepadan.

 

Yudhis dan Widuri tertawa.

 

YUDHIS (cont’d)

Tapi saya masih butuh alasan. Kenapa kamu nggak balas WA saya lagi semalam?

 

Widuri mencari-cari alasan.

 

YUDHIS (CONT’D)

Tapi berhubung kamu udah nyediain nasi goreng super lezat pagi ini, kebutuhan saya yang barusan saya cancel.

 

Yudhis meringis. Dia selesai makan.

 

Widuri tersenyum senang. Dia merasa lega.

 

Yudhis bangkit berdiri. Membawa piring serta gelas bekas makan minumnya.

 

WIDURI

Kamu mau ngapain?

 

Yudhis tidak menjawab. Dia hanya tertawa kecil.

 

WIDURI (CONT’D)

Kamu nggak perlu ...

 

Yudhis menunjuk arah ke belakang dengan dagu. Lalu dia berjalan ke sana.

 

Widuri berusaha mencegah. Tapi Yudhis abai. Dia terus berjalan ke belakang.

 

Widuri bangkit dan menyusul.

 

LATER

 

Yudhis menaruh piring dan gelas di bak cuci piring.

 

Widuri memegang tangan Yudhis mencegahnya. Yudhis tersenyum melihat tangan Widuri. Widuri merasa gugup. Buru-buru melepas tangannya.

 

YUDHIS

Nggak pa-pa. Itung-itung buat bayar makannya, kan?

 

Widuri menggeleng tak setuju. Tapi Yudhis malah melirik bak cuci. Dia menelengkan kepalanya ke arah situ.

 

Widuri mengikuti arahan kepala Yudhis.

 

YUDHIS (CONT’D)

Yang itu bagian kamu, kan?

 

Widuri tersenyum kaku. Tubuhnya diam tak bergerak. Jantungnya deg-degan. Dia merasa jatuh cinta.

 

Yudhis menelengkan kepalanya lagi ke arah bak cuci.

 

Widuri bergegas ke tempat cuci.

 

Pekerjaan Yudhis selesai. Dia menaruh piring dan gelas di rak.

 

YUDHIS (CONT’D)

Butuh bantuan nggak?

 

Widuri menggelengkan kepala.


YUDHIS

Yowes. Cepetan gih, kios udah nunggu.

 

Yudhis tersenyum. Dia memahami kekikukan Widuri.

 

Yudhis lalu meninggalkan Widuri. Dia pergi ke ruang tamu.

 

Widuri diam-diam menatap punggung Yudhis menjauh.


32. EXT. JALAN RAYA — DAY 32

 

Musik romantis mengalun. Yudhis memboncengi Widuri menuju kios.

 

Widuri menjaga jarak. Jantungnya terus deg-degan.

 

Yudhis mencuri-curi pandang ke Widuri lewat kaca spion. Dia merasa bahagia.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar