21. Bagian 21

106. INT. KIOS — AFTERNOON 106

 

Widuri melayani seorang pembeli. Laki-laki, 30 tahunan. Dia memasukkan tiga buah buku ke dalam kantong keresek. Lalu memberikannya ke Pembeli.

 

Si Pembeli memberikan uang pas ke Widuri.

 

Widuri mengangguk berterima kasih sambil tersenyum. Pembeli itu pun pergi.

 

Lewat POV Widuri kita akan melihat jalanan yang padat. Suasananya tidak menyenangkan. Banyak asap kendaraan. Bunyi klakson yang bising. Di seberang, ada sekelompok Pemuda berjalan di trotoar. Dua di antaranya membawa gitar yang mengingatkannya pada Yudhis dan Ale.

 

Widuri menoleh. Menatap sebentar dua gitar milik Ale dan Yudhis di atas rak.

 

Widuri membuka ponsel. Melihat grup chat. Ada ratusan chat di mana dia ikut berbaur barusan tadi. Widuri mengira Yudhis dan Ale masih melanjutkan chat. Tapi rupanya tidak.

 

Mang Ikhsan datang.

 

MANG IKHSAN

Neng, Mamang tinggal dulu yak. Hari ini tahlilan di tetangga Mamang dipercepat. Jadi bakda Magrib.

 

Widuri menganggukkan kepala sambil tersenyum.

 

Mang Ikhsan membalas senyuman Widuri sambil melambaikan tangan. Dia pun bergegas pergi.

 

WIDURI

Oh ya, Mang ...

 

Mang Ikhsan berhenti. Dia menoleh.

 

WIDURI (CONT’D)

Udah jam segini, tapi kok Pak Bahri nggak ke sini ke sini, ya?

 

Mang Ikhsan kaget.

 

MANG IKHSAN

Loh, memangnya Ibu nggak ngasih tahu?

 

Widuri menggeleng. Dia terkejut.

 

MANG IKHSAN (Cont’d)

Pak Bahri nggak jadi datang soalnya udah bicara di telpon sama ibu.

 

WIDURI

Kapan, Mang?

 

MANG IKHSAN

Katanya Pak Bahri sih tadi siang pas jam makan siang.

 

Widuri menelan ludahnya.

 

MANG IKHSAN (CONT’D)

Gimana, ada yang mau ditanya lagi?

 

WIDURI

Enggak, Mang. Itu aja. Ya udah makasih Mang. Mamang hati-hati di jalan.

 

Mang Ikhsan mengangguk. Dia pun pergi.

 

107. INT. RUMAH WIDURI — RUANG MAKAN - EVENING 107

 

Rahmi makan dengan lahap. Sedangkan Widuri tak menyentuh makanan sama sekali. Dia hanya menghabiskan teh.

 

Rahmi tidak memperhatikan Widuri. Dia makan sembari menyimak televisi.

 

Widuri ingin bicara pada Rahmi. Di bawah meja, kita akan melihat tangan Widuri menggenggam kertas cetakan pengumuman dari universitas milik Oki.

 

Terdengar suara sepeda motor berhenti dari depan. Widuri menoleh ke arah sumber suara. Sementara Rahmi masih tak memperhatikan apa-apa selain televisi dan makanan yang sedang dia makan.

 

CUT TO:


108. EXT. DEPAN RUMAH WIDURI — SAME TIME (EVENING) 108

 

Oki turun dari motor Irfan. Tubuhnya terlihat lelah. Wajahnya kusut.

 

IRFAN

Gua cabut yak!

 

OKI

Oke. Lo ati-ati.

 

Irfan pergi. Sedangkan Oki berbalik. Dia berjalan masuk ke dalam rumah.

 

109. INT. RUMAH WIDURI — RUANG MAKAN - CONTINUOUS 109

 

Oki masuk. Dia mengucapkan salam.

 

OKI

Assalamualaikum.

 

Oki masuk. Widuri membalas salam Oki. “Waalaikumsalam”.

 

Rahmi menoleh. Dia terkejut Oki pulang.

 

Oki mendekat. Dia salim ke Rahmi dan Widuri.

 

Rahmi tersenyum bahagia.

 

RAHMI

Kok udah pulang?

 

Oki duduk.

 

OKI

Iya. Wawancara sama medical check up-nya bareng.

 

Rahmi mengambilkan Oki makanan. Sambil terus bicara.

 

RAHMI

Ya bagus kalau gitu. Kan pabrik gede. Fasilitas pasti lengkap. Jadi semua bisa dikerjain di satu tempat.

 

Oki mengabaikan Rahmi. Dia mulai makan.

 

RAHMI

(Ke Widuri)

Tuangin teh, Wid.

 

Widuri terkesiap. Dia bergegas menuangkan teh buat Oki.

 

Rahmi tersenyum antusias.

 

RAHMI (CONT’D)

(Ke Oki)

Terus gimana hasilnya?

 

Oki tidak membalas. Dia merasakan pandangan Widuri. Dia terus makan. Memilih mengabaikan Rahmi sekaligus Widuri.

 

RAHMI (CONT’D)

Jadi sekalian nyari kosan? Atau mau tinggal di tempat Om-nya Irfan dulu sambil nyari-nyari yang pas?

 

Oki menelan makanan di dalam mulut. Dia terpaksa menjawab.

 

OKI

(Nada bicaranya ketus)

Udah dicariin sama Om-nya Irfan.

 

RAHMI

Berarti udah pasti kamu keterima kerja, kan?

 

Oki mengangkat wajah. Dia melihat Widuri yang ternyata masih memperhatikannya.

 

OKI

Ya udah pasti dong, Bu!

 

RAHMI

Iya. Ibu kan mastiin aja. Kamu berdua Irfan motoran ke Bandung masa iya nggak jadi kerja.

 

OKI

Kan Oki udah bilang pasti ya pasti, Bu!

 

Rahmi tersenyum meminta maaf. Sembari melirik Widuri.

 

WIDURI

Emang kerja apa, Ki?

 

Rahmi menatap Widuri. Raut mukanya berubah. Dia tak suka Widuri ikut nimbrung.

 

OKI

(Nyaris tak terdengar)

Pabrik sepatu.

 

Widuri menelan ludahnya. Dia berusaha tersenyum. Tapi Oki tak nyaman.

 

Widuri hendak bicara lagi. Tapi Oki buru-buru bangkit. Dia meninggalkan makanannya yang belum habis dan masuk ke dalam kamarnya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar