22. Bagian 22

110. EXT. TAMAN — THE NEXT DAY (DAY) 110

 

Widuri duduk sendirian. Suasana taman sepi. Hampir tak ada pengunjung. Kecuali beberapa pedagang asongan. Dan juga orang yang lewat.

 

Widuri menatap ke sekitar. Dia menikmati suasana itu. Sekalipun dia merasa kesepian.

 

CUT TO:


111. E/I. JALANAN/SEBERANG KIOS — MOBIL - SAME TIME (DAY) 111

 

Yudhis memandangi kios Widuri yang tutup. Sedangkan kios Mang Ikhsan di sebelahnya buka.

 

Yudhis menelan ludahnya. Dia lalu membuka handphone. Mengecek grup chat. Widuri tidak nampak dalam obrolan sejak semalam.

 

Kemudian Yudhis mengecek ke akun Widuri. Tidak ada tanda dia sedang online. Yang ada adalah keterangan jika Widuri online sehari yang lalu.

 

Yudhis menghirup udara dan mengembuskannya. Dia ingin menemui Mang Ikhsan tapi merasa segan. Akhirnya dia pun pergi.


112. EXT. KOMPLEK KIOS — DAY 112

 

Lewat POV Mang Ikhsan, kita akan melihat Widuri mendekat. Mang Ikhsan tersenyum. Widuri balas tersenyum.

 

Widuri turun dari sepeda. Dia memarkir sepeda. Walaupun wajahnya tersenyum, tapi kita akan merasakan mood Widuri yang kacau.

 

Mang Ikhsan memperhatikan Widuri. Dia ingin mengatakan sesuatu. Tapi dia tahan.


113. EXT. RUMAH ALE — TERAS - DAY 113

 

Ale bermain gitar bersama Yudhis dan dua teman satu kompleksnya. YUSUF dan SENO.

 

Yusuf memainkan sebuah lagu cinta. Tentang sepasang kekasih yang merasa ragu terhadap pasangannya satu sama lain.

 

Ale diam-diam memperhatikan Yudhis. Dia membaca wajah Yudhis.

 

Terdengar bunyi handphone.

 

Yudhis mengecek handphone. Ada pesan dari ibunya. Yudhis membalas pesan itu.

 

Ale diam-diam mencuri lihat ke handphone Yudhis sembari terus turut menyanyikan lagu bersama dengan Seno. Tampak Yudhis tengah mengecek akun Widuri di mana tidak ada tanda bahwa Widuri sedang online.

 

Yudhis mematikan handphone.

 

Ale buru-buru mengalihkan pandangan ke Yusuf dan Seno.

 

Yudhis pura-pura kembali ikut bernyanyi. Tapi ekspresi wajahnya tidak bisa ditutup-tutupi.

 

CUT TO:


114. EXT. KIOS — DAY 114

 

Widuri menutup Kios. Wajahnya kusut.

 

Mang Ikhsan masih memperhatikan. Dia ingin bicara lagi padanya. Tapi, Mang Ikhsan tetap merasa segan. Sehingga dia mengurungkan keinginannya tersebut.

 

WIDURI

Mang, Widuri pulang duluan, ya.

 

Mang Ikhsan tersenyum sembari menganggukkan kepala.

 

Widuri mengambil sepeda. Kemudian dia pergi.


115. EXT. JALAN/JEMBATAN/KALI — DAY 115

 

Ale dan Yudhis berdiri bersisian. Ada banyak orang lewat. Ale menyalakan rokok.

 

Yudhis berdiri membelakangi jalanan. Wajahnya pias. Dia memandang ke arah yang tak tentu.

 

Ale memainkan asap rokok ke udara.

 

ALE

Omongin aja lagi. Demen amat nyiksa batin sendiri.

 

Yudhis tersenyum pahit.

 

YUDHIS

Emang apa yang musti gue omongin? Repelita grup WA?

 

Ale tertawa. Dia membalikkan badan. Dia mengisap isapan rokok yang terakhir. Lalu membuang putung ke kali.

 

ALE

(Sinis)

Emang apa faedahnya grup itu?

 

Yudhis menoleh. Raut mukanya serius.

 

ALE (CONT’D)

Gini deh. Sebenernga gue engap lihat lo. Lo ini antara nggak ada nyali. Atau, cuman takut di-ghosting aja secara dia aquarius?

 

Yudhis mencerna kalimat Ale.

 

Ale memekik senyum sinis. Sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

 

ALE (CONT’D)

Penyakit lama. Sadar nggak sih nyet. Percaya sama gituan nggak cuman tahayul. Tapi juga bikin rugi.

 

Yudhis tertawa.

 

YUDHIS

Gue bahkan nggak tahu dia aquarius. Soalnya saya udah lama nggak pakai cara begituan buat ngedeteksi orang Pak Ustad.

 

Ale menoleh. Yudhis meringis. Mulut Ale membentuk kata “nyet” dengan keras gara-gara Yudhis menyebutnya “Pak Ustad”.

 

ALE

Beneran deh, mau lo pendem aja gitu? Kalau ya, gue sih malah setuju. LDR-an nggak dianjurin. Nggak sehat.

 

Yudhis menatap Ale. Raut muka Ale serius.

 

Yudhis memikirkan kata-kata Ale menuduhnya tidak ada nyali.

 

ALE (CONT’D)

Lagian, nggak kebayang gimana bentukannya temen gue jadian sama orang enggak ada nyali kayak lo.

 

Ale tertawa sinis. Yudhis menatapnya. Wajahnya tegang. Dia merasa tersinggung.

 

YUDHIS

Nggak perlu dibayangin. Gue sendiri pun nggak sampe mikir kejauhan gitu.

 

ALE

Ya paling nggak, ada yang mau ngambil aksi lah.

 

Yudhis membalikkan badan menghadap Ale.

 

YUDHIS

Trus, lo mau gue nembak dia? Sementara gue sama dia belum lama kenal?

 

Ale tertawa.

 

ALE

Ini kenapa gue bilang lo nggak ada nyali nyet!

 

Yudhis menelan ludahnya.

 

Ale naik pitam. Tapi dia masih bisa mengontrol diri.

 

ALE (CONT’D)

Kenapa juga lo nggak lulus lulus. Orang perkara ginian aja masih pake ukuran lama-enggaknya kenal.
(Beat)
Orang kalo punya nyali, jarak itu nggak jadi perkara.

 

Ale mengambil rokok di saku baju. Lalu menyalakannya sebatang.

 

Yudhis memandang lurus ke depan. Dia merasakan kebenaran kata-kata Ale. Hingga akhirnya dia sadar, rasa ragu di dalam hatinya karena dia memang tidak punya nyali.

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar