8. Bagian 8

45. EXT. MULUT GANG KECIL — MOMENTS LATER 45

 

Widuri dan Yudhis turun dari mobil. Mereka jalan bersisian.

 

Yudhis masih merasakan kesedihan yang dirasakan Widuri. Tapi dia tak tahu harus bicara apa padanya. Mereka pun terus berjalan tanpa bicara. Sesekali saling menoleh dan tersenyum.

 

46. EXT. DEPAN RUMAH WIDURI — CONTINUOUS 46

 

Pintu rumah Widuri tertutup rapat. Yudhis ragu mendekat. Dia berhenti berjalan. Widuri turut berhenti.

 

Widuri menatap Yudhis. Pandangannya bertanya “kenapa?”.

 

Yudhis tersenyum samar.

 

WIDURI

Masuk?

 

Melalui POV Yudhis, kita akan melihat Rahmi mengintip dari balik korden. Pandangan Rahmi tak suka.

 

Yudhis pura-pura tak melihat.

 

YUDHIS

Langsung pulang aja, ya.

 

WIDURI

Loh? Nggak laper lagi emangnya?

 

Yudhis tertawa.

 

YUDHIS

Besok-besok aja deh. Ibu saya udah gemas nungguin saya di rumah.

 

Widuri menautkan alis.

 

YUDHIS (CONT’D)

Serius. Saya udah keluar rumah dari pagi. Ibu saya pasti lagi ngumpulin orang satu RT buat bantu nyariin saya.

 

Widuri berusaha menahan tawa.

 

YUDHIS (CONT’D)

Ini beneran. Kejadian kayak gini pernah saya alami.

 

Widuri tak mampu lagi menahan tawa. Dia mengangguk-anggukkan kepala.

 

WIDURI

Oke.

 

Yudhis menatap Widuri terkejut. Dia menyipitkan mata.

 

YUDHIS

Oke?

 

WIDURI

Saya mau denger cerita yang tadi. Kayaknya seru.

 

YUDHIS

Siapin waktu paling luang aja pokoknya. Kamu bakal ngunduh info langsung ke sumbernya.

 

WIDURI

Jangan khawatir. Waktu saya lebih banyak luangnya, kok.

 

Yudhis tertawa. Dia ragu hendak menyalami Widuri atau tidak. Akhirnya dia hanya merendahkan bahunya ke Widuri. Walaupun rasanya gugup dan kikuk. Lalu dia berbalik dan pergi.

 

Widuri tersenyum. Sembari terus memandangi Yudhis hingga dia tidak terlihat lagi.

 

47. INT. RUMAH WIDURI — RUANG MAKAN - NIGHT 47

 

Rahmi sedang menyiapkan makan malam.

 

Widuri masuk. Sembari mengucapkan salam. Tapi melihat ibunya, raut berbinar di wajahnya lenyap.

 

Rahmi membalas salam Widuri dengan malas.

 

Widuri mendekat. Dia salim ke ibunya lalu membantu menuang teh.

 

Rahmi berusaha biasa-biasa saja. Tapi ekspresinya datar. Dia lalu memanggil Oki.

 

RAHMI

Ki. Oki.

 

Widuri melirik Rahmi.

 

Rahmi mengabaikannya.

 

Oki tak kunjung datang.

 

Rahmi mulai kesal. Menoleh ke kamar Oki.

 

Widuri ikut menoleh.

 

RAHMI (cont’d)

OKI!

 

Widuri terkesiap. Dia menatap ibunya dengan pandangan takut.

 

Pintu kamar Oki membuka. Oki muncul. Wajahnya suntuk. Dia lalu duduk di meja.


RAHMI (CONT’D)

(ke Oki)

Ibu harus teriak-teriak dulu supaya kamu mau datang kalau dipanggil?!

 

Oki menundukkan kepala.

 

RAHMI (CONT’D)

Kalau usia kamu belum tujuh belas tahun ibu bakal maklum.
(beat)
Kamu sudah gede Oki. Gunain nalar kamu.
(beat)
Ibu manggil sampai dua kali artinya penting!

 

Rahmi memandang Oki tajam.

 

Widuri mengambil sikap hendak menengahi. Tapi sikap Rahmi memblokirnya. Sehingga Widuri hanya diam.

 

RAHMI (CONT’D)

Kalau yang kayak gitu aja masih harus dikasih tahu. Apa yang bisa diandelin dari kamu coba?!

 

Oki menelan ludah. Widuri memandanginya kasihan.

 

Rahmi mengambilkan Oki makanan.

 

RAHMI (cont’d)

Habis makan cuci piring. Biasakan mulai dari sekarang.

 

Oki terpaksa makan.

 

Rahmi pergi. Dia tak ikut makan.

 

Widuri memandangi ibunya masuk kamar. Lalu dia duduk.

 

Oki makan dengan wajah tertunduk.

 

Widuri berusaha memanggil-manggil Oki. Tapi Oki tidak menghiraukannya.

 

Widuri terus berusaha mencari perhatian Oki.

 

Hingga kemudian Oki terpaksa mengangkat wajahnya menatap Widuri. Raut mukanya kesal.

 

WIDURI

Ibu kenapa?

 

Oki tak menjawab.

 

WIDURI (CONT’D)

Oki, sebelum gue pulang tadi, ibu ngomong sesuatu sama kamu?

 

Oki mengalihkan pandangan.

 

WIDURI (CONT’D)

Ki, Ibu kayak gitu barusan enggak mungkin nggak ada sebabnya, kan?

 

Oki menelan makanan di dalam mulutnya. Dia menoleh Widuri. Pandangannya marah.

 

OKI

Kenapa nggak tanya Ibu langsung sih, Kak?!

 

Widuri terkejut. Dia tak menyangka Oki sekesal itu.

 

OKI (CONT’D)

Ibu ada di kamar persis di belakang lo, Kak. (beat) Lagian ... bukan gue juga yang harus ngejelasin ke lo kalau emang Ibu kenapa-kenapa.

 

Selera makan Oki buyar. Dia berhenti makan.

 

Widuri menatapnya bingung. Dia ingin bicara lagi. Tapi sikap Oki mencegahnya.

 

Oki bangkit. Dia pergi ke belakang membawa piring makannya yang baru beberapa kali suap.

 

Widuri memikirkan sikap Rahmi dan Oki. Dia berpikir pasti ada sesuatu yang keliru. 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar