24. Bagian 24

119. INT. RUMAH WIDURI — RUANG MAKAN - THE NEXT DAY (MORNING) 119

 

Widuri menyiapkan meja sambil mencuri-curi pandang ke kamar ibunya. Pintu kamar Rahmi membuka. Tampak Rahmi sedang siap-siap.

 

Dia lalu melihat Oki di kamarnya. Pintu kamar Oki juga membuka. Oki sedang sibuk memberesi kamar.

 

Rahmi keluar kamar. Ekspresi wajahnya memperlihatkan suasana hatinya sedang baik-baik saja. Dia menatap Widuri. Tadinya segan. Tapi akhirnya tersenyum.

 

Widuri membalas senyuman ibunya canggung.

 

Rahmi duduk dan mengambil makanan.

 

Musik sedih mengalun. Tanpa suara, kita akan melihat Rahmi memanggil Oki.

 

Oki buru-buru mendekat. Dia duduk.

 

Rahmi, Widuri, dan Oki makan dalam diam. Suasananya hangat. Tapi Widuri merasa asing.

 

120. INT. KIOS — DAY 120

 

Musik sedih masih mengalun. Terdengar semakin menyayat. Widuri berdiri di tengah-tengah ruangan kios. Pandangannya mengeliling ke seluruh ruang dengan tatapan yang nanap.

 

Alunan musik sedih diganti petikan nada gitar Ale. Nada ini mengiringi Widuri mencopot beberapa piagam penghargaan serta foto-foto dirinya dengan almarhum ayahnya di dinding. Lalu mengosongkan rak. Mengepak buku-buku ke dalam dus-dus kosong.

 

CUT TO:


121. EXT. JEMBATAN/KALI — SAME TIME 121


Yudhis dan Ale berdiri bersisian.

 

Yudhis menelpon Widuri. Dia sengaja memperlihatkannya ke Ale.

 

Yudhis dan Ale gusar menunggu. Tapi Widuri tidak mengangkat panggilan itu.

 

Yudhis dan Ale bertukar pandang.

 

Ale merasakan perasaan Yudhis yang nelangsa.

 

122. INT. RUMAH WIDURI — RUANG TENGAH/KAMAR RAHMI - NIGHT 122

 

Widuri berdiri di depan kamar Rahmi. Dia memegang kertas pengumuman milik Oki. Dia merasa ragu hendak mengetuk pintu. Tapi akhirnya memaksa diri.

 

Widuri mengetuk pintu dan masuk. Rahmi kaget. Dia menoleh sambil buru-buru menyembunyikan map ke bawah selimut.

 

Widuri sempat melihat map itu dan ia penasaran. Tapi dia tidak memikirkannya. Tujuannya menemui Rahmi untuk membicarakan Oki.

 

Rahmi tersenyum canggung.

 

Widuri mendekat. Dia duduk di samping ibunya. Di pinggir tempat tidur.

 

WIDURI

Bu, Oki kuliah di Bandung?

 

Rahmi menatap Widuri. Dia berat menjawab. Sebelum sanggup menjawab, Widuri menyodorkan kertas di tangannya.

 

Rahmi mengambil kertas itu dan melihatnya.

 

Widuri memperhatikan Rahmi. Rahmi menatap Widuri lalu menganggukkan kepala lemah. Sembari tersenyum tipis.

 

Di dalam hatinya, Rahmi merasakan rasa marahnya ke Widuri telah hilang.

 

WIDURI (CONT’D)

Terus kemarin dia ke Bandung ngapain? Yang betul yang mana, Bu?

 

Rahmi mengatur kata. Dia tahu percakapan ini akan terjadi.

 

RAHMI

Om-nya Irfan, udah lama nawarin Oki kerja di Bandung. Itu makanya dia milih kuliah di sana.

 

Widuri menelan ludahnya. Dia menahan isak yang membuat dadanya sakit.

 

WIDURI

(Nyaris tak terdengar)

Widuri denger Ibu ngomong apa sama Oki.

 

Rahmi menahan napas. Di dadanya timbul rasa sesal.

 

WIDURI (CONT’D)

Kenapa Ibu nggak ngajak Widuri bicara juga, Bu?

 

Hening.

 

Widuri menyusut hidung. Sedangkan Rahmi berusaha sekuat tenaga menahan diri agar tidak menangis.

 

RAHMI

(Nyaris tak terdengar)

Karena Ibu takut. Ibu nggak bisa ngontrol emosi Ibu, Wid.

 

Widuri menangkap pandangan Rahmi.

 

WIDURI

Bu, Widuri merasa lebih baik kalau Ibu marah-marah ke Widuri. Bukan begini, Bu.

 

RAHMI

Kamu bisa, Wid. Tapi Ibu enggak.

 

Rahmi merasa matanya sudah panas. Dia lalu mengalihkan pandangan.

 

RAHMI (CONT’D)

Di kepala Ibu, hampir setiap waktu yang keinget terus itu omongan kita sama Bapak.
(Beat)
Waktu itu kamu memang masih SMA.

 

Beat.

 

Rahmi mengatur emosinya. Air matanya mulai menetes. Membuat Widuri mulai merasa bersalah.

 

RAHMI (CONT’D)

Tapi sikap kamu, Wid. Bikin Ibu enggak takut lagi.
(Beat)
Bikin Ibu yakin kedepannya kita semua bakal baik terus.
(Beat)
Itu kenapa Ibu marah waktu kamu keukeuh enggak mau lepas kios.
(Beat)
Ibu marah waktu kamu pulang diantar Yudhis.

 

Rahmi menghela napas panjang. Berusaha menghentikan tangisnya.

 

RAHMI (CONT’D)

Tapi waktu Ibu lihat kamu seneng. Itu bikin Ibu sadar, Wid.
(Beat)
Ibu yang hampir nggak pernah bikin sesuatu buat kamu.
(Beat)
Enggak pernah tahu apa yang jadi maunya kamu.
(Beat)
Malah sebaliknya. Ibu terus yang nuntut kamu. Itu kan nggak bener.

 

Widuri mengambil tangan ibunya. Mereka saling menggenggam tangan saling menguatkan.

 

And we close to Widuri’s face.

 

RAHMI (O.S.) (CONT’D)

Karna Ibu merasa bakalan marah terus sama kamu. Ibu pikir ada baiknya kamu tahu sendiri. Tapi ternyata Ibu tetep aja salah. Karna ini enggak ada baiknya sama sekali.
(beat)
Ibu minta maaf, Wid.

 

Widuri terus menatap ibunya. Dadanya terasa hangat. Tangisannya meluapkan perasaan bahagianya.

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar