40. INT. RUMAH NENE MARNI — PAGI
Di kamar sederhana, sinar matahari masuk dan menyorot wajah SAMUEL yang tertidur di atas karpet.
SAMUEL bangun dari tidurnya dan mengucek matanya. SAMUEL membuka kamar dan menemukan rumah dalam keadaan sepi.
41. EXT. HALAMAN RUMAH NENE MARNI — PAGI
SAMUEL menghirup udara desa sembari melihat anak bermain bersama. SAMUEL melihat dan memperhatikan SANTI (23), wanita berhijab khas Jawa yang sedang mengayuh sepeda.
NENE MARNI
Oh Nyong, sudah bangun?
NENE MARNI datang membawa kayu bakar. SAMUEL sigap mengambil alih kayu bakar dari NENE MARNI.
NENE MARNI
Nene dari rumah Bapak RT buat minta izin kamu tinggal di sini. Ayo masuk, Nene mau masak buat kamu.
Nene MARNI masuk ke dalam rumah diikuti oleh SAMUEL.
42. INT. RUMAH NENE MARNI-DAPUR — PAGI
SAMUEL memperhatikan NENE MARNI yang sedang memasak di tungku. Tak lama kemudian, NENE MARNI menyajikan semangkuk JAGUNG CATEMAK. SAMUEL mencicipi JAGUNG CATEMAK, terdiam sejenak kemudian menyantap dengan lahap sembari MENANGIS TANPA SUARA. NENE MARNI memakan JAGUNG CATEMAK tanpa berkomentar apapun.
SAMUEL/NEO
Ini sangat enak!
NENE MARNI
(Tersenyum)
Baru kali ini ada yang menangisi masakan Nene.
SAMUEL/NEO
Aku menghidupi diriku dengan makanan keasinan sejak masih SMA. Aku mengalami masa sulit untuk membumbui masakan dengan benar.
SAMUEL terisak. NENE MARNI mengisi kembali mangkuk SAMUEL dengan JAGUNG CATEMAK. SAMUEL kembali makan dengan lahap.
CUT TO:
43. EXT. PANTAI — SIANG
SAMUEL melangkahkan kaki menuju pantai. SAMUEL memperhatikan DANAR (9), SENO (10), BIMO (10) yang sedang bermain sepak bola. SANTI datang dari belakang dan melemparkan bola ke bahu SAMUEL, membuat SAMUEL mengaduh.
SANTI
Ups, sorry!
SAMUEL mengambil bola, kemudian melemparkan dengan pelan ke SANTI yang langsung menangkapnya.
SAMUEL/NEO
Sepertinya kamu sengaja melemparku.
SANTI
Tentu saja!
SANTI tertawa kecil, kemudian berteriak memanggil anak-anak sembari melambaikan tangan.
SANTI
(Berteriak)
Anak-anak, sini!
Anak-anak berhenti bermain bola, berlari menuju SANTI dan SAMUEL.
SANTI
(Berbicara ke Samuel)
Tanding bola, siapa yang kalah, dia harus traktir kelapa muda? Setuju?
Anak-anak berhambur menghampiri SANTI.
DANAR
Bu Guru, ini kan hari minggu. Apa belajar perkalian lagi?
BIMO
Beta udah ngerjain PR dari Bu Florentina, Seno itu yang belum Bu Guru.
SENO
Capai belajar terus Bu Guru!
SANTI mengelus kepala SENO.
SANTI
Hust ngga boleh ngomong gitu. Terkadang belajar memang bikin lelah, tapi kita ngga boleh nyerah. Kita harus semangat belajar agar cita-cita tercapai. Seno katanya mau jadi tentara kan?
(Seno mengangguk)
Ngga ada tentara yang ngga jago perkalian.
Lagipula hari ini Ibu mau ngajak main sepak bola lawan kakak ini. Beliau bilang, mau traktir kita kelapa muda kalau kita berhasil menang lawan dia.
SAMUEL/NEO
Hei, aku ngga bilang git--
DANAR, SENO, BIMO
(Memotong ucapan Samuel)
Horeee!
DANAR, SENO, BIMO berlari menuju pantai. SANTI berjalan mengikuti mereka.
BIMO
(Berteriak ke Samuel)
Ayo Kakak!
SANTI melambaikan tangan ke Samuel dengan tatapan meledek. SAMUEL menghela napas kemudian berjalan mengikuti ke PANTAI.
SANTI, DANAR dan SENO berdiri berhadapan dengan SAMUEL. SANTI mengikat kerudungnya dan tak lama kemudian BIMO bersiul dengan tangan. SANTI, DANAR dan SENO bermain sepak bola melawan SAMUEL hingga sore tiba.
44. EXT. PANTAI — SORE
SAMUEL, SANTI, DANAR dan SENO merebahkan tubuhnya di atas pasir sembari tertawa bersama. BIMO mengambil bola kemudian mendekati SAMUEL.
BIMO
Kakak, uang traktirannya mana?
SAMUEL merogoh saku kemudian menyerahkan uang Rp.10.000 kepada BIMO. DANAR dan SENO bangkit dan berlari meninggalkan pantai bersama BIMO.
SAMUEL dan SANTI duduk menatap pantai.
SANTI
Namaku Santi Paramita Ramdani, usia 23 tahun, mahasiswa PPG asal Bandung yang udah setengah setahun mengabdi di sini. Oh iya, aku di sini bareng temenku, Roni. Tinggal di sini di rumah Bu Yohana, yang paling pojok.
SANTI menunjuk sebuah rumah dengan telunjuknya.
SANTI (CONT'D)
Dan kamu?
SAMUEL/NEO
Neo.
(Terdiam sejenak)
Ya, cuma Neo. Orang Jakarta yang lagi liburan di sini.
SANTI
Woah kamu emang ngga salah milih tempat liburan. Disini itu aku menyebutnya surga tersembunyi. Kamu mungkin berpikir, hidup di sini terlihat sangat menyedihkan tanpa listrik, ponsel, televisi. Tapi aku pengen bilang, di sini kamu akan menemukan sisi lain dari yang kamu tempati. Anak-anak yang masih bermain bola,bermain layangan dan kamu lihat tempat ini masih asri.
SAMUEL/NEO
Tapi wajahmu sepertinya mengatakan sebaliknya.
SANTI
(Tertawa)
Apa itu terlalu kentara? Ya, mereka adalah masa depan desa ini dan aku memiliki tanggung jawab untuk mendidik mereka di tengah keterbatasan.
SAMUEL/NEO
Apa itu terlalu sulit?
SANTI
Kami harus berjuang di tengah keterbelakangan. Baik sarana prasarana, pola pikir mereka dan faktor lainnya. Tapi kupikir, akan sangat menyenangkan melihat muridku nanti menjadi orang pintar.
SAMUEL dan SANTI terdiam sembari melihat laut. Tiba-tiba SAMUEL mendengar mendengar panggilan NENE MARNI.
OMA MARNI (O.S)
Neo! Neo!
SAMUEL menoleh dan melihat NENE MARNI melambaikan tangan ke arahnya.
SAMUEL/NEO
Sepertinya aku harus kembali.
SAMUEL bangkit dan membersihkan pasir dari celananya. SANTI merogoh saku bajunya dan mengulurkan uang Rp.10.000 ke SAMUEL.
SANTI
Tadi aku hanya bercanda. Aku hanya tidak tahu bagaimana berkenalan dengan orang baru.
SAMUEL/NEO
Simpan saja uangnya. Tapi lain waktu, kamu harus mentraktirku kelapa muda.
SAMUEL berjalan meninggalkan SANTI.
SANTI
(Berteriak)
Hei, itu berarti mulai hari ini kita berteman?
SAMUEL memberikan tanda 'OK' dengan jarinya tanpa berbalik menatap SANTI. SANTI menatap SAMUEL yang berbincang dengan NENE MARNI kemudian kembali menatap sunset di laut.
CUT TO:
45. EXT. HALAMAN RUMAH NENE MARNI — PETANG
NENE MARNI dan SAMUEL pulang ke rumah. Terlihat lima orang ibu-ibu bergerombol di depan rumah NENE MARNI sembari berusaha mengintip ke dalam.
NENE MARNI
Kalau mau kenalan, masuklah ke dalam rumah.
Kelima orang ibu-ibu berbalik dan tersenyum malu-malu.
MA SITA
Darimana saja ini Ne, lama kitong tunggu.
NENE MARNI
Kau ini, seperti tidak ada kerjaan saja di rumah.
NENE MARNI membuka pintu dan masuk ke dalam rumah diikuti oleh SAMUEL serta kelima ibu-ibu.
46. INT. RUMAH NENE MARNI-RUANG TAMU — MALAM
NENE MARNI menyalakan lentera kemudian menaruhnya di atas tikar yang sudah berisi beberapa piring makanan. NENE MARNI kemudian duduk di samping SAMUEL.
NENE MARNI
Ini Neo, cucuku dari Jakarta. Dia sedang mencari alamat pamannya, tapi alamat yang diberi salah. Jadi Nene biarkanlah anak tinggal di sini dulu sebentar. Anak ini orang baik, dia nolongin Nene waktu di jambret.
MA NENDEN
Berarti sama seperti Bu Santi dan Pak Roni dari Jakarta.
MA MARIA
Eh, Bu Santi dan Pak Roni bukan dari Jakarta tapi dari mana lupa ya Ma Yerni?
MA YERNI
Bandung
MA MARGARETH mendekati SAMUEL dan memegang wajah SAMUEL.
MA MARGARETH
Anak ini ganteng banget, kulitnya bersih. Cocok kali jadi menantu aku.
MA SITA menampar pelan tangan MA MARGARETH.
MA SITA
Jangan dipegang, nanti gantengnya hilang!
SAMUEL tersenyum kaku.
MA NENDEN
Tapi yang jelas, Neo ini pasti anak pintar. Dia dari Jakarta, bisa nanti jadi kepala desa kita yang baru.
MA MARIA
Eh iya, lagian anak muda di sini yang lancar baca tulis itu sedikit.
NENE MARNI
Sudah,sudah. Baru satu hari di sini, kalian sudah buat wajah cucuku pucat. Pulang saja kalian.
47. EXT. KOMPLEK RUMAH DESA — MALAM
EXTABLISHING SHOT, kamera shooting ibu-ibu keluar dari rumah NENE MARNI.
MA SITA
Neo dilihat-lihat cocok sama Bu Santi.
MA NENDEN
Hust ngga boleh gitu, dengar-dengar Bu Santi udah menjalin hubungan serius dengan Pak Roni.
MA SITA
Ah masa?
Kelima ibu-ibu berpencar dan masuk ke dalam rumah masing-masing.
MA SITA
Selamat malam, Ma Nenden.
MA NENDEN
Selamat malam, Ma Sita.
MA SITA dan MA NENDEN menutup pintu rumah masing-masing.
FADE OUT