Wanita Surga script
Penulis: Dwi Kurnialis
Religi
Kategori
4,357
Dilihat
132
Suka
Blurb
Bue benar, selain mencari surga-Nya
Allah untuk Anna sendiri, Anna juga ingin menyampaikan Bapak dan Bue ke pintu surga. Anna sadar betul, Anna
belum bisa membahagiakan Bue di dunia. Tapi, setidaknya Anna ingin membahagiakan Bue
di akherat.
Premis
Seorang istri yang diuji oleh Allah melalui suami yang mengidap penyakit tumor otak dan dia berusaha membujuk suaminya agar mau dioperasi, tapi sang suami justru menolak keras lantaran takut operasinya gagal dan akan meninggal sebelum istrinya melahirkan.
Pengenalan Tokoh
Anna Khairunisa

Istri dari seorang Kiyai bernama Furqon Al Khudzaefi. Wanita Jawa berusia 24 tahun. Memiliki ciri fisik cantik, berlesung pipi, tinggi badan 159cm dengan postur tubuh ramping ideal, serta memiliki warna kulit kuning langsat. Anna selalu mengenakan pakaian muslimah baik di rumah ataupun di luar. Namun, jika di luar dirinya juga memakai cadar. Anna memutuskan untuk bercadar tepat di hari pernikahannya dengan Furqon. Anna pribadi yang rendah hati. Kalau bicara tegas, tenang sambil terus menatap lawan bicaranya tapi dengan pandangan tetap santun dan meneduhkan. Walaupun Anna bercadar, tetapi orang akan mudah memahami ekspresi wajah di balik cadar ketika sedang berbicara dengannya . Hal itu akan tercermin dari caranya berbicara,tatapan mata, dan gerak tubuhnya. Anna paling tidak menyukai kebohongan meskipun alasannya baik. Dia juga bisa marah ketika dirinya merasa telah dibohongi.
Anna berasal dari keluarga sederhana yang sangat kental nilai pendidikan agamanya. Ayahnya bernama Pak Rahmad, seorang petani sekaligus abdi dalam sebuah pondok pesantren di Jogja. Ibunya bernama Ibu Aisyah, seorang ibu rumah tangga biasa. Anna merupakan anak ke dua dari tiga orang bersaudara. Kakaknya laki-laki bernama Fauzan, dan sudah menikah dengan Amira. Sementara Adiknya perempuan bernama Husna yang masih duduk di bangku kelas 1 SMA.
Sejak kecil Anna terbiasa hidup jauh dari keluarganya. Memasuki sekolah Madrasah Tsanawiyah, Anna memilih bersekolah dan tinggal di pondok pesantren hingga lulus Madrasah Aliyah. Kemudian Anna pergi ke Jawa Timur demi mencari Beasiswa untuk kuliah di Kuliyyatul Banat, Kairo. Anna menjalani pendidikan di Kairo selama lima tahun mengambil Fakultas Dirasat Islamiyah wal Arabiyah. Anna juga merupakan murid kebanggaan dari Kiyai Abdullah (Ayah Furqon).
Kehidupan Anna berpegang teguh pada nilai ideologis Keislaman. Hingga hal tersebut memengaruhi juga pada kehidupan percintaan pribadinya. Anna tidak pernah memiliki komitmen serius dengan laki-laki sewaktu dirinya masih lajang, termasuk dengan Furqon, suaminya. Justru dirinya terkesan menjauhi kaum laki-laki. Tapi, setelah menikah Anna berusaha untuk menjadi istri yang sesungguhnya, selalu mengabdikan diri kepada suaminya. Anna adalah sosok yang gemar berbagi dalam hal kecil hingga hal besar, termasuk tentang ilmu pengetahuan agamanya. Salah satu yang menjadi factor pendorong untuknya menjadi tenaga pengajar di pesantren milik suaminya, setelah sebelumnya dia juga pernah mengajar di pondok pesantren yang berada tidak jauh dari rumah orang tuanya.
Dalam hidup Anna pernah memiliki kesedihan tersendiri, ketika dirinya harus berpisah dari keluarga. Cita-cita yang ingin dicapainya mengharuskannya mengorbankan waktu kebersamaannya dengan orang tua dan saudaranya. Kebahagiaan yang ia rasakan adalah ketika dapat kembali berkumpul bersama keluarganya, dirinya akan selalu merasa hal itulah yang mampu membayar kesedihannya.


Furqon Al Khudzaefi


Laki-laki blasteran berusia 29 tahun. Ayahnya seorang ulama besar berasal dari Jawa, bernama Kiyai Abdullah. Sementara ibunya Amena, berasal dari kota Madinah. Furqon lahir dan besar di Solo. Namun, selepas lulus Madrasah Aliyah Furqon memilih kuliah di kota kelahiran ibunya. Furqon tinggal di Madinah selama hampir 12 tahun. Furqon merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Kakaknya yang bernama Rofiq telah meninggal dunia. Furqon memiliki trauma atas penyebab kematian ibunya.
Furqon merupakan seorang Kiyai muda yang terkenal di Jawa. Furqon sering diminta mengisi acara pengajian. Selain itu Furqon juga memiliki sebuah pondok pesantren serta usaha travel haji dan umroh. Kegiatan sehari-hari dihabiskan di kantor dan pesantren. Furqon merupakan orang yang bertanggung jawab dan gigih dalam bekerja. Furqon memiliki sifat sedikit keras kepala. Furqon tipe orang yang tidak banyak bicara dan merupakan orang yang tegas. Tutur bahasa dan cara bicaranya mencerminkan orang yang berpengalaman dan berpendidikan. Setiap keputusan yang diambilnya memiliki sebuah alasan yang besar.

Furqon memiliki ciri fisik proporsional, rambut belah samping, wajah tampan khas orang Arab dengan alis menyambung, hidung mancung, memiliki kumis dan cambang tipis, warna kulit sawo matang. Di keseharian Furqon biasa mengenakan baju pria muslim seperti galabiyya dan koko serta peci yang sesekali diganti dengan kain turban sebagai penutup kepalanya. Furqon sangat berwibawa. Furqon gemar berolahraga, terutama lari di pagi hari, dan tentu saja dia mengenakan kaos lengan pendek dan celana training panjang. Memiliki ketampanan yang sempurna membuatnya disukai banyak wanita, salah satunya Laila. Tapi, Furqon bukanlah orang yang mudah jatuh cinta dan tidak mudah juga mengungkapkan rasa cinta. Sebelum menikah dengan Anna, Furqon sempat tinggal di Mesir bersama ayahnya selama 3 bulan. Di sanalah dirinya bertemu dan mengenal Anna.


Akmal


Akmal merupakan seorang dokter sekaligus suami dari Laila. Berasal dari Jakarta. Usianya sebaya dengan Furqon. Gaya bicaranya tertata dengan rapi dan mencerminkan jika dirinya tidak berasal dari Jawa, karena sukunya asli betawi. Ciri fisik tinggi dan sedikit berisi, berkulit kuning langsat, dan selalu mengenakan kaca mata. Cara berpakaiannya selalu mengenakan kemeja dan celana dasar yang rapi. Akmal merupakan sosok pendengar yang baik dan amanah. Cara berpikirnya rasional . Ekspresi wajahnya agak tenang cenderung dingin meski tatapan matanya yang bulat itu selalu tajam. Sebelum menikah dengan Laila, Akmal adalah seorang duda. Pernikahan sebelumnya berakhir karena istrinya meninggal. Latar belakang keluarganya adalah orang berada. Ayahnya seorang dokter, ibu dan kakaknya pemilik butik ternama di Jakarta. Dia menikahi Laila karena wajahnya memiliki kemiripan dengan Almarhumah istrinya, jadi bukan karena cinta.


Laila

Perempuan Jawa yang usianya lebih dewasa dari Anna. Lebih tepatnya sebaya dengan usia Furqon. Laila merupakan teman Furqon sejak kecil. Laila juga mengajar di pondok pesantren milik Furqon. Laila memiliki wajah yang manis, warna kulit sawo matang, tubuh ramping. Laila berasal dari keluarga sederhana. Ibunya seorang janda. Sebelum menikah dengan Akmal, Laila pernah mengalami frustrasi lantaran cintanya kepada Furqon bertepuk sebelah tangan. Laila merupakan gadis yang memiliki sikap egois. Namun, seiring berjalannya waktu, sifat Laila berubah menjadi lebih baik. Dirinya memutuskan menikahi Akmal untuk melupakan Furqon.

Husna

Adik Anna, berusia 15 tahun. Memiliki wajah yang nyaris mirip dengan Anna. Tubuhnya lebih kecil dari Anna. Husna merupakan sosok yang cerdas serta memiliki cita-cita ingin kuliah di Al Azhar sama seperti Anna. Husna memiliki gerakan yang gesit. Husna juga tipe orang yang suka bergurau dan berdebat, terutama dengan sang ayah. Namun, jika kalah dalam berdebat maka Husna akan mengambek. Husna menyukai hal-hal yang berbau korea. Di keseharian Husna suka mengenakan tunik yang dipadupadankan dengan rocela (rok celana) dan juga rok panjang.

Fauzan

Kakak Anna, berusia 30 tahun. Seorang guru MI. Suami dari Amira. Merupakan sosok laki-laki yang menyayangi keluarga. Orangnya sangat tegas dan sangat disegani oleh adik-adiknya. Ciri fisik tinggi, kulit kuning langsat, berambut ikal. Pribadi yang ramah dan murah senyum. Namun, semenjak menikah Fauzan jarang memiliki waktu untuk mengunjungi orang tuanya.

Amira

Istri Fauzan/kakak ipar Anna, berusia 27 tahun. Seorang ibu rumah tangga biasa. Wajahnya manis khas wanita jawa. Lebih suka mengenakan daster panjang daripada pakaian muslimah lainnya. Amira tidak memiliki saudara, orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Amira sosok wanita yang sangat berpikir dewasa, dan sangat menyayangi keluarga suaminya.
Sinopsis
Ini adalah kisah Anna Khairunisa, muslimah bercadar dari Jawa, lulusan Universitas Al Azhar, Kairo. Anna sosok yang cantik, cerdas, dan sholeha. Memutuskan untuk menikah dengan Furqon Al Khudzaefi, sosok laki-laki tampan keturunan Jawa dan Arab yang merupakan anak dari guru besarnya, Kiyai Abdullah. Setelah menikah, Anna memutuskan untuk meninggalkan keluarganya di Jogja, dan tinggal bersama Furqon di Solo. Furqon memercayai Anna untuk mengasuh pondok pesantren milik keluarganya. Sementara Furqon sibuk mengurus usaha travel biro haji dan umroh, serta berdakwah.
Bagi Anna membangun sebuah rumah tangga adalah ibadah terbesar dan terlama. Anna berpikir ini adalah peluang ladang pahala yang dapat mempertemukannya dengan surga. Di awal pernikahan yang ia jalani begitu indah dan bahagia. Selain mengajar di pesantren, Furqon juga selalu mengajak Anna menghadiri acara pengajian yang diisi olehnya.
Suatu ketika Furqon sering dilanda rasa sakit pada kepalanya. Anna berkali-kali mengajak suaminya pergi ke dokter, tapi Furqon selalu menolak dengan alasan sakit yang ia rasakan hanya sakit kepala biasa dan akan sembuh dengan sendirinya setelah beristirahat. Sebagai seorang istri, Anna tak mau membangkang. Namun, Anna merasa Furqon menyembunyikan sesuatu darinya.
Setelah dua bulan pernikahan Anna dinyatakan hamil. Kehamilan Anna semakin menambah kebahagiaan dalam rumah tangganya. Hingga suatu hari, Furqon tak dapat menahan rasa sakitnya lagi. Furqon meminta Akmal, suami dari sahabatnya yang bernama Laila untuk menemaninya pergi ke Dokter. Furqon mengajak Akmal bukan tanpa alasan, itu karena Akmal juga merupakan seorang dokter.
Dokter Firman menyatakan jika Furqon mengalami sakit tumor otak. Furqon meminta Akmal merahasiakan penyakitnya dari siapapun, termasuk juga dari Anna. Alasannya Furqon tidak ingin membebani pikiran Anna, terlebih Anna sedang dalam masa kehamilan. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada Anna dan calon anak mereka. Sejak saat itu, Furqon menjalani proses radiotherapy hanya ditemani oleh Akmal saja.
Ketika akan pergi ke pesantren, Anna melupakan bukunya. Anna mencari bukunya di kamar tidak ia temukan. Ia juga mencari buku itu di ruang kerja Furqon. Di sana ia menemukan obat-obatan. Anna mengurungkan niatnya pergi ke pesantren. Anna memilih untuk mencari informasi mengenai obat-obatan itu ke Apotek. Apoteker menyampaikan informasi yang sebenarnya, dan itu membuat Anna sedih. Rasa penasaran Anna terjawab sudah sambil ia mengingat setiap peristiwa sakit kepala yang dialami Furqon di depannya selama ini.
Anna meminta Furqon untuk jujur. Demikian juga dengan Akmal, Anna marah dan kecewa merasa telah dibohongi. Sejak saat itu, Anna memutuskan untuk mendampingi Furqon menjalani proses pengobatan.
Dokter Firman merasa nyaris tidak sanggup menangani penyakit Furqon. Beliau menyarankan Furqon untuk menjalani proses operasi pengangkatan sel tumor. Namun, Furqon menolak keras. Ia kembali teringat beberapa tahun yang lalu ibunya meninggal setelah menjalani operasi dengan penyakit yang sama seperti dirinya. Resikonya memang terlalu besar yaitu kematian. Furqon tidak ingin kelak Anna menjalani proses persalinan tanpa dirinya. Anna berusaha merayu Furqon, tapi berujung pada kekecewaan.
Dalam kondisi sakit masih banyak tanggung jawab Furqon yang harus dipenuhi. Dan itu semua diambil alih oleh Anna. Anna tak hanya sibuk mengurus Furqon, tapi Anna juga harus mengurus pesantren, perusahaan travel, juga berdakwah.
Semakin hari, kondisi Furqon semakin memburuk. Furqon kehilangan suara dan mengalami ataksia (gangguan gerakan tubuh karena terjadi masalah pada otaknya). Furqon mengalami kelumpuhan, hanya bola matanya saja yang masih bergerak. Tak ada pilihan lain bagi Anna kecuali menyetujui dengan tindakan operasi pengangkatan sel tumor yang telah disarankan oleh dokter Firman. Kali ini ia harus menentang keinginan Furqon. Sekaligus harus mempersiapkan diri jika kemungkinan buruk terjadi pada Furqon.
Menjelang selesainya proses operasi, kondisi Furqon semakin memburuk. Team medis menyatakan Furqon telah meninggal dunia. Seluruh anggota keluarga bersedih, terkecuali Anna yang tidak sedang berada di tempat. Namun, beberapa saat kemudian peralatan medis kembali memberikan respon positive dari tubuh Furqon. Dokter dan teamnya kembali bekerja guna menyelamatkan kondisi Furqon yang kritis. Hanna (adik Anna) merasa kembalinya nyawa Furqon karena kekuatan sebuah doa dari seorang istri. Di saat proses operasi berlangsung, Anna berada di dalam mushola rumah sakit sedang mendoakan Furqon.
Furqon telah melewati masa kritisnya dan siuman. Perjuangan Anna mendampingi Furqon masih belum selesai, karena Furqon mengalami lupa ingatan jangka pendek efek dari operasinya. Anna harus membantu Furqon untuk kembali mengingat setiap memori yang hilang.
Kesembuhan Furqon adalah kebahagiaan terbesar bagi Anna. Di saat ia sudah tenang karena kesehatan Furqon semakin membaik, Anna justru was-was dengan proses persalinan yang semakin dekat. Ada rasa ketakutan tersendiri yang muncul di hatinya. Ia megutarakan permintaan maaf kepada suami dan kelurganya. Anna juga menjadi lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkumpul dengan suami dan keluarga. Bahkan, tepat sehari sebelum melahirkan, Furqon mengajak Anna dan anggota keluarga yang lain berekreasi ke pantai.
Tepat tengah malam perut Anna mengalami kontraksi hebat. Furqon dan keluarga membawanya ke rumah sakit. Setelah dua belas jam, bayinya tak kunjung lahir. Dokter menyarankan agar Anna menjalani operasi saecar, Furqon pun menyetujui demi keselamatan Anna dan anak mereka. Setelah bayinya lahir kondisi Anna terlihat lemah. Namun, Anna merasa bahagia karena sudah mampu melahirkan bayi perempuan yang cantik. Begitupun dengan keluarga mereka yang menyambut kehadiran bayi mungil itu dengan suka cita.
Di tengah kebahagiaan itu tiba-tiba Anna mengalami sesak napas. Dokter mengatakan jika Anna mengalami emboli air ketuban yang tidak pernah terdeteksi sebelumnya. Furqon merasa syok dan sedih. Anna meminta Furqon untuk memberikan nama yang indah bagi putri mereka, Anna juga merasa hidupnya sudah tak lama lagi. Anna meminta Furqon untuk tegar saat dirinya pergi nanti. Bahkan, Anna meminta Furqon untuk mencarikan ibu pengganti bagi anak mereka.
Saat di pemakaman, Furqon mengingat setiap moment indah yang dilalui bersama Anna. Furqon juga baru menyadari bahwa apa yang menjadi setiap ucapan Anna beberapa hari ini merupakan sebuah pertanda isyarat jika wanita itu akan kembali kepada Allah. Furqon berharap Anna benar-benar dapat menjadi wanita penghuni surga karena pengorbanannya sebagai seorang istri dan seorang ibu yang begitu besar.
Rekomendasi