Wanita Surga script
7. SCENE 77 - 87

FADE IN:

77.INT. RUMAH SAKIT. RUANG DOKTER – SIANG

Furqon dan Anna duduk berhadapan dengan dokter Firman yang memegang keterangan rekam medis. Furqon dan Anna saling berpegangan tangan.

DOKTER FIRMAN

Tumor itu semakin membesar dan sudah menekan saraf bicara Tuan Furqon.

Anna menoleh ke Furqon sambil meremas tangan Furqon.

ANNA

(beralih ke dokter)

Lalu, bagaimana selanjutnya, Dok?

DOKTER FIRMAN

Jalan satu-satunya adalah operasi.

Anna dan Furqon saling menatap. Satu tangan Anna memegang bahu Furqon. Furqon menggeleng.

DOKTER FIRMAN(CONT’D)

Jika tumor itu terus dibiarkan, lama-lama akan menekan seluruh system saraf pusat, dan akibatnya bisa terjadi kelumpuhan total.

Furqon menghela napas. Mengusap wajah.

ANNA

Subhannaallah.(lirih)

FADE IN:

78.EXT. RUMAH FURQON. HALAMAN BELAKANG – PAGI

Anna keluar dari rumah membawa nampan yang di atasnya ada botol air minum dan gelas. Furqon melakukan olahraga ringan. Anna duduk, menuang air ke gelas, Furqon menghentikan aktivitas,duduk, lalu meneguk air minum. Anna mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dan pena dari saku bajunya. Menaruh buku dan pena di telapak tangan Furqon.

ANNA

Khullah, maaf, Anna Ndak bermaksud menyinggung perasaan Khullah. (beat) Tapi, Anna rasa ini adalah cara yang tepat untuk kita berkomunikasi.

Furqon menulis, lalu merobek kertasnya dan diberikan kepada Anna. Anna membacanya.

FURQON(O.S)

Saya sama sekali Ndak tersinggung. Ini cara yang bagus.

Anna menoleh ke Furqon sambil tersenyum.

ANNA

Anna masih berharap, Khullah akan sembuh. Khullah akan bisa bicara lagi.

Furqon mengelus kepala Anna sambil tersenyum. Anna juga tersenyum.

FURQON(V.O)

Ya Allah, hamba mohon makbulkanlah ucapan istri hamba ini.

CUT TO:

79.INT. KANTOR. RUANG KERJA FURQON - SIANG

Furqon sibuk dengan laptop di meja kerjanya. Sesaat melirik Anna yang duduk di sofa tamu. Anna membantu mengerjakan pekerjaan Furqon dengan laptopnya sendiri. Furqon menulis di buku catatan. Lalu menghampiri Anna. Anna membaca buku catatan Furqon.

FURQON(O.S)

Saya takut Humaira kecapean.

ANNA

(tersenyum)

Jangan kuatir. InsyaaAllah Anna dan anak kita baik-baik saja!

CUT TO:

80.EXT. JALAN RAYA – SORE

Furqon dan Anna pulang dari kantor naik motor. Anna melingkarkan tangannya di pinggang Furqon. Furqon tersenyum bahagia sambil memegang dan menatap tangan Anna. Sesekali keduanya mengangguk ramah kepada orang-orang yang dilewati.

FADE IN:

81.INT.RUMAH FURQON. KAMAR – SUBUH

Terdengar suara adzan(O.S)

Furqon bangun,menoleh ke samping Anna masih tidur. Lalu Furqon beranjak bangun dan melangkah menuju kamar mandi. Akan memegang handle pintu kamar mandi, tiba-tiba merasa tidak bisa menggerakkan tangannya.

FURQON(V.O)

(cemas)

SubhannaAllah, kenapa lagi ini? Kenapa aku Ndak mampu menggerakkan tangan ini?

Furqon kembali duduk di tepi ranjang. Menghela napas, memejamkan mata, menengadahkan wajah.

FURQON(CONT’D/V.O)

Ya Allah, senantiasa berikan hamba kesabaran dalam menerima ujian-Mu. Maafkan dosa-dosa hamba, Ya Allah.

FADE IN:

82.INT. RUMAH FURQON. RUANG MAKAN – SIANG

Anna menyiapkan makanan. Furqon datang, terjatuh di dekat meja makan. Anna menolong, memapahnya untuk duduk.

FADE IN:

83.INT.RUMAH SAKIT. DEPAN RUANG CT SIMULATOR – SIANG

Furqon menjalani radiotherapy, Anna, Akmal, dan Dokter Firman berdiri memerhatikan dari balik kaca. Dokter Firman menggeleng, putus asa dengan proses radiotherapy.

FADE OUT:

84.INT.RUMAH FURQON. RUANG TAMU – MALAM

Furqon dan Anna duduk berdampingan. Akmal berseberangan dengan mereka. Anna menatap Furqon serius.

 

ANNA

Jangan takut, Khullah! Ndak semua orang bernasib sama.

 

Wajah Furqon mengiba,menggeleng, lalu mengambil catatan kecil dan pulpen dari saku bajunya. Kemudian menulis, memberikan catatan kepada Anna. Anna sedikit menunduk, membacanya.

 

FURQON(V.O)

Maaf, saya Ndak mau dioperasi.Tolong Jangan paksa saya!

 

Anna mendongak beralih ke Akmal. Akmal menggeleng sebagai syarat untuk tidak memaksa Furqon.

 

FADE IN/FADE OUT:

85.INT. RUMAH SAKIT. RUANG PERAWATAN – MALAM

Anna duduk di kursi dekat ranjang. Furqon terbaring lemah. Hanya bola matanya saja yang bergerak menatap Anna. Selang infus tertancap di pergelangan tangannya. Mata Anna seperti bengkak karena menangis. Dokter Firman sibuk memeriksa Furqon bersama dengan perawat. Akmal dan Laila berdiri di belakang Anna.

DOKTER FIRMAN

(menghela napas)

Kiyai Furqon mengalami Ataksia. Gangguan gerakan tubuh yang disebabkan masalah pada otak.

Tubuh Anna lemas. Laila merangkul Anna. Menopangnya agar tidak jatuh.

AKMAL

Lalu, apa yang harus kita lakukan, Dok?

DOKTER FIRMAN

Tinggal jalan operasi yang belum kita tempuh.

Semua diam. Anna menangis sambil menatap Furqon. Furqon tak sadar diri walau bola matanya masih bergerak.

ANNA

Dokter, tolong lakukan apa saja yang menurut Dokter adalah yang terbaik untuk suami saya!

Akmal dan Laila terkejut.

AKMAL

Apa Ustadzah sudah yakin dengan keputusan ini?

ANNA

(membelai rambut Furqon)

InsyaaAllah, saya yakin, Dok!

AKMAL

Ini resikonya sangat besar, Ustadzah! Bahkan, Kiyai Furqon sendiri pernah mengatakan ke saya, beliau belum sanggup menerima resiko itu.

ANNA

(menatap tajam ke Akmal)

Apa Dokter Akmal pikir saya sanggup? (keras)(beat)

(menggeleng lemah)

Saya juga merasa belum sanggup jika harus kehilangan beliau. Tapi setidaknya saya sudah berikhtiar dan berusaha untuk ikhlas atas ketentuan Allah.

Tatapan Anna semakin tajam ke semua orang. Dan semuanya hanya terdiam menatap Anna.

ANNA(CONT’D)

(menangis)

Saya menyetujui tindakan operasi itu, bukan karena saya menginginkan suami saya meninggal. Justru saya berharap suami saya bisa tertolong dan tidak seperti ini keadaannya.

DOKTER FIRMAN

Kalau memang sudah setuju dengan rencana operasi, saya akan memeriksa kondisi pasien lebih lanjut. Karena untuk melaksanakan tindakan operasi, kondisi tubuh pasien harus cukup baik.

CUT TO:

86.INT. RUMAH SAKIT. RUANG PERAWATAN – MALAM

Anna duduk di kursi tepi ranjang Furqon. Matanya sayup karena kurang istirahat. Anna masih terjaga sambil berdzikir.

ANNA

Subhannaallah Walhamdulillah Walaa illahaillaallahu AllahuAkbar. (lirih)

Akmal dan Laila duduk di sofa sambil terus memerhatikan Anna dan Furqon.

LAILA

MasyaaAllah, sekarang saya tahu kenapa Kiyai Furqon memilih Ustadzah Anna menjadi istrinya.

AKMAL

(heran)

Kenapa?

LAILA

(menoleh ke Akmal)

Karena beliau adalah wanita yang sempurna. Saya pikir Ustadzah Anna pantas menjadi wanita calon penghuni surga. 

(tersenyum, beralih ke Anna)

FADE IN:

87. INT. RUMAH SAKIT. RUANG PERAWATAN – SIANG

Anna duduk di kursi dekat ranjang, sambil membaca Al Qur’an.

ANNA

Shodaqaallahul'adzim.

Anna menutup Al Qur’an lalu meletakkannya di atas nakas. Anna meraih tangan Furqon dan menciumi punggung tangannya.

ANNA(CONT’D)

Khullah, Anna sangat rindu dengan lantunan ayat Allah yang keluar dari mulut Khullah. Anna juga rindu dengan tausiyah dari Khullah. Anna sangat ingin mendengarnya lagi.

Anna menciumi tangan Furqon. Furqon hanya diam sambil memainkan bola mata, tanpa ada respon sedikit pun. Anna menangis. Tidak lama kemudian, Fauzan membuka pintu datang bersama Pak Rahmad, Ibu Aisyah, Amira , dan Hanna.

FAUZAN

Assalamu’alaikum.

ANNA

(menoleh)

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.

(beranjak bangun)

Semuanya masuk menghampiri Anna. Ibu Aisyah memeluk Anna. 

IBU AISYAH

(mengelus punggung Anna)

Seng sabar yo, Nduk!

ANNA

(mengangguk, menangis)

Inggih, Bue.

Semua memerhatikan kondisi Furqon. Ibu Aisyah, Amira, dan Hanna menangis.

PAK RAHMAD

Kenapa kamu Ndak kasih tau kami, Nduk?

ANNA

Maafkan Anna, Pak, Bue. Anna Ndak mau menjadi beban pikiran bagi semuanya.

FAUZAN

(menatap Anna)

Kalau kamu Ndak mau membebani pikiran Bapak sama Bue, setidaknya kamu kasih tau Mas, An! (beat) Kami Ndak mungkin membiarkanmu menanggung beban ini sendirian! (beat) Untung saja semalam Mas menelepon ke rumahmu, dan Mas Kadir memberitahukan soal ini.

Anna diam menunduk. 

FAUZAN(CONT’D)

Apa Pak Kiyai Abdullah sudah tahu?

Anna menggeleng pelan.

FAUZAN(CONT’D)

Kenapa? Beliau kan, ayahnya Furqon. Harusnya kamu memberitahu beliau! (sedikit keras)

ANNA

Anna Ndak sanggup, Mas. Beliau di sana sendirian. Anna takut mengganggu kesehatan beliau!

PAK RAHMAD

(menatap Anna)

Tapi Pak Kiyai harus tetap dikasih tau, Nduk! Apalagi keadaan Nak Furqon yang sudah seperti ini.

(beralih ke Furqon)

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar