Berkawan dengan malam part 2

Malam ini aku melihat dua anak kecil menenteng karung berisi gelas-gelas pelastik. Kakinya ringkih tanpa alas, entah mereka masih memiliki orang tua atau tidak tapi di jam 21.54 wib mereka masih berkeliaran di udara yang lumayan dingin karena selepas hujan. Kedua anak itu laki-laki dan perempuan. Mereka duduk di trotoar jalan sambil menunjuk-nunjuk ke arah gedung tinggi, rupanya salah satu dari mereka sedang menghitung jumlah lampu yang gemerlap ditubuh gedung itu

"Satu, dua, tiga, empat..." anak laki-laki itu menghitung dengan khusyuk, sedang anak perempuan itu yang ku tebak adalah kakanya sedang termenung menatap jalanan yang riuh dengan kuda-kuda besi dalam pikirannya mungkin saja dia menginginkan tidur dengan nyaman, makan dengan layak, atau ingin memasuki pusat belanja yang ada di hadapannya itu.

Diwaktu bersamaan aku yang protes karena menganggap semua yang kuinginkan tak berjalan sesuai dengan keinginan. Rupanya aku manusia egois. Jika berpikir seperti itu bukankah harusnya kedua anak itu yang layak mengatakannya

Daun yang jatuh tak luput dari pengetahuannya, selembar daun yang jatuh menimpa kepala kita bisa jadi itu adalah teguran dan malam ini aku ditegur melalui mereka yang pantang menyerah menapaki punggung kehidupan

1 disukai 4.8K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction