Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
14
Tokoh utama
Aksi
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Pening sekali kepalaku setiap hari diajukan pertanyaan yang sama dengan kemarin. Tapi tak mengapa itu berarti mereka tertarik dengan ku. Seperti biasa setiap hari akan menjadi hari yang amat panjang. Butuh es cincau untuk mendinginkan otak ku yang panas. Tapi sekali lagi tak mengapa toh ini peranku.

Bangun jam 03.30 wib sudah biasa bagi ibu-ibu seperti ku ini. Meski ngantuk bukan buatan. Menjadi seorang guru honorer yang gajinya tersendat-sendat bulan ini cair tiga bulan kemudian berikutnya tak ada rimbanya. Nasib-nasib.

Untuk ibu-ibu yang beranak banyak sedangkan penghasilan tak seberapa tak mengapa kau tidak sendirian, aku pun begıtu. Jika kau masih menganggap aku banyak duit karena aku berseragam dan menyandang kata guru aku katakan. BIG NO!

Gaji 300 ribu perbulan itupun kadang cair kadang harus menunggu bulan-bulan berikutnya, padahal perut tak mau tahu kalau lapar, yah lapar saja. Anaku ada lima terbayang kan gimana peningnya kepala ku. Tapi tak mengapa aku senang menjalaninya. Kalau pun pusing tinggal ku tenggak saja air bersama panadol. Anak pertamaku namanya Zahi usianya 5 tahun aktif nya melebihi batas kewajaran dalam tidur pun dia paling lincah memamerkan kebolehannya dalam berbagai gaya. No dua ada Zein usianya tiga tahun setengah si manis yang paling suka bertanya tentang apapun, terakhir pertanyaan darinya yang aku ingat adalah "Ana kenapa tokek bisa punya anak?". No tiga Zaina usianya dua tahun dia aktif seperti abanganya Zahi, namun tetaplah yang paling aktif Zahi. Zaina itu kalem dia tidak bisa tidur jika tangannya tidak memegang buku, aneh memang padahal membaca pun belum bisa. Dan rupanya hal itu menurun dari suamiku. No empat Zeia usianya satu tahun tak kurang tak lebih dia memiliki pigmen kulit berbeda sendiri, kulitnya putih bersih mulus tak ada bekas luka apapun namun dia tidak tertarik dengan permainan perempuan. Yang terakhir Zawin dia masih bayi usianya baru empat bulan tidak terlalu rewel tapi kerap kali Zawin dianggap boneka oleh saudara-saudaranya. Maka dari itu butuh kawalan super ketat takut dijadikan bahan percobaan.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Aksi
Rekomendasi