Apakah kamu akan memberikan Novel ke ?
Berikan Novel ini kepada temanmu
Masukan nama pengguna
Blurb
Tak ada seorang pun yang hidup di dunia ini tanpa masa lalu. Banyak kisah hidup manusia yang justru terbentuk dari masa lalu. Seperti aku umpamanya.
Namaku, Putri Jannahda Amaia. Aku terlahir dan hidup dari kumpulan masa lalu yang kelam, tumbuh dan berkembang dalam tekanan trauma yang mendalam. Bukan. Bukan masa lalu milikku, tetapi masa lalu kelam Umi—wanita yang telah melahirkanku.
Tragedi yang menimpa Umi semasa kehamilannya membuatnya hidup dalam kondisi PTSD (Personal Traumatic Stress Disorder), sehingga aku terlahir dalam kondisi yang sama dan mengalami Emotional Numbness, rasa yang kumiliki lebih dari sekadar membeku, bahkan mungkin telah mati berikut seluruh rasa empaty. Seperti yang aku katakan di awal, aku tumbuh dan berkembang dalam trauma yang mendalam. Bahkan cinta dan perhatian yang diberikan Ziyad pun tak mampu menghidupkan rasa-rasa yang telah binasa.
Depresi dan trauma yang di alami oleh Umi semasa hamil, membuatku kehilangan jati diri, aku tak bisa mengenali siapa aku. Bayangkan saja selama 20 tahun hidup, baru dua kali aku menangis, saat lahir dan saat aku berumur 4 tahun. Semenjak itu aku tak pernah lagi menangis, tak pernah bersedih, tak bisa marah, tak pernah juga bisa tertawa. Aku hidup tanpa emosi.
Flat. Wajahku datar tanpa ekspresi, aku tak bisa menggambarkan perasaan melalui mimik wajah dan gerakan tubuh. Kaku. Hidupku mengalir tanpa irama dan kunci-kunci nada. Aku menanggapi semua yang terjadi hanya dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan maknanya.
Sayangnya, Abi dan Umi bungkam setiap kali aku dan psikiater menanyakan hal itu. Mereka tak pernah mau menceritakan tragedi seperti apa yang telah terjadi di masa kehamilan Umi. Ketidak jujuran orangtua membuat hidupku menjadi rumit dan tak tenang.
Peperangan, jerit tangis, suara dentuman rudal, asap hitam, bau anyir darah, aroma emisi dan suara tangis anak kecil, terus menerus menghantui ku sepanjang hidup. Aku melihat kerusuhan di Masjid Al-Aqsa, menyaksikan kehancuran Cordoba dan Arusha—nama lelaki tampan itu—ia terus mengikuti ke mana saja aku pergi, meski telah berkali-kali aku usir, Arusha tetap tak mau pergi, bahkan ia berjanji untuk menjagaku selamanya.
Arusha mengekangku dengan cintanya, ia menggiringku pada kemusnahan.
"Ingatlah, Nahda. Tanda cinta adalah bergegas menuju tempat di mana sang kekasih berada. Bila kau ingin sembuh, terbebas dari kekangan cinta Arusha dan semua mimpi burukmu. Datanglah ke Andalusia." Ujar seorang kakek yang tak kukenal namanya. Ia memintaku datang ke Andalusia.
Aku tak bisa begini terus. Aku ingin sembuh, hidup normal memiliki rasa yang tumbuh subur, aku ingin merasakan sedih, merasakan sakit saat terluka, aku ingin tertawa, ingin menangis dan merasakan cinta. Aku nekat pergi negeri tempat kelahiran ayah. Aku ingin membuktikan, apakah benar bila aku pergi ke Andalusia, aku akan terbebas dari semua bayangan kelam yang menghantui selama ini.
Kisahku hampir mirip kisah Abimanyu yang saat berada di dalam kandungan ibunya, Sumbadra, mendengar Kresna mengajarkan strategi menembus Gelar Tempur Cakrawayu pada Arjuna. Bedanya Sumbadra tertidur saat pembicaraan Kresna dan Arjuna belum selesai, sementara ibuku, pingsan saat peristiwa naas itu terjadi hingga aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Sebelum aku mengalami kematian yang sama seperti Abimanyu, aku harus mencari tahu penyebab dari semua derita yang mendera ini. Aku nekat mendatangi tempat-tempat yang pernah terlihat di dalam mimpi. Kata dr. Zahra dan dr. Novan, satu-satunya cara untuk sembuh adalah dengan mendatangi kembali tempat-tempat yang pernah membuat Umi trauma.
Sebuah rasa tiba-tiba muncul manakala aku sadar bahwa pengirim bunga selama ini bukanlah Arusha atau pun Almer melainkan Ziyad. Namun situasinya berbeda tatkala kulihat Ziyad telah bersama dengan wanita lain. Benih yang baru tumbuh pun seketika layu dan mati lagi.
Namaku, Putri Jannahda Amaia. Aku terlahir dan hidup dari kumpulan masa lalu yang kelam, tumbuh dan berkembang dalam tekanan trauma yang mendalam. Bukan. Bukan masa lalu milikku, tetapi masa lalu kelam Umi—wanita yang telah melahirkanku.
Tragedi yang menimpa Umi semasa kehamilannya membuatnya hidup dalam kondisi PTSD (Personal Traumatic Stress Disorder), sehingga aku terlahir dalam kondisi yang sama dan mengalami Emotional Numbness, rasa yang kumiliki lebih dari sekadar membeku, bahkan mungkin telah mati berikut seluruh rasa empaty. Seperti yang aku katakan di awal, aku tumbuh dan berkembang dalam trauma yang mendalam. Bahkan cinta dan perhatian yang diberikan Ziyad pun tak mampu menghidupkan rasa-rasa yang telah binasa.
Depresi dan trauma yang di alami oleh Umi semasa hamil, membuatku kehilangan jati diri, aku tak bisa mengenali siapa aku. Bayangkan saja selama 20 tahun hidup, baru dua kali aku menangis, saat lahir dan saat aku berumur 4 tahun. Semenjak itu aku tak pernah lagi menangis, tak pernah bersedih, tak bisa marah, tak pernah juga bisa tertawa. Aku hidup tanpa emosi.
Flat. Wajahku datar tanpa ekspresi, aku tak bisa menggambarkan perasaan melalui mimik wajah dan gerakan tubuh. Kaku. Hidupku mengalir tanpa irama dan kunci-kunci nada. Aku menanggapi semua yang terjadi hanya dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan maknanya.
Sayangnya, Abi dan Umi bungkam setiap kali aku dan psikiater menanyakan hal itu. Mereka tak pernah mau menceritakan tragedi seperti apa yang telah terjadi di masa kehamilan Umi. Ketidak jujuran orangtua membuat hidupku menjadi rumit dan tak tenang.
Peperangan, jerit tangis, suara dentuman rudal, asap hitam, bau anyir darah, aroma emisi dan suara tangis anak kecil, terus menerus menghantui ku sepanjang hidup. Aku melihat kerusuhan di Masjid Al-Aqsa, menyaksikan kehancuran Cordoba dan Arusha—nama lelaki tampan itu—ia terus mengikuti ke mana saja aku pergi, meski telah berkali-kali aku usir, Arusha tetap tak mau pergi, bahkan ia berjanji untuk menjagaku selamanya.
Arusha mengekangku dengan cintanya, ia menggiringku pada kemusnahan.
"Ingatlah, Nahda. Tanda cinta adalah bergegas menuju tempat di mana sang kekasih berada. Bila kau ingin sembuh, terbebas dari kekangan cinta Arusha dan semua mimpi burukmu. Datanglah ke Andalusia." Ujar seorang kakek yang tak kukenal namanya. Ia memintaku datang ke Andalusia.
Aku tak bisa begini terus. Aku ingin sembuh, hidup normal memiliki rasa yang tumbuh subur, aku ingin merasakan sedih, merasakan sakit saat terluka, aku ingin tertawa, ingin menangis dan merasakan cinta. Aku nekat pergi negeri tempat kelahiran ayah. Aku ingin membuktikan, apakah benar bila aku pergi ke Andalusia, aku akan terbebas dari semua bayangan kelam yang menghantui selama ini.
Kisahku hampir mirip kisah Abimanyu yang saat berada di dalam kandungan ibunya, Sumbadra, mendengar Kresna mengajarkan strategi menembus Gelar Tempur Cakrawayu pada Arjuna. Bedanya Sumbadra tertidur saat pembicaraan Kresna dan Arjuna belum selesai, sementara ibuku, pingsan saat peristiwa naas itu terjadi hingga aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Sebelum aku mengalami kematian yang sama seperti Abimanyu, aku harus mencari tahu penyebab dari semua derita yang mendera ini. Aku nekat mendatangi tempat-tempat yang pernah terlihat di dalam mimpi. Kata dr. Zahra dan dr. Novan, satu-satunya cara untuk sembuh adalah dengan mendatangi kembali tempat-tempat yang pernah membuat Umi trauma.
Sebuah rasa tiba-tiba muncul manakala aku sadar bahwa pengirim bunga selama ini bukanlah Arusha atau pun Almer melainkan Ziyad. Namun situasinya berbeda tatkala kulihat Ziyad telah bersama dengan wanita lain. Benih yang baru tumbuh pun seketika layu dan mati lagi.
Tokoh Utama
Putri Jannahda Amaia
Arusha
Ziyad
Ulasan kamu
Ulasan kamu akan ditampilkan untuk publik, sedangkan bintang hanya dapat dilihat oleh penulis
Apakah kamu akan menghapus ulasanmu?
Disukai
7
Dibaca
5.5k
Tentang Penulis
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Penulis, Editor lepas, Juru cerita yang hobi traveling dan fotografi.
Pendiri Forum Lingkar Sriwijaya yang sangat menikmati senja dan sejarah.
FB. NRS. Rassa Shienta Azzahra
IG. @nimasrassa
Pendiri Forum Lingkar Sriwijaya yang sangat menikmati senja dan sejarah.
FB. NRS. Rassa Shienta Azzahra
IG. @nimasrassa
Bergabung sejak 2020-01-01
Telah diikuti oleh 422 pengguna
Sudah memublikasikan 15 karya
Menulis lebih dari 171,611 kata pada novel
Rekomendasi dari Drama
Novel
TRAUMA
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Flash
Manusia Yang Tak Dianggap
Yaraa
Flash
Melody Ariana
Indah Budiarti
Novel
Malaikat Yang Ingin Mati
Dewi Anjani
Skrip Film
Jarak Kita-Script Film (Skenario Film)
Caressa
Flash
Maafkan aku ibu
Rahmayanti
Flash
SHIKI -Tanda Kepemilikan- pt.1
Kosong/Satu
Novel
Hidden Daughter
Tiara Elsabila
Skrip Film
SELEPAS TERSESAT
Budiya Rahman
Flash
Seorang Operator Telepon di Negara Dunia Ketiga
Hendra Purnama
Flash
Julia Mencari Popi
Afri Meldam
Cerpen
Aku memilih yang baik, dan meninggalkan yang terbaik, aku memilih cinta dan meninggalkan yang setia.
Yanti suryanti
Skrip Film
Kabar Luka
Aura Putri Cantika
Flash
Aku Menulis Tentang Kau
Aneidda
Novel
Nyanyian Badai
Han Gagas
Rekomendasi
Novel
TRAUMA
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Flash
Remuk Bersama Rindu
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Novel
Heart Disease At Love
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Novel
Bridecov-19
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Flash
Bronze
PENCURI PENGLIHATAN
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Flash
Bronze
SEPASANG MUG YANG MERINDUKAN BIBIR
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Novel
Saksi Bisu Misteri As-Sihran
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Flash
Bronze
ANGGREK
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Novel
Bronze
KARMA SAMSARA
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Novel
Bronze
SUMI
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Novel
Di Daun Yang Jatuh Itu Tertulis Namamu
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Cerpen
Bronze
Perempuan Pemakan Bangkai
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Cerpen
Rumah Tua dan Buku-buku yang Hilang
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Flash
Bronze
MISTERI HILANGNYA dr. YUNIAR
Nimas Rassa Shienta Azzahra