EXT. HALAMAN PETIRAHAN — SIANG
Dari posisi Lora berdiri, bangunan petirahan tampak anggun, bergaya spanyol, dengan pintu-pintu bagian atas berbentuk setengah lingkaran, dan jendela-jendela kaca yang besar.
Ada beberapa pohon di taman: beringin, sawo kecik, asem, munggur, cemara, dan akasia. Bangunan elok ini seolah sengaja disembunyikan dari pandangan manusia.
Lora terkejut, ia teringat sesuatu. Ia seperti pernah melihat bangunan besar berkaca ini. Tapi di mana ya? Gedung besar berkaca dengan latar pohon-pohon di hutan.
LORA (VO)
Lora memerhatikan bangunan itu lebih detil lagi.
LORA (VO)
Apakah suamiku selingkuh? Apakah dia yang membuat suamiku jadi linglung begini? Lho kenapa gedungnya jadi miring...
Langkah Lora goyah, limbung, kepalanya terasa pusing. Wajahnya memias pucat.
BRAM
Lora tampak sakit. Ia duduk di tepi kolam. Kolam air mancur yang berbentuk lingkaran berada tepat di tengah halaman.
Lora bersandar di punggung Bram. Ia melihat banyak ikan-ikan hias berwarna emas dan kuning kemerah-merahan, bergerak berkelok-kelok memamerkan tubuhnya yang keemasan.
Lora merasa mual kembali. Dia tak menjawab pertanyaan Bram.
Sejenak Lora merasa ada seseorang yang menatapnya dari atap gedung. Lora mendongakkan kepala, tapi tak ada seorang pun di sana. Dan anehnya gedung itu terlihat tegak kembali seperti semula.
BRAM
Lora menarik napas panjang dan menegakkan tubuh.
Mereka berjalan kembali, sejumlah orang yang tengah menanam, menyiangi, dan menyiram tanaman menghentikan sejenak aktivitasnya dan mengangguk sambil tersenyum.
Seorang suster berseragam petirahan mendatangi mereka dengan air muka yang sejuk dan ramah.
SUSTER
Lora menyalaminya. Pegangan yang hangat dan kuat. Wajah perawat itu memancarkan aura positif yang penuh semangat.
INT. AULA PETIRAHAN — SIANG
Mereka masuk Panti. Pintu lengkung itu terbuka memerlihatkan aula yang luas dan elegan.
Dinding bangunan tinggi, berbagai ornamen dan lukisan besar-besar tertempel di dinding.
Luasnya aula dan tak ada satu pun orang membuat ruangan terasa kosong.
Langkah kaki mereka berdetak mengoyak kesunyian. Suaranya menggema melintasi udara membuat kesan sepi ini terasa menggigil.
Meja dan kursi besar di sudut ruang yang tak berpenghuni memantulkan perasaan sunyi. Untung ada vas berisi tanaman air di letakkan di atas meja tampak segar.
Mereka menuju aula melewati ruangan-ruangan yang besar juga.
LORA (VO)
INT. RUANG TAMU PETIRAHAN — SIANG
Mereka memasuki ruangan yang lebih kecil lalu duduk beristirahat.
Teh dan kue segera disajikan ke meja bundar. Meja dari kayu jati yang seratannya begitu halus dan berkemilau oleh pernis yang rata.
Hanin tampak tertarik dengan meja itu, jemari dan matanya lekat memerhatikan finishing meja yang rapi dan menawan. Jemari tangannya mengusap-usap sebagian sudut dan tepi meja.
Om Frans menikmati pemandangan luar, namun sesekali, dengan kurang ajar, ia masih saja menyelipkan pandangannya lagi ke dada Lora.
Bram memegang lengan Hans. Wajahnya yang kukuh tampak tenang sekaligus waspada, berharap Hans tak berbuat yang tidak-tidak.
LORA (VO)
Kayaknya obat itu telah mengendalikannya. Mukanya datar, tanpa ekspresi. Aku tak tahu dia suka atau tidak, marah atau tidak.
PELAYAN
Uap panas teh mengepul. Lora menyeruputnya perlahan.
LORA
Lora menyandarkan kepala di sofa. Ia memijit-mijit pelipisnya, mengurangi pusing.
Lora menggigit kue dan menyeruput teh lagi.
LORA
Lora mengedarkan pandangan, kaca-kaca besar yang memerlihatkan pepohonan pinus yang menjulang tinggi membuat pandangannya dimanjakan oleh fasilitas yang elok ini.
Mereka serasa terpeluk hutan pinus yang indah dan agung. Begitu menjulangnya pohon-pohon pinus itu dengan ranting-ranting yang meliuk-liuk terembus angin.
Daun-daunnya bergerak seperti berirama. Bila diperhatikan betul gerakan mereka memancarkan keindahan yang tak biasa.
Ada pantulan menenangkan dari seluruh pemandangan ini, dan rasanya damai melihat alunan reranting dan dedaunan bak tarian yang gemulai dan indah.
Mungkin itu juga yang membuat pasien di sini segera terpulihkan.
LORA (VO)
Seorang lelaki tua datang dengan ayunan langkah yang pelan dan mantab.
Bajunya terbilang santai dan nonformal, tetapi wajah dan sikap tubuhnya tampak berwibawa. Rambutnya yang beruban menambah kesan itu.
LORA (VO)
LELAKI TUA
Nanti akan ada yang mengantarkan kunci kamar buat kalian. Buat yang mewakili keluarga silakan menemui Bunda Ketua di ruangannya. Mari saya antar...
Lora dan Bram mewakili keluarga berjalan mengikuti arahan lelaki tua itu.
LORA (VO)
Hanin dan Om Frans mengapit Hans, mengawasi.