EXT. PEGUNUNGAN/PERBUKITAN — PAGI
2 Minggu Kemudian
Hans 2 minggu dirawat di RSJ, permintaan keluarga, dia dibawa ke Petirahan Rehabilitasi mental di sebuah desa di lereng gunung.
Kabarnya petirahan/panti ini mengurusi orang-orang yang depresi dan mengidap gangguan jiwa.
Bram menyetir mobil itu perlahan, menaiki jalanan yang licin dan basah. Hutan pinus membentang kehijauan.
Di sebelah kiri sungai meliuk-liuk mengikuti jalanan, atau jalanan dibuat mengikuti liukan sungai?
Suara serangga sesekali pekik monyet menyertai perjalanan, kadang terdengar suara air menderas dari sungai di sebelahnya, tentu saja juga suara penyiar radio yang membahas cuaca.
PENYIAR RADIO
Hari ini dilaporkan akan ada hujan lebat di lereng gunung. Berhati-hatilah bagi anda yang mengendarai kendaraan di sekitar sana.
Lalu sebuah lagu diperdengarkan dari radio: Set Fire To The Rain.
I let it fall, my heart/ And as it fell you rose to claim it/It was dark and I was over/Until you kissed my lips and you saved me/
But I set fire to the rain/Watched it pour as I touched your face/Well it burn while I Cried/Cause I heard it screaming out your name, your name//
Suara Adele sedikit menegakkan Lora dari kantuk berat. Kaosnya yang ketat membuat dadanya tampak besar.
Lora duduk di kursi belakang bagian kiri, jadi pemandangan hutan pinus yang kehijauan tampak jelas, seperti melihat keteduhan yang tak ada habisnya.
Duduk di sebelah Lora, Hans diam dengan pandangan melamun, hampa. Wajahnya lurus ke depan, mulutnya mengatup beku.
Di sebelah kanan Hans duduk Hanin, tampak mengunyah makanan. Kacang tampaknya makanan kesukaannya di perjalanan. Lora dan Hanin mengapit Hans, untuk jaga-jaga.
Bram menyetir sesekali sambil bernyanyi.
Terkadang Lora memerhatikan Bram dari belakang, dan walau dia tahan, tampaknya Lora makin suka padanya.
Di depan, Bram ditemani Om Frans –teman lama Mama dan Papa dan kabarnya seorang paranormal. Om Frans sesekali melirik Lora lewat kaca kecil di atas dasbord.
LORA (VO)
Jalan yang sempit bikin susah untuk berpapasan. Sesekali jika ada truk atau bus, kendaraan sana yang minggir dulu hingga mepet tebing atau sungai, jadi itu kerap menyulitkan pengendara.
Akhirnya nyaris tiga jam perjalanan sampai. Lora merasa lelah.
Jalanan yang meliuk-liuk membuatnya pusing dan mual. Naasnya mereka harus berjalan kaki karena petirahan hanya bisa dijangkau melalui jalan setapak.
Mobil mereka parkir di sebuah ladang kering milik penduduk.
EXT. SETAPAK PEGUNUNGAN — SIANG
Udara dingin langsung menyergap. Gerimis berjatuhan.
HANIN
Mereka berjalan cepat, sekitar lima puluh meter kemudian untungnya gerimis itu berhenti, sinar matahari keluar menerobos kabut.
BRAM
Tapi nyatanya rasa mual kembali naik ke kerongkongan Lora. Dia muntah di pinggir setapak, bau menyengat tak sedap menyebar ke udara.
Bram memijiti tengkuk Lora. Dipijit olehnya membuat perasaan Lora jadi bahagia.
BRAM
Lora melihat Hans diam saja. Bengong.
Perhatian Bram memekarkan perasaan Lora. Hanin memandangi Lora dengan tatapan aneh, pandangannya seperti berkata: aku tahu sesuatu tentang kalian.
Lora merasa tak enak.
Hanin kemudian berlari menuju perkebunan, Lora tampak lega.
Lora jadi takut dengan perasaanku sendiri.
Om Frans masih dengan tatapan mesum yang sama. Sempat-sempatnya ia menyelipkan pandangan ke dada Lora saat lora sedang membungkuk. Saat Lora mengetahuinya, ia bahkan berani memandang Lora dengan tatapan nakal.
LORA (VO)
Lora mengusap mulutnya dengan tisu pemberian Bram. Dia mencoba berjalan.
BRAM
Lora mengangguk. Ia mengoleskan freshcare ke tengkuk, leher, dan perutnya.
HANIN
Lora menatap arah yang ditunjuk Hanin. Berkas sinar matahari menerobos kabut yang melindap. Hutan pinus yang karena ketinggian dan banyaknya pohon terlihat agung dan berwibawa.
Perkebunan stroberi tampak di sebelah kanan sekitar 50 meter dari jalan setapak. Galur-galur di ladangnya sudah dibajak, dalam dan rapi.
Tampak beberapa petani di sana memerhatikan mereka. Cara pandang para petani itu seperti keheranan dan antusias, tampaknya orang luar jarang ke sini.
Setapak memang hanya bisa dilalui dengan jalan kaki atau sepeda motor khusus yang dimodifikasi untuk mendaki dan menuruni lereng gunung.
Mereka berlima berjalan dengan Hanin di depan. Di sebelah kiri terhampar perkebunan mint, daun-daun kecilnya tampak berkemilau diguyur sinar matahari.
Kupu-kupu hijau terbang rendah di atas permukaan daun mint yang menghampar. Di atas setapak, burung puyuh berjalan melintas di depan mereka, tampak tak takut.
Suara cicit kecil nan ramai terdengar dari atas, ternyata kumpulan burung kolibri bergerombol di pepohonan pinus.
Setelah berjalan sekitar 15 menit, pemandangan di depan tampak luar biasa. Sebuah bangunan besar berlantai dua dengan kaca yang besar-besar terpampang elok.
Bangunan berhalaman luas dan berdiri di tengah lembah yang dikelilingi petak-petak ladang stroberi dan mint.
Ada banyak orang yang tersebar di sana. Semua terlihat sedang berkebun.
LORA (VO)