EXT. DEPAN RUMAH — PAGI BUTA
Pagi-pagi benar, sebelum sinar matahari menyirami halaman rumah, sebuah mobil datang. Lora terbangun, dan memeriksa ke luar melalui jendela. Mertuanya datang beserta keluarganya.
Lora membersihkan wajahnya di cermin sebentar, merapikan dan menyisir rambut sekenanya, dan bergegas ke luar.
Bram masih terlelap di sofa. Dengkuran halusnya terdengar seiring dengung AC di ruang tengah.
LORA
MAMA
LORA
Lora membuka pintu pagar, dan menyilakan mereka. Saat demikian ia melihat para tetangga pada melihat mereka. Lora merasa agak terintimidasi.
INT. RUMAH — PAGI
Lora masuk duluan, ternyata Bram sudah tak ada, dia ke kamar mandi, ada suara kecipak air dari sana.
LORA
Ayah mertua tampak lemah. Enam bulan lalu Lora mengunjunginya di rumah sakit, serangan stroke membuatnya lumpuh separo. Tangan kanan papa mertua gemetar seperti kerenyet dengan lengan dan jemari yang menekuk kaku. Sepertinya sangat sulit digerakkan.
Hal yang sama juga terlihat pada kaki kanannya yang sulit berjalan. Ia dipapah oleh kakak tertua, Hanin, yang air mukanya tampak dingin. Mereka tiga bersaudara. Hans, anak tengah.
LORA
Mama mertua masuk duluan, matanya berkeliling melihat ruangan, lalu duduk di kursi.
MAMA
LORA
MAMA
LORA
Papa mertua dan Hanin duduk di kursi. Bram datang dengan wajah segar. Ia telah cuci muka, rambutnya basah tersisir rapi, ganteng.
BRAM
Matanya masih tampak sedikit merah, mungkin karena semalam kurang tidur.
MAMA
Hanin hanya diam. Sudut bibirnya yang kanan tersungging sedikit, senyum kecil.
BRAM
Mungkin karena masih pagi, sepi...
MAMA
Mendengar pertanyaan itu, wajah lora mulai tertekan (CU). Papa mertua tampak tegang karena Bram tak segera menjawab. Hanin penasaran, tampak memerhatikan apa yang hendak dikatakan Bram.
BRAM
Bram menunjukkan bekas tembok yang hancur.
Semua orang melihat bekas tembok yang kini darahnya telah mengering.
BRAM
MAMA
BRAM
HANIN
MAMA
HANIN
Bram berdiri dan menuju kamar. Lora membuka pintu. Ruang tampak temaram karena lampu dimatikan dan baru sedikit sinar matahari fajar yang memasuki kisi jendela. Kaleng-kaleng cat berantakan. Hans masih terlelap.
MAMA
PAPA
Papa berbalik duduk di kursi kembali.
LORA
Suasana canggung masih terasa.
Mama mengikuti Lora ke dapur. Bram menggelar karpet di ruang tengah, lalu meletakkan beberapa bantal.
Bram kemudian menghidupkan televisi, mencari saluran hiburan yang terasa menyenangkan. Sebuah saluran televisi tengah menyiarkan program komedi penuh lelucon, banyolan.
Bram kemudian membantu papa rebahan. Mata lelaki tua dengan rambut memutih itu langsung terpejam. Tampaknya beliau sangat lelah.
INT. DAPUR — PAGI
Sebuah dapur yang rapi, dengan taman luar yang tampak dari jendela.
LORA
MAMA
LORA
MAMA
LORA
Lora segera meracik bumbu. Mama mertua menyalakan kompor. Ia merajang wortel, dan menjerang air.
Mama menyuruh ini itu seperti mengambilkan bumbu, merajang kol, daun bawang, dan Lora mengerjakan dengan baik.
Terlihat mereka pernah beberapa kali memasak bersama, tampak bekerjasama dengan lancar.
FLASHBACK
INT. DAPUR RUMAH MAMA — SIANG
5 tahun lalu
Lora dan Hans pacaran. Mereka bercanda di sofa ruang tamu.
Lora kemudian dipanggil Mamanya Hans. Ia tampak cemas saat calon mama mertua mengajaknya masak.
HANS
Lora merasa gugup, namun keceriaan mama mengurangi kegugupannya.
Mereka pun memasak dengan ceria, dan banyak tawa.
CUT BACK TO
INT. DAPUR — SIANG
Sekarang
Di dapur, mama tampak diam dan sedih. (sikapnya bertolak belakang dengan acara memasak sebelumnya yang ceria).
LORA (VO)
Lora menarik napas panjang. Kedua wanita itu tampak muram, Lora mulai memasukkan berbagai sayuran dan bumbu ke dalam air yang direbus.
Saat demikian, tak dinyana Hans berjalan melewati Lora.
Lora kaget.
LORA (VO)
Seolah tak melihat Lora dan keluarganya, Hans berjalan tanpa menoleh sedikit pun, melewati mereka menuju kamar mandi.
Mama tampak terperangah. Lora memegang bahunya bermaksud menenangkan.
Saat melewati ruang tengah, suaminya juga nyelonong begitu saja.
Hanin, papa mertua, dan Bram juga tampak terkejut melihat Hans.
Papa mertua kebetulan mau duduk saat Hans melintas.
Mereka tampak kaget melihat Hans berlalu tanpa menyapa. Dari jendela dapur, Lora melihat suaminya menutup pintu kamar mandi.
LORA (VO)
Papa mertua dan Hanin menyusul Mama di dapur. Mereka semua menunggunya.
MAMA
Mereka tampak diabaikan, tepatnya tak dianggap ada. Kalau semua kondisi normal, sekebelet apapun Hans pasti menyapa walau sebentar.
Semua terlihat tegang. Bahkan mama berhenti memasak. Air yang dijerang berbunyi. Suasana jadi canggung.
Lora mengambil 6 gelas, menaruh teh celup di masing-masing gelas, mengucurinya dengan air panas, dan memasukkan gula masing-masing dua sendok.
LORA