INT. TERAS — PAGI
Bram datang di pagi hari. Wajahnya ganteng, tinggi, dan rambutnya hitam lurus.
Lora tampak senang.
LORA
Bram tersenyum dan mengangguk. Wajah Lora ceria.
Bram sejenak menatap Lora. Matanya berkejora. Lora merasa agak gugup.
INT. RUMAH — PAGI
Bram masuk sambil mengamati isi rumah dengan tatapan tak biasa. Mungkin karena kemudian penasaran, ia langsung mencari di mana kakaknya berada.
Lora hendak mencegah, namun terlambat, kebetulan pintu Ruang Kerja Hans tak ditutup...
BRAM
Bram tertegun melihat respon kakaknya yang seolah tak mendengarnya. Hans sedang melukis. Dia duduk membelakangi Lora dan Bram.
Di depannya, dua jendela terbuka lebar, memerlihatkan berbagai tanaman: anyelir, kemuning, kamboja, dan wijaya kusuma. Angin menerobos melalui kisi-kisi jendela.
Bram mendekati kakaknya, menyentuh bahunya pelan.
BRAM
Hans menoleh, sepasang matanya tampak menyala namun sekejap kemudian tatapannya tampak kosong, hampa. Bram kaget.
Semua jadi canggung. Lora merasa sesak. Bram membalikkan badan, air mukanya keruh, langkahnya lesu.
BRAM
Bram mengambil ponsel dan menelpon.
BRAM
Bram duduk tercenung di sofa. Pandangannya sama sekali lain dibanding saat datang tadi. Untuk mengatasi rasa canggung, Lora pergi ke dapur membuat minuman.
LORA
Hans minum teh panas itu. Lora menatap Hans yang risau.
LORA
Aku telah menyiapkan kamar tamu. Istirahatlah. Aku harus masuk kantor. Aku bersiap-siap dulu ya...
Bram mengangguk, dia menyeruput teh panasnya lagi.
INT. TERAS — PAGI
Lora memakai span rok pendek. Ia berias. Memoleskan lipstik merah menyala di bibirnya. Ia ingin terlihat lebih cantik di hadapan Bram.
Saat Lora sudah siap dan ke ruang tengah, Bram menatap Lora dengan tatapan agak terpana.
Bram mengantarkan Lora hingga teras rumah.
LORA
BRAM
LORA
Saat melihat Bram tersenyum, wajah Lora ceria kembali. Lora sedikit tersipu.
INT. RUMAH — SORE
Sore ketika pulang, Lora melihat Bram terlelap di sofa. Ia berjalan pelan agar tak mengganggu tidurnya. Bram tampak pulas, wajahnya tampak tenang.
Lora menatap paras Bram yang ganteng, Lora bergetar. Tanpa sadar, tangan Lora menyentuh pipi Bram, mengelusnya pelan.
Lora sadar, wajahnya bersemu merah, ia kemudian bersijingkat pergi.
Lora membuka ruang kerja suaminya, Hans masih melukis.
LORA (VO)
Lora menggeleng lemah lalu masuk kamar, berganti baju, dan rebahan. Kelelahan seharian di tempat kerja membuatnya terlelap hingga gelap.