INT. RUANG KERJA — PAGI
Terdengar suara kaca dipecahkan. Pyyyyyaarrrr!
Lora berlari menyusul Hans. Mama juga mengikuti Lora dari belakang.
Lora membuka pintu, dan berteriak kencang!
Mama terkejut melihat cermin kaca telah pecah dengan kaca-kaca berhamburan di lantai.
Hans mengiris nadi tangan dengan pecahan kaca. Mama menjerit keras!
Tangan itu mengalirkan darah merah...
Hanin melompat menahan tangan itu, ia merebut kaca itu, dan membuangnya jauh.
Bram menggotong tubuh Hans, mereka menggotongnya ke mobil dan melarikannya ke rumah sakit.
INT. RUANG DOKTER RSJ — SIANG
1 minggu kemudian
Di sebuah ruang periksa dokter spesialis jiwa, Lora dan Bram menghadap dokter.
DOKTER
Lora mengangguk pelan. Dia mencoba memahami penjelasan dokter.
LORA
DOKTER
BRAM
DOKTER
LORA
DOKTER
Lora menarik napas panjang.
BRAM
DOKTER
LORA (VO)
Lalu bagaimana denganku? Bagaimana dengan suara-suara yang kudengar itu?
INT. BANGSAL RSJ — SORE
Hans rawat inap di RSJ. Ia ditempatkan di bangsal khusus pria bersama 9 pasien lain. Bangsalnya lumayan luas, ukuran sekitar 20 x 10 meter, ada 10 dipan.
5 dipan di sebalah kiri Ruang Perawat, dan 5 dipannya lagi di sebelah kanan Ruang Perawat. Jadi Ruang Perawat pas berada di tengah-tengah.
Pintu berjeruji besi digembok, dikunci, dan dirantai.
Lora masuk menjenguk, menunggu Perawat membuka gembok dan rantainya.
LORA (VO)
Lora duduk di sofa di ruang bezuk. Sofa dengan meja bervase bunga plastik di atasnya. Seorang perawat perempuan mendekatinya.
Lora tersenyum.
LORA
PERAWAT 1
Lora mengangguk.
Beat.
PERAWAT 1
LORA
PERAWAT 1
LORA
Perawat itu kembali ke Ruang Perawat.
Ada banyak jendela, dan semua berjeruji besi. Cahaya matahari cukup menerangi ruangan.
Para perawat berada di balik meja-meja besar, berikut rak-rak yang berisi arsip pasien.
Ada televisi di atas rak yang bisa ditonton mereka sewaktu jam istirahat atau saat tak sibuk.
Pasien yang tenang dan terkendali diperbolehkan menonton bersama mereka.
EXT. LINGKUNGAN RSJ — PAGI
Hans duduk diobservasi dan diajak bicara oleh dokter didampingi kepala perawat. Tapi Hans tetap diam.
Hans diajak perawat untuk sarapan dan minum obat pada pukul 08. 00, untungnya dia mau.
Hans, didampingi Lora, dan bersama dua perawat (satu lelaki dan satunya perempuan yang kemarin menemui Lora) jalan-jalan ke luar ruangan.
Sinar matahari, udara segar, taman dan rindang pepohonan bisa menyegarkan pikiran dan menyenangkan perasaan pasien.
Saat jalan-jalan, perawat mencoba mengajak Hans ngobrol namun dia tetap diam, hanya gumaman dari mulutnya yang terdengar.
PERAWAT 1
Lora mengangguk. Perawat mencatat sesuatu di bukunya.
PERAWAT 1
LORA
Mereka terus berjalan, seorang perawat lelaki bersiul dan bernyanyi, membuat suasana sedikit menyenangkan. Lagunya riang, sengaja memancing perhatian Hans.
PERAWAT 2
Perawat lelaki itu mendekati Hans, berjoget sembari tertawa. Hans tetap diam, tetap berperilaku pasif seperti robot.
Kami berjalan mengitari kompleks rumah sakit jiwa. Bangunan bangsal terpisah satu sama lain. Bangsal untuk pasien perempuan ada di belakang.
Tampak wajah-wajah memandang dari balik jeruji jendela, dengan air muka yang cengengesan, ada yang teriak-teriak minta duit, es teh, rokok, kopi, banyak pula yang memandang dengan tatapan kosong.
Lora mendekat, tampaknya ia kasihan, mau memberi duit.
PERAWAT 1
PERAWAT 2
Lora mengangguk. Dan benar pula, setelah beberapa meter kemudian ada plang yang bertuliskan: Dilarang Memberi Pasien dalam Bentuk Apapun!
Area rumah sakit ini luas juga, asyiknya banyak bunga yang mekar dan sedap dipandang.
Si perawat ngobrol dengan temannya, karenanya Lora mendampingi suaminya, menggenggam dan menggandeng tangannya. Mereka berjalan dalam diam.
Jadwal berikutnya, berinteraksi bebas di dalam bangsal, lalu ke balai kerja untuk membuat kerajinan, ketrampilan, atau pengembangan seni dan bakat.
Ada yang membuat keset, kemoceng, ada yang latihan menyanyi, memainkan gitar, dan melukis. Hans diam saja, duduk di pojok, tak mengerjakan apa pun, tatapannya kosong.
EXT. TEMPAT WUDHLU MUSOLA RSJ — SIANG
Hans hanya diam saja saat yang lain makan siang. Ia memandangi nasi dalam piring di depannya. Sebelahnya makan dengan rakus, mulutnya sampai belepotan.
Habis makan adalah ibadah. Sebagian ke mushola.
Shalat Dzuhur di mushola di bagian barat rumah sakit. Hanya sedikit yang mau, dua pasien dengan malas-malasan berangkat.
Dibanding yang lain yang sukar diajak berwudhlu dan bahkan tak mau menyentuh air, Hans mau menyentuh air.
PASIEN
Wajah pasien itu ketakutan. Ia berlari menjauhi tempat wudhu. Tak ingin mengambil resiko, beberapa perawat laki-laki mengejar dan menangkapnya, lalu mengajaknya duduk-duduk di taman.
EXT. TAMAN RSJ — SIANG
Lora duduk di bangku taman. Di depan bangsal khusus pasien lelaki. Taman cukup sejuk karena berada di bawah Pohon Beringin besar yang rindang.
Walau agak jauh, Lora tetap bisa melihat Hans yang tengah didampingi perawat lelaki di musola.
LORA (VO)
Setelah ibadah, jadwal pasien makan siang dan istirahat. Kebanyakan pasien tidur, atau tidur-tiduran sampai sore. Hans juga tiduran.
INT. BANGSAL — SORE
Lora masuk dan duduk di sofa, bezuk.
PERAWAT 2
Lora mengangguk. Ia melihat semua pasien tampak bermalas-malasan di tempat tidur.
PERAWAT 2
Lora ikut tersenyum, dan tertawa kecil.
PERAWAT 2
LORA
PERAWAT 2
LORA
PERAWAT 2
OS
Terdengar suara itu lagi. Lora mengangguk pada perawat itu.
PERAWAT 2
LORA
Perawat tersenyum, dan kembali ke Ruang Perawat.
LORA (VO)
Lora pamit pada perawat untuk pulang.
Kegiatan malam di bangsal adalah makan malam dan minum obat, lalu sembahyang, dan kegiatan bebas.
Ada pasien yang nonton televisi, ada yang ngobrol dengan pasien lain, ada yang berinteraksi dengan perawat, tapi kebanyakan hanya bengong, tidur, atau ngelantur sendiri.
Hans juga tampak bengong duduk di kasur.