SAMPAI JADI DEBU

Dalam dekap Randu, Daun lelap. Sangat lelap hingga  lima jam berlalu. Matahari telah lingsir ke barat sedari tadi. Jam dinding menunjukkan pukul 7 malam.

Daun menatap Randu yang  tengah lelap, lelaki-nya itu mendekap erat. Dihayati napas hangat Randu, dihindunya aroma tubuhnya. Jahe-kunyit-kencur itulah aroma khas tubuh Randu yang tak pernah gagal membuat Daun merasa nyaman dan aman.

Ijinkan sejenak aku menikmati hangat ini, Mas….ujar Daun dalam benak. Aku sungguh-sungguh kangen kamu, tapi jeri yang ngeri menghalangiku untuk kembali. Maafkan aku….”

Daun memenjamkan mata, biarlah ia kembali lelap dalam dekap Randu, entah kapan akan bangun. Biarlah waktu berjalan atau berhenti.

Dalam ruang dengarnya sayup mengalun merdu Sampai Jadi Debu—Banda Neira, entah dari mana. Sayup nan indah, Sayup nan syahdu. Sayup rindu yang merangkup cinta mereka

Randu tahu Daun telah terjaga. Ia pun tahu Daun kembali ingin lelap dalam dekapnya yang erat. Perempuan-nya telah kembali, meski ia tahu ada jeri yang ngeri, tapi Randu berjanji akan terus mendekapnya erat, meski Daun mungkin akan ragu. Meski Daun mungkin akan kembali menghilang. Randu berjanji akan terus mencari, akan terus menemukan, akan terus mendekapnya dalam erat yang hangat.

Selamat tidur, Sayang…..bisik Randu dalam benak, tidurlah dalam dekapku nan erat, entah sampai kapan, dalam waktu yang berjalan atau berhenti. (dks)

 

7 disukai 2 komentar 6.3K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@alwindara : Thanks, Mas😉
Cool
Saran Flash Fiction