Terima Kasih Sudah Menjadi Istriku

HUJAN awal Januari.

Sawah.

Ikan.

Layang-layang.

Kenangan.

Arung tersenyum di atas kursi rodanya. Fragmen masa kecilnya muncul satu per satu di kelopak ingatannya. Itu masa-masa yang sangat indah. Tidak ada tagihan listrik, air, rumah, mobil, kartu kredit, apalagi debt collector yang meneror. Hari-hari hanya dihabiskan dengan bermain dan bersenang-senang.

“Apakah sembilan tahun belum cukup?” Annie muncul dari belakang dan langsung memeluk Arung. Nostalgia zaman kanak-kanak Arung seketika berakhir. Sekarang, seluruh isi kepalanya hanya tentang Annie. Penulis kisah terbaik dalam perjalanan hidupnya.

“Kita berangkat sekarang?” bisik Annie.

Arung mengangguk. Ia turun dari kursi roda dan mengikuti istrinya.

“Tunggu, Yaa Qalbii.”

Annie berhenti, memutar tubuhnya, lalu mendongak menatap mata Arung.

“Ada apa, Sayang?”

Arung meraih tangan Annie kemudian memeluknya dengan penuh cinta.

“Sembilan tahun ini, luar biasa. Terima kasih sudah menjadi istriku.”

8 disukai 5.8K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction