Di antara tumpukan notifikasi yang berisik, tenggat tugas kuliah yang menumpuk, dan algoritma yang tak pernah lelah menggulung waktu, Eva menemukan satu pesan yang menahan napasnya sejenak. Bukan dari marketplace yang tiap hari memohon perhatian dengan promo semu, bukan dari dosen pembimbing yang menagih revisi, bukan pula dari grup magang yang tak pernah sepi. Bahkan bukan dari ibunya yang, seperti biasa, mengirim pesan berulang kali demi memastikan anaknya baik-baik saja.
Nama itu muncul perlahan di layar ponsel—menyelinap di antara notifikasi lain—seperti hantu lembut dari masa lalu yang tiba-tiba menemukan jalan pulang. Seketika udara di sekeliling Eva menipis seolah mencekik lehernya. Ia merasa masa lalu yang telah dikubur dalam-dalam, kini bangkit...