Disukai
30
Dilihat
601
Just One Person
Romantis

“Bisa kita bicara sebentar? Aku ingin menceritakan sebuah cerita padamu. Cerita mengenai lelaki hebat yang telah mengubah hidup seorang wanita menyedihkan,” pintaku pada seorang anak muda berusia 20 tahun.

Dia menurutinya dan duduk di sampingku.

“Cerita ini mungkin akan memakan cukup banyak waktu, dan aku harap kau tak bosan mendengarnya” ucapku. Aku menarik nafas panjang dan mulai bercerita.

--

Kala itu setelah dia lulus dari SMA dia pergi seorang diri ke Yogyakarta, kota yang akan membuka lembaran baru hidupnya. Kota yang dipilihnya untuk beranjak dewasa. Perjalanan dari Bandung menuju Yogyakarta bukanlah perjalanan yang mudah apalagi untuk seseorang yang baru saja akan memulai hidupnya seorang diri, seperti dia. Tapi tak apa toh itu adalah jalan hidup yang telah dia pilih. Yogyakarta memiliki ketenangan yang selalu dia butuhkan selama ini, hidup di tengah hiruk pikuk pertengkaran tidaklah mudah.

Selama di rumah dia hanya mendengar amarah dari kedua orang tuanya dan itu membuatnya tumbuh menjadi anak yang pemurung dan pendiam. Dia juga tak punya siapa-siapa di sampingnya, tak ada kakak maupun adik, begitu pula teman, ada, namun hanya sebatas kenal. Selama ini dia selalu sendiri menghadapi segala masalah, tak ada teman cerita, menangis sendirian, juga ketakutan sendirian. Tak perlu banyak, dia hanya butuh satu orang. Satu saja. Satu yang benar-benar peduli padanya.

Pergi ke Yogyakarta untuk berkuliah adalah pilihan terbaik menurutnya. Karena setidaknya tak akan ada teriakan yang selalu membuatnya ketakutan. Walaupun dia akan sendiri di kota ini tentunya, tapi ‘sendiri’ adalah kata yang sudah ia paham betul jadi ia sudah terbiasa. Dia memilih Universitas Gadjah Mada untuk berkuliah dengan prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea. Sejak SMA dia mulai tertarik dengan segala hal yang berhubungan dengan negeri ginseng tersebut mulai dari lagu, film, drama, hingga bahasa yang akhirnya membuat dia mengambil jurusan ini.

Satu tahun berselang dia mulai tumbuh menjadi sosok yang lebih ceria daripada sebelumnya meski tetap pendiam. Dia masih belum mempunyai teman yang sangat dekat denganya. Tapi walau begitu setidaknya dia lebih mempunyai banyak kenalan dibanding dulu, sosialisasi-nya pun cukup baik disini. Dia mulai sering untuk keluar rumah, pergi ke cafe ataupun berjalan-jalan, juga pergi ke perpustakaan dan menghabiskan waktu disana.

Hingga suatu ketika dia tak sengaja meninggalkan kartu mahasiswanya dan baru tersadar beberapa hari setelahnya. Tetapi untungnya seseorang datang padanya dan mengembalikan kartu mahasiswa yang ditemukannya. Saat itu seseorang datang padanya dengan setengah berlari.

“Lo Haneul Shinufy, kan?” Ucap lelaki itu.

“Iya, ada apa ya?” Jawabnya.

“Kenalin gue Chandra. Ini tanda pengenal lo, kan?” Chandra menunjukan tanda pengenal yang dibawanya.

“Iya, ini punya gue. Lo nemuin ini dimana? Gue kehilangan ini udah beberapa hari yang lalu. Makasih ya” Ucapnya sambil mengambil kartu mahasiswa miliknya.

“Di Cafe Spacenush. Temen gue pemilik cafe itu dan dia nemuin ini. Karena kebetulan gue juga kuliah disini jadi dia ngasih ini ke gue,” jelas Chandra.

“Ohh, lo mahasiswa sini juga. Lo angkatan berapa?” Tanya Haneul.

“Lo anak baru, kan? Kalau iya, berarti gue satu tahun diatas lo,” ucap Chandra dengan nada menebak.

Haneul mengangguk.

“Jadi lo harus panggil gue sunbae (senior),” ucap Chandra dengan nada menyebalkan.

“Lo jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea juga?” tanya Haenul.

Chandra mengangguk.

“Baik, sunbae. Makasih udah nemuin ini. Kalau gitu saya duluan,” ucap Haneul sambil pergi.

“Eeehh.. tunggu dulu, main pergi aja. Lo gak tau apa seberapa susah gue nemuin lo? Gue harus nanya ke orang-orang trus...” Chandra diam sejenak.

“Udah deh itu gk penting. Ohh ya, panggil lo-gue aja gue belum se-senior itu kok buat lo panggil sunbae,” ucapnya.

Haneul mengiyakan, “Trus sekarang gue boleh pergi?”.

“Temenin gue makan dulu. Gak gue suruh bayar kok tenang aja,” pinta Chandra.

“Tapi gue harus ke perpus,” tolak Haneul.

Andwae (Gak boleh)” ucapnya sambil menarik tangan haneul, dan akhirnya dia harus menunggu Chandra makan hingga selesai.

Dia orang aneh sepertinya, pikir Haneul.

Pertemuan hari itu bukanlah pertemuan pertama mereka. Mereka pernah dua kali bertemu sebelumnya, hanya saja hanya sekilas. Namun pertemuan sekilas itu meninggalkan jejak yang sangat dalam pada Chandra. Hari-hari berikutnya Chandra selalu datang menghampiri Haneul secara tiba-tiba. Di perpustakaan, cafe, bahkan depan kelas. Hingga akhirnya Haneul mulai terbiasa dengan kehadiran Chandra dan bisa dibilang mereka sudah berteman, teman dekat. Sifat Chandra yang menyebalkan dan aneh ternyata lebih mudah membuat Haneul merasa nyaman ketika berada di dekatnya. Sifat Haneul pun sekarang sangat lebih baik, dia menjadi orang yang sangat ceria, optimis, dan dia sudah tak pendiam lagi, dia juga merasa seolah benar-benar terlepas dari beban yang selama ini ada di pundak dan hatinya. Segalanya terasa mudah bagi Haneul sekarang.

Suatu hari Chandra mengajak Haneul ke Cafe Spacenush, tempat Haneul meninggalkan tanda pengenalnya dulu.

"Haneul!" Ucap Chandra sambil mengangkat tangan. Haneul menghampirinya.

"Yuk, ke rooftop," ajak Chandra sambil mengenggam tangan Haneul.

"Emang disini ada rooftop?" Tanyanya heran.

"Ada. Kasihan banget sih yang gak tau padahal sering banget kesini," Chandra meledeknya.

Sesampainya di rooftop, Haneul benar-benar menyesal karena baru mengetahui bahwa cafe yang selama ini dia datangi ternyata memiliki rooftop, tempat yang ia sukai.

"Duduk sana yuk," ucap Chandra.

Mereka duduk bangku paling ujung dekat pagar.

"Lo kok gak ngasih tau kalau disini ada rooftop sih?" Ucap Haneul kesal.

"Emang harus? Lagian ada hal yang lebih penting yang harus gue omongin," ucap Chandra dengan serius.

"Apa? Lo mau gue yang bayarin makanannya? Oke, gue setuju asalkan lo jadi asisten gue selama seminggu, trus bantuin ngerjain tugas, gimana?" Ucap Haneul lebih serius.

"Dasar ya nih anak! Seriusan gue!" Ucapnya sambil menjewer lembut telinga Haneul.

"Chan Chan Chan sakiiit. Iya iya, apaan?" Chandra melepas jewerannya.

“Pesen makanan dulu deh,” mereka pun memesan makanan terlebih dahulu.

“Apaan?” Ucap Haneul.

“Sabar kek. Tunggu makanannya dateng,” jawab Chandra.

“Sekarang aja kenapa? Jadi waktu makanannya datang bisa langsung makan,” balas Haneul.

“Kalau nanti makanannya datang, nanti omongan gue kepotong. Udah diem aja”.

Setelah pesanan datang, mereka melanjutkan obrolannya.

"Dengerin gue baik-baik oke? Hmm.. semenjak gue denger obrolan lo sama orang tua lo waktu itu, ada perasaan aneh yang mulai muncul di diri gue. Awalnya gue gak tau itu apa, tapi setelah pertemuan kedua kita, waktu pertama kali gue ngeliat lo nangis. Gue tau itu perasaan apa. Rasa pengen ngelindungi lo, ngejaga lo, dan jauhin lo dari orang-orang jahat di luar sana," Chandra menatap mata Haneul dalam.

"Mata itu seakan bilang ke gue 'nae son-eul jab-a-halsu-iss-oe? nan jigeum musowonikka' (Bisa gak lo genggam tangan gue? Gue ketakutan sekarang). Gue gak apa itu bener atau enggak. Tapi yang pasti saat itu gue cuman pengen ngegenggam tangan lo dan bilang 'Semuanya akan baik-baik aja. Gue bakal ada di samping lo sampai kapan pun'. Tapi gue gak bisa, karena saat itu gue gak kenal sama lo. Dan tiba-tiba takdir secara misterius ngasih gue tanda pengenal lo, hingga akhirnya gue bener-bener bisa genggam tangan lo, dan mastiin kalau semua baik-baik aja".

Perlahan mata Haneul mulai berkaca-kaca. Semua yang Chandra bilang adalah hal yang selama ini ingin didengarnya.

"Haneul, bisa gak kalau orang itu gue? Orang yang jadi satu-satunya buat lo. Orang yang bisa lo ceritain apa aja tanpa rasa takut. Dan orang yang akan selamanya ada untuk lo," tanya Chandra.

Haneul tersenyum dan membalas, "Lo udah jadi orang itu, Chan. Tanpa gue sadari, gue bisa cerita apapun ke lo tanpa ada rasa takut. Dan gue rasa selama ada lo gue akan baik-baik aja, gue gk akan khawatir tentang dunia selama ada lo di sisi gue. Makasih udah jadi orang yang selama ini gue inginkan".

Chandra juga tersenyum dan dia menghapus air mata Haneul, "Cengeng banget sih pacar gue. Segitu sukanya ya sama gue? Aigoo," ucap Chandra.

“Nyebelin banget sih!” ucap Haneul sambil menyingkirkan tangan Chandra.

“Makanannya jadi dingin nih, gara-gara lo nyatain cinta ke gue,” ucap Chandra sambil memakan pesanannya.

“Whaa,, dasar!! Yang nyatain siapa yang disalahin siapa?”

Chandra tersenyum sambil mengacak-ngacak rambut wanita yang disayanginya. “Makan! Jangan liatin gue mulu, nanti tambah jatuh cinta”.

As expected Chandra Yeolhy, si menyebalkan yang menjadi satu-satunya di hidup Haneul. Si menyebalkan yang berhasil membuka buku usang yang tak pernah tersentuh siapapun. Dan si menyebalkan yang berhasil memberikan dunia baru, dunia yang indah pada Haneul.

Karena pada akhirnya seseorang hanya butuh satu orang saja, cukup satu orang, tak lebih. Satu orang yang bisa mengubah seluruh nerakanya menjadi surga, tangisnya menjadi tawa, sepinya menjadi ramai, dan seluruh hidupnya menjadi keajaiban.

--

Tanpa terasa langit sore telah tergantikan oleh langit malam. Lelaki berusia 20 tahun itu juga masih mendengarkanku.

“Kau juga akan menemukannya. Seseorang yang harus kau lindungi, seseorang yang harus kau jaga, seseorang yang akan menjadi dunia-mu. Kau juga akan menggenggam tangan wanitamu sangat erat seolah dia hanya satu-satunya yang kau punya. Dan kau juga akan merasa ‘tak apa selagi ada dia disampingku, aku bisa melakukan segalanya tanpa merasa takut, karena aku mempunyai dia’, begitu pun sebaliknya. Yang harus kau lakukan pertama kali hanyalah melangkahkan kakimu untuk mendekat kepadanya dan mulai menyamakan langkah kaki kalian. Karena dulu, ayahmu juga seperti itu padaku. Melangkah lebih dekat, dan menyamakan langkahnya”.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@yangmuliaenief : :)
Menyenangkan sekali pas dibaca ini
Rekomendasi dari Romantis
Rekomendasi