Percaya atau tidak saat ini aku akan mengajakmu menjelajah. Tidak, kau tidak akan kemana-mana, kau akan tetap ditempatmu. Yang harus kau lakukan hanyalah terus membaca tulisan ini sampai selesai. Ada di tahun berapa kau sekarang? Aku akan mengajakmu ke tahunku.
Selamat datang di tahun 2035, tahun dimana kau akan menemukan tempat yang bisa menjelajahi apapun yang kau mau. Kau bingung? Ya, aku pun awalnya begitu. Tempat ini pertama kali diresmikan pada akhir tahun lalu. Memang terkesan baru, tapi teknologi dan segala yang ada didalamnya sudah sangat canggih. Aku akan mengajakmu kesana dan menceritakan serinci mungkin agar kau bisa ikut merasakan apa yang aku rasakan.
Awalnya aku ingin memberitahumu namaku tapi sebaiknya di akhir tulisan saja kuberitahunya. Aku bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang inovasi teknologi. Dan tempat yang akan kudatangi adalah salah satu inovasi yang telah dibuat oleh perusahaan tempatku bekerja. Tapi aku akan membahas itu nanti. Aku ingin memberitahumu tentang hal lain terlebih dahulu. Saat kau telah berada di masa dimana aku berada sekarang. Hal pertama yang akan kau sadari adalah transportasi yang berlalu-lalang dengan cepat jauh di atas kepalamu, transportasi itu bernama Helivitesse, kami lebih sering menyebutnya hevi. Tak perlu merasa bingung atau pun takut, nanti kau akan sangat menyukai benda itu sepertiku.
Helivitesse pertama kali di resmikan pada tahun 2030 oleh pemerintah setelah proses pembuatan yang sangat lama. Hevi adalah sebuah alat transportasi seperti helikopter namun memiliki kecepatan yang sangat cepat. Hevi bisa mengurangi waktu perjalanan hingga 90%. Itu artinya jika kau pergi menggunakan mobil ke suatu tempat yang memerlukan waktu 2 jam untuk sampai, kau hanya akan menghabiskan 12 menit untuk sampai ke tempat tujuan jika menggunakan hevi. Sungguh menghemat waktu, bukan? Hevi dikendalikan penuh oleh howatch yang dimiliki setiap orang dan dikemudikan oleh mesin yang sudah dipastikan sangat aman. Selain karena telah melewati uji coba yang sangat memakan waktu, mesin-mesinnya pun memiliki kualitas tertinggi. Ukuran hevi disesuaikan dengan jumlah orang yang akan menaikinya dengan jumlah maksimal 10 penumpang dan minimal 1 penumpang. Jadi jangan kaget jika suatu saat nanti kau melihat hevi berubah ukuran secara langsung di depan matamu. Jika kau ingin berpergian keluar negeri aku sarankan untuk menggunakan Hevispeed yang bisa mengurangi waktu hingga 98%. Hevi dan Hevispeed juga menyediakan makanan, minuman, juga bisa menonton dan bermain game.
Selain Helivitesse, inovasi yang telah ada di tahun 2028 adalah sebuah jam yang berfungsi untuk mengatur segala hal, salah satunya hevi. Jam tersebut bernama howatch. Jam ini selintas memang seperti jam pada umumnya, tetapi tidak. Saat kau mengaktifkan/menyalakannya sebuah hologram berisi beragam aplikasi akan muncul, seperti aplikasi untuk Helivetesse, rumah, Querencia, TV, dan benda elektronik lainnya yang dikendalikan dengan howatch.
Howatch dilengkapi dengan fingerprint, sehingga setiap howatch hanya bisa dipakai oleh satu orang saja. Jika howatch rusak maka kau harus pergi ke MagiPlace (tempat kau membeli peralatan elektronik) dan pegawai disana akan mereset sidik jarimu dan mendaftarkannya lagi di howatch yang baru. Jam ini mempunyai tempat kecil yang bisa kau isi dengan smartphone lipat. Smartphone ini dikeluarkan bersamaan dengan howatch pada tahun 2028. Smartphone ini setipis kertas yang ada pada tahun kalian, dan memiliki layar transparan selain itu dia juga memiliki fitur canggih seperti kamera yang bisa menangkap benda yang sangat-sangat jauh. Bahkan jika dimalam hari kau ingin melihat keindahan angkasa, kau bisa memakai smartphone-mu, membuka fitur kamera, mengarahkannya ke langit, dan kau akan langsung melihat galaxy yang sangat indah.
Asal kau tahu rumah-rumah di tahun 2030 semuanya tidak lagi memakai bahan bangunan seperti di tahun kalian. Melainkan berbahan kaca ramah lingkungan dan sangat kuat bahkan peluru atau bom pun tak bisa memecahkannya. Walaupun terbuat dari kaca bukan berarti rumah itu akan transparan, tidak, tentu saja tidak. Kau bisa mengatur setiap dinding dengan warna maupun tema yang berbeda, kau juga bisa mendesain sendiri dinding yang kalian mau melalui howatch. Atapnya pun seperti itu, kau bisa membuatnya transparan atau pun bertema. Pada dasarnya setiap rumah memiliki ukuran yang sama dilengkapi dengan taman dan juga pagar. Fungsinya hanya sebatas hak milik. Sehingga tak akan terjadi perdebatan jika lahan kita diambil seenaknya oleh tetangga. Walaupun memiliki ukuran yang sama kau bisa membuat rumah dengan tingkat yang lebih banyak.
Hari ini aku sedang tak bekerja. Jadi ingin ku ajak berkeliling? Kita mulai dari depan saja, lebih tepatnya pagar rumah. Jika kau sudah melewati pagar kau akan melihat taman dengan berbagai macam bunga berwarna warni yang tak kuketahui namanya, aku tak tertarik pada bunga jadi aku hanya membiarkannya seperti pertama kali aku membeli rumah ini. Bagian depan rumah ku atur dengan tema aurora berwarna pink, biru, dan juga hijau. Jika dibanding yang lain, sebenarnya rumahku terlihat lebih mencolok. Tapi tak apa toh ini rumahku. Kalian mungkin bosan dengan ini tapi biar ku jelaskan sekali lagi, semua bagian rumah terbuat dari kaca. Ntah meja, kursi, lemari, peralatan masak dan makan, elevator, kamar mandi, kecuali tempat tidur, mereka tetap terbuat dari bahan biasanya.
Saat mulai memasuki rumah di sisi kanan kau akan melihat ruang tamu bernuansa abu muda dengan interior sederhana. Tak ada foto yang terpajang, yang ada hanya lukisan abstrak yang sering ku beli di pasar lalu. Pasar lalu adalah tempat yang masih menyediakan barang-barang dan peralatan yang belum tersentuh teknologi semuanya masih sama seperti dulu. Dan di sisi kanan ada sebuah kamar yang di khususkan untuk tamu jika ingin menginap dengan warna biru muda. Di belakang dua ruangan itu, kau akan menemukan ruang keluarga yang berlatarkan warna hijau muda dilengkapi dengan kursi, meja, lukisan, dan sebuah TV yang menyatu dengan dinding, jadi jika kau tak menyalakannya kau tak akan menyadari bahwa ada TV di situ. Di antara kedua ruang tersebut ada toilet yang bisa orang lain pakai saat berkunjung ke rumah. Di bagian paling belakang ada sebuah dapur yang langsung menghadap ke taman.
Bagian paling kusukai adalah bagian atas, tempatku. Ayo kita naik elevator di samping ruang keluarga. Untuk elevator aku membiarkan warnanya transparan. Dua. Kau hanya perlu menyebutkan lantai berapa yang kau tuju dan saat pintu terbuka kau sudah berada di lantai tersebut. Kecepatan elevator sudah berada di 1 detik per lantai, tetapi untuk elevator perusahaan jauh lebih cepat dalam 50 detik kau sudah berada di lantai 100. Mungkin kau berpikir kau akan pusing saat menaikinya tapi tidak, kau tak akan merasa apa-apa. Kau hanya perlu masuk, menunggu tanpa merasa bergerak, lalu keluar dan berada di lantai berbeda.
Di lantai dua kau akan langsung melihat banyak kursi seperti Chaise Lounge, Arm Chair, Bean Bag, dan juga Gili dengan masing-masing dua kursi dengan warna mencolok yang berbeda, aku membelinya di pasar lalu. Kau tahu kenapa aku membeli banyak jenis kursi? Alasannya karena itu, sebuah layar besar yang menyatu dengan dinding, Home Theater. Aku adalah tipe orang yang menyukai film namun karena aku tak terlalu suka menonton di bioskop jadi aku memutuskan untuk membeli ini. Tepat di sampingnya ada kamarku, seperti kamar pada umumnya dengan kamar mandi di dalam, sebuah TV, notebook, dan sebuah jendela luas yang bisa kau buka dengan howatch.
Oh ya, aku juga mempunyai rooftop. Karena diluar sedang hujan, dan aku tidak mau basah, aku akan membuat atapku transparan jadi kau bisa membayangkan rooftop-nya. Di rooftop hanya ada kursi anti air dan juga sebuah lemari berisi selimut, aku meletakannya disitu karena jika sewaktu-waktu salju turun dan aku ingin berada di rooftop aku bisa memakainya. Ocehanku sepertinya terlalu banyak. Jadi lebih baik ku sudahi dulu tulisan ini dan ku teruskan saat aku akan mengunjungi tempat yang ingin ku tunjukkan padamu.
--
Selamat hari minggu, aku sudah berada di depan rumahku menunggu hevi yang sudah ku pesan untuk mengantarku ke Querencia. Aku telah berjanji padamu, dan sekarang akan ku tepati. Aku akan membawamu ke tempat yang bisa menjelajahi semua hal yang kau inginkan. Tempat itu bernama Querencia yang artinya adalah tempat dimana kau adalah dirimu yang paling asli. Jika menggunakan mobil perlu 3 jam untuk sampai ke sana, tetapi kita hanya perlu 18 menit jika menggunakan hevi.
Itu dia hevi yang ku pesan, ayo kita naik. Aku membuka aplikasi Heliapp di howatch lalu menekan pilihan ‘Open’ dan pintu hevi akan terbuka. Setelah kau masuk ke dalam hevi jangan lupa untuk menekan ‘Close’. Saat pintu telah tertutup Heliapp akan memberimu pilihan; tujuan dan waktu yang kau inginkan. Aku memilih Querencia dengan waktu 18 menit yaitu waktu tercepat untuk sampai kesana. Perlahan hevi mulai terbang dan pergi ke tempat yang dituju. Sama seperti saat menaiki elevator, hevi tak akan membuatmu pusing walau melaju sangat cepat.
Querencia. Kita sudah sampai. Ini kali pertamaku ke sini. Tempatnya lebih besar dari dugaanku. Sebelum memutuskan untuk memberitahumu mengenai tempat ini, aku sudah mencari informasi mengenai Querencia. Querencia memiliki 4 lantai dengan masing masing 200 kamar, kecuali lantai satu yang hanya mempunyai 150 kamar karena bagian depan dipakai untuk tempat administrasi. Bagian luar tempat ini bertemakan langit yang mengikuti langit yang sebenarnya. Jika kau datang pagi hari maka seperti langit pada pagi hari, jika kau pergi malam hari maka akan berwarna langit malam dengan bintang-bintang indah. Sekarang Querencia berwarna jingga.
Ayo kita coba masuk. Pintu otomatis langsung terbuka ketika kita sudah berada di dekat pintu. Ketika sudah masuk kau akan mendengar ucapan ‘selamat datang’ oleh robot penjaga yang tingginya sekitar 150 cm yang selalu ada di setiap perusahaan maupun restoran atau tempat-tempat besar lainnya. Setelah itu, kau tinggal menghampiri meja informasi yang akan memberitahumu mengenai hal yang akan kita jalani. Di meja informasi ada beberapa screen seukuran telapak tangan dengan tulisan ‘SCAN YOUR HAND HERE’ di layarnya. Aku menempelkan tanganku di layar tersebut. Setelah selesai meng-scan sebuah robot sekitar 100 cm muncul di samping kanan layar tersebut. Robot itu adalah guide yang akan menunjukkan tempat yang akan kau tempati. Setiap robot sepertinya memiliki nama. Robotku bernama Sirius.
Sirius mengantarku ke kamar nomor 388 yang berada di lantai 3. Sirius menyuruhku untuk meng-scan-kan lagi tanganku ke pintu kamar. Setelah pintu terbuka aku masuk ke kamar dan sirius pergi ke lantai dasar. Pintu langsung tertutup setelah aku masuk. Pemisah antar kamar adalah kaca dinding yang masih transparan. Dan di dalam kamar hanya ada sebuah kasur kecil seperti matras dan sebuah bantal juga selimut.
Aku telah membawamu kesini tanpa kau tahu untuk apa kita kesini. Querencia adalah sebuah penemuan baru yang memungkinkan pemakainya menjelajah dunia berbeda melalui sebuah mimpi yang dapat dirancang sang pemakai. Untuk memilih dunia yang ingin kau jelajahi kau harus membuka aplikasi Querapp di howatch yang kau pakai. Setiap kamar akan langsung terhubung dengan Howatch sang pemakai. Saat ini Querencia baru memiliki 2 dunia yang bisa kau jelajahi yaitu The Wizarding World dan The Random World. Dan setauku mereka sedang membuat dunia ketiga yang masih dalam percobaan.
The Wizarding World adalah dunia penyihir yang mempunyai banyak keajaiban di dalamnya. Saat kau memilih dunia ini untuk dijelajahi, kau harus memilih ingin jadi seperti apa kau di dunia sihir itu. Jenis pilihan yang harus kau pilih diantaranya; menjadi penyihir baik atau jahat, memiliki kekuatan apa, umur, jenis kelamin, dan mengenai fisik seperti warna rambut, bentuk rambut, warna mata, tinggi badan, berat badan, warna kulit. Semua itu akan berbentuk gambar jadi kau bisa menyesuaikannya semaumu.
Sementara The Random World adalah dunia yang akan kau jelajahi tanpa kau ketahui akan seperti apa kau disana. Tapi tenang saja, dunia ini tak akan memberimu peran yang jauh darimu. Justru sebaliknya, di The Random World kau akan diberi peran yang paling kau inginkan dalam hatimu. Biasanya dunia ini akan membuatmu mengalami suatu hal yang tak kau pilih di dunia nyata. Banyak orang yang terlanjur menyesal akan pilihannya sendiri. Ntah itu pekerjaan, sekolah, sebuah hubungan, dan hal-hal lainnya. Itu sebabnya dunia ini diciptakan, bukan untuk lebih membenci pilihan yang telah kau pilih tetapi untuk menyadarkan kita bahwa pilihan yang telah kita buat adalah pilihan terbaik walau pada awalnya kita tak bahagia akan itu.
Setelah pintu tertutup terdengar suara perintah yang berasal dari dinding kaca kamar. Dinding kaca di Querencia berbeda dengan dinding kaca yang sering ku ceritakan padamu, dinding ini lebih canggih, sangat canggih. Suara itu memerintahku untuk berbaring di kasur berwarna putih itu dan menyuruhku membuka Querapp di howatch. Sebelum mengikuti arahannya, aku mengganti dinding kaca transparan ini dengan tema langit malam lalu berbaring, membuka Querapp, dan mengikuti perintah selanjutnya yaitu memilih dunia mana yang akan ku jelajahi.
Sebelum datang kesini aku sudah memikirkan dunia mana yang ingin ku jelajahi juga dengan hal-hal lainnya. Aku memilih The Wizarding World. Karakter yang kupilih adalah seorang penyihir wanita baik berusia 20 tahun yang mempunyai keahlian untuk terbang. Aku penasaran dengan hal-hal ajaib yang akan ku alami nanti. Sepertinya akan menyenangkan. Setelah mengisi semuanya aku tinggal meng-scan ibu jariku di laman Querapp yang berfungsi sebagai pembayaran. Semua pembayaran di tahun 2030 tidak lagi memakai uang, kartu debit/kredit, uang elektronik, kau hanya perlu meng-scan ibu jarimu di tempat yang sudah disediakan di semua tempat belanja dan secara langsung uangmu akan berpindah ke rekening pedagang/perusahaan.
Perlahan musik menenangkan mulai terdengar di kamar. Rasa ngantuk juga perlahan muncul. Sepertinya ini sudah waktunya untuk menjelajah. Mataku semakin berat, aku semakin mengantuk. Satu, dua, tiga, aku terlelap.
Detik berikutnya aku terbangun dan telah berada di tempat yang asing. Aku melihat sekeliling dan menyadari bahwa aku berada di sebuah ruangan berwarna peach. Ruangan ini sepertinya sebuah rumah sederhana yang memiliki segalanya dalam satu ruangan. Aku turun dari tempat tidur dan mulai melihat-lihat benda-benda sekitar. Ada sebuah tongkat sihir seperti dalam film Harry Potter yang pernah ku tonton dahulu. Aku mencoba mengambil tongkat itu dan meniru gerakan harry potter tanpa menyebutkan mantra ke tumpukan buku dengan semangat. Namun tak ada yang terjadi.
Awalnya aku ingin mencari tahu bagaimana tongkat ini bekerja namun Howatch-ku menghilang entah kemana. Selain tongkat sihir aku juga menemukan sebuah bola yang sering dipakai penyihir untuk menerawang, kau tahu maksudku, kan? Sebuah bola yang mengeluarkan cahaya. Ruangan ini cukup luas dengan sebuah tempat tidur untuk dua orang, sebuah lemari besar, meja, kursi, kamar mandi, hingga sebuah cermin besar. Tapi anehnya ruangan ini tak memiliki pintu. Bagaimana aku bisa keluar dan memakai kekuatan yang kupilih? Menggunakannya pun aku tak tahu.
Aku menghampiri cermin yang sangat menarik perhatianku. Cermin ini sangat tinggi. Aku melihat bayanganku di sana. Persis seperti karakter yang kupilih. Dengan rambut dan penampilan yang ku pilih. Wajahku masih sama tapi sedikit lebih muda, mungkin karena aku memilih berusia 20 tahun disini. Saat sedang memperhatikan bayanganku, tiba-tiba ada bayangan lain yang kulihat. Seorang lelaki yang lebih tinggi dariku, sepertinya usia dia sama denganku. Bayanganku pun menghilang saat dia muncul di cermin.
‘Halo’ ucapnya sambil melambaikan tangan.
‘Kau siapa?’ ucapku.
‘Keluarlah! Aku akan menjelaskan segalanya padamu,’
Sekarang yang aku bingung adalah bagaimana cara aku keluar sementara tak ada pintu di ruangan ini. Aku melihat sekelilingku siapa tahu pintu itu tersembunyi.
‘Sini!’ ucapnya sambil mengulurkan tangan, cermin itu ditembusnya.
‘Kau berada di dunia sihir jadi jangan terkejut jika kau melihat sesuatu seperti itu,’
Dia meraih tanganku dan menarikku masuk ke dalam cermin. Ya, dunia sihir, seharusnya aku tidak terkejut. Tapi aku baru pertama kali kesini jadi bagaimana aku tidak terkejut. Aku sudah berada di luar sekarang. Rumah-rumah disini mempunyai bentuk yang sama namun tak terlihat seperti rumah penyihir, hanya seperti rumah manusia biasa.
‘Namaku Aksa. Kau?’ ucapnya.
Aku memberitahunya namaku. Kau bisa mengetahui namaku di akhir tulisan.
‘Nama yang bagus. Kau memilih kemampuan apa?’ ucap Aksa.
‘Terbang. Tetapi aku tak tahu bagaimana caranya,’ jawabku.
Dia tersenyum, ‘Jika kau tahu, lalu untuk apa aku ada disini’.
‘Lebih baik kita pergi ke tempat yang lebih luas untuk belajar terbang. Pegang tanganku. Ah! Kau bisa jatuh, naiklah ke punggungku,’ lanjutnya.
‘Tapi...’ aku tak menyelesaikan ucapanku.
‘Naiklah. Supaya kau bisa cepat terbang dan berkeliling kemanapun kau mau.’
Dia menundukkan badannya, setelah aku berada di punggungnya kami mulai terbang. Aku terkejut lagi, karena dengan tiba-tiba kita terbang. Udara disini sangat sejuk. Lapangannya pun sangat luas dan hijau.
‘Kau sudah siap?’ tanyanya setelah sampai di tempat yang luas.
Aku mengangguk. Kita mulai berlatih terbang. Kupikir akan mudah, ternyata susah. Kau harus menyeimbangkan tubuhmu dan menghilangkan rasa takutmu. Butuh waktu beberapa menit hingga aku mahir mengendalikan tubuhku saat berada di udara. Kau tahu bagaimana caraku terbang? Aku hanya perlu berjinjit dan menekan bagian jariku ke tanah. Lalu perlahan kakimu akan meninggalkan tanah dan terbang ke udara. Tak perlu sapu terbang, sayap, ataupun pixie dust, yang kau perlukan hanyalah keberanian.
‘Kupikir perlu banyak waktu untuk mengajarimu tapi ternyata tidak. Bagaimana? Mau ku temani menjelajah?’ ajaknya.
Aku menyetujui ajakannya dan mulai terbang ke tempat-tempat yang Aksa sarankan. Dunia yang kulihat sekarang hanyalah dunia khayalan, namun segalanya terasa nyata bagiku. Melihat keindahan dunia dari atas, menyentuh awan dan bermain diatasnya. Air mataku hampir menetes. Tidak, aku tidak sedang bermain drama. Ini adalah mimpiku, hal yang aku inginkan.
Aksa membawaku ke tempat para penyihir yang sedang menggambar aurora. Sangat indah. Mereka terbang sambil melukis langit dengan warna-warna yang cantik. Siapapun bisa jika ingin menggambar langit, hanya saja aku tak mau membuat langit terlihat buruk karena gambarku. Jadi lebih baik aku tak melakukannya. Selain itu, dia juga mengajakku ke tempat para penyihir jahat berada. Disana penuh kekacauan. Warna hitam dimana-mana. Sepertinya jika kupilih menjadi penyihir jahat, kerjaanku hanyalah membakar rumah-rumah penyihir tak berdosa, mencelakakan mereka, ataupun membuat petir-petir yang bisa menghanguskan segalanya.
‘Aku tak ingin disini. Bisa-bisa kita ikut jadi objek kejahatan mereka’ ucapku.
Dia tertawa, ‘Baiklah. Ayo kita ke tempat yang sangat ku sukai’.
‘Kemana?’ tanyaku.
‘Kita akan naik perosotan pelangi,’ ucap Aksa sambil terbang terlebih dahulu. Aku tersenyum dan mengikutinya.
Pelangi itu telah berada di depan kita. Pelangi abadi. Bukan pelangi yang hanya datang setelah hujan turun. Melainkan pelangi yang selalu ada. Pelangi itu sangat tinggi dengan warna yang tak hanya 7 warna melainkan seluruh warna yang ada di dunia.
‘Ayo kita mulai,’ kita terbang ke atas pelangi dan mendarat tepat di tengahnya.
‘Duduk!’ ucapnya sambil duduk. Aku duduk disampingnya.
‘Kau siap? Mungkin ini akan sedikit menakutkan karena kau baru pertama kali menaikinya. Tapi aku jamin ini akan sangat menyenangkan. Pegang tanganku jika kau takut,’ ucap Aksa sambil menjulurkan tangannya.
Aku menggenggam tangan Aksa dan mengangguk. Satu, dua, belum sampai aku menghitung hingga tiga kami telah meluncur di atas pelangi. Rasanya menakutkan hingga aku menggenggam tangan Aksa lebih erat. Tak terlalu cepat memang, tetapi cukup untuk membuatku gemetar.
‘Menyenangkan bukan? Ingin menaikinya lagi?’, aku menggelengkan kepala.
‘Sepertinya ini sangat menakutkan bagimu,’ ucapnya.
‘Untuk saat ini, iya. Ini menakutkan. Kau tak apa menemaniku seharian?’ tanyaku.
‘Tak apa. Aku suka menemanimu. Mau kuajak ke tempat yang menenangkan? Misalnya sebuah pantai berlangit aurora?’ ucapnya sambil pergi ke tempat yang dimaksud.
Tempatnya cukup jauh juga melewati berbagai hutan. Setelah sampai kami duduk bersandar di pohon kelapa sambil menghadap ke pantai. Tempatnya sangat indah. Sungguh.
'Bagaimana? Kau suka pantainya,’ tanya Aksa.
'Aku suka semuanya yang ada disini kecuali tempat para penyihir jahat. Melukis langit, pelangi, pantai, dan yang terpenting aku bisa terbang disini. Hal yang sangat kuinginkan,' jawabku sambil menutup mata dan menikmati suara deburan ombak serta sepoi-sepoi angin.
'Tapi kau harus tetap kembali ke dunia nyata,' ucap Aksa
'Aku tahu. Tapi, apa kau juga akan kembali? Maksudku, apa kau adalah sistem yang dibuat untuk dunia ini atau kau juga manusia sepertiku?' tanyaku.
'Kau mengira aku sebuah sistem?', aku mengangkat bahuku.
'Aku manusia sepertimu,' lanjutnya.
'Tapi bagaimana kau tahu aku ada di rumah itu?' tanyaku.
'Aku sedang menggantikan temanku yang bekerja disini. Temanku bertugas menjadi helper bagi orang yang baru ke Querencia. Dia mengajari semua orang menggunakan kekuatan mereka. Sebenarnya aku hanya boleh mengajarimu hingga kau mahir terbang. Tetapi aku malah berakhir pergi ke semua tempat bersamamu,' jelasnya.
Aku mengangguk, 'Aku tahu mengenai pekerjaan itu. Tetapi memangnya boleh menyuruh orang asing, maksudku, seseorang yang tidak bekerja di Querencia menggantikan tugasnya?'.
'Tentu saja tidak boleh. Aku juga bekerja di Querencia. Sebagai World Maker'.
Ucapannya mengejutkanku, 'kau Gerald Diaksa?' ucapku sambil melihatnya.
'Kupikir aku sudah terkenal, ternyata belum seterkenal itu. Bukankah kau juga bekerja di perusahaan yang sama denganku? Apakah kau tak memperhatikan banner Querencia yang juga menampilkan wajahku?' ucapnya sambil melihatku juga.
'Aku baru pertama kali melihatmu secara langsung. Maafkan aku karena tak mengenalimu sepanjang hari,' ucapku dengan sedikit perasaan bersalah.
'Tak apa. Mungkin jika kau tahu aku dari awal, kita tak akan sedekat ini,' ucap Aksa sambil tersenyum.
'Lalu aku harus memanggilmu apa? Aksa atau Pak Aksa? Kau adalah atasanku secara tidak langsung,' tanyaku.
'Aksa. Kita sedang tak berada di kantor jadi tak apa,' ucapnya.
Perlahan langit beraurora berubah menjadi langit senja yang menenangkan. Kami menghabiskan banyak waktu disini. Saat langit mulai menggelap kami memutuskan untuk pulang ke rumah yang pertama kali aku datangi. Setelah terbang beberapa saat Aksa mengajakku untuk turun di dekat danau. Tak ada cahaya apapun kecuali cahaya bulan di sini.
'Ada apa?' tanyaku.
'Sepertinya kita tersesat,' ucap Aksa dengan panik.
'Kau tak tahu arah pulang?' ucapku.
'Aku tahu. Mungkin karena hari sudah gelap jadi aku sedikit bingung dengan jalannya,' ucapnya. 'Ah! Apa kau membawa tongkat sihir? Dia bisa menunjukkan kita jalan pulang' lanjutnya.
'Tidak. Tadi kau langsung menarikku untuk keluar dari cermin itu. Jadi tak sempat ku bawa,' dia tak bereaksi apapun, hanya bengong memandangku. 'Terus kita bagaimana?' tanyaku.
'Mau gimana lagi, kita harus tunggu sampai besok hingga cahaya muncul' ucapnya sambil duduk di dekat danau.
'Bukannya ini dunia sihir? Kita pasti bisa melakukan apapun bukan?' aku menghampirinya.
'Ya. Kau bisa melakukan apapun, asalkan kau mempunyai tongkat sihir,' ucapnya pasrah.
Aku duduk di sampingnya. Ntah aku harus khawatir atau senang karena tersesat. Aku khawatir akan diriku yang berada di Querencia, juga senang karena jika aku tetap berada di sini hingga pagi itu artinya aku masih bisa terbang besok.
'Kau tak apa jika harus tidur disini?' tanyanya cemas.
'Tak apa. Setidaknya besok aku masih bisa terbang,' jawabku sambil tersenyum.
'Kau suka terbang rupanya. Tapi bagaimana dengan pekerjaanmu? Bukannya kau memiliki proyek yang harus kau selesaikan?' tanya Aksa.
'Aku bisa bekerja dua kali lipat di hari esoknya' ucapku.
Kami berdua tertidur setelah mengobrol cukup panjang mengenai proyek yang sedang aku dan timku kerjakan. Aku tak akan memberitahukannya padamu. Ini rahasia.
Esok paginya kami bangun dan pergi dari tempat ini. Sesampainya di rumah,
‘Sampai jumpa di dunia nyata,’ ucap aksa sambil melambaikan tangan.
‘Aksa, aku tidak tahu cara kembali ke dunia nyata,’ ucapku.
‘Ahh.. aku lupa memberitahumu. Ayo masuk ke dalam,’ Aksa masuk kedalam cermin yang sama saat aku keluar dari rumah, aku mengikutinya.
‘Berbaringlah, lalu scan-kan tanganmu ke sini,’ ucapnya sambil menunjuk sebuah tempat scan tangan yang berada di samping tempat tidur.
‘Ohh.. Oke, terima kasih telah membantuku di dunia ini,’ ucapku.
‘Ini tugasku. Walaupun sedikit keluar batas, tapi tak apa. Aku pergi, sampai jumpa,’ Aksa pergi ke tempatnya.
Setelah dia pergi aku berbaring dan meng-scan tanganku. Musik yang sama mulai terdengar sesaat setelahnya. Rasa kantuk pun mulai muncul lagi dan aku tertidur.
Aku terbangun dan menyadari bahwa aku sudah kembali ke Querencia. Rasanya penat namun menyenangkan, kupikir aku tak akan merasa lelah ternyata aku salah. Setelah merapikan diri aku keluar dari kamar tersebut dan turun ke lantai dasar.
Sebelum kembali ke dunia nyata aku dan Aksa sudah membuat janji untuk sarapan bersama. Jadi aku menunggu dia sebentar kemudian kami pergi ke sebuah restoran terdekat menggunakan hevi.
Jika kau penasaran akan The Random World yang akan ku jelajahi nanti, teruslah bersamaku. Tidak sekarang ataupun besok. Aku butuh waktu untuk mengembalikan energiku. Jadi, sampai jumpa minggu depan.
Selamat hari minggu kembali, aku sudah berjanji padamu untuk pergi ke Querencia lagi. Aku tak bisa kesana pada siang hari atau pun sore hari. Aku harus melakukan pertemuan dengan rekan kerjaku untuk membahas mengenai proyek baru yang kupikir jika ini benar-benar berhasil, hal ini akan menjadi inovasi terhebat tahun ini. Aku benar-benar tak akan membocorkannya padamu. Lihat saja nanti saat kau sudah berada di tahunku. Semoga inovasi ini berhasil. Aku akan pergi ke Querencia sekitar jam 8 malam. Jadi, sampai jumpa nanti malam.
Sekarang pukul delapan lebih enam belas menit di malam hari. Yang artinya aku sudah sampai di Querencia. Kau sudah tahu cara pergi ke Querencia dan juga cara memesan kamar jadi kulewat saja. Nama robot yang mengantarku tadi bernama Canopus, sepertinya semua robot disini memakai nama rasi bintang. Saat aku memilih The Random World, tak ada pilihan lain yang muncul, selain tempat meng-scan ibu jari.
Sebelum memulai penjelajahan kedua kita apa kau tidak penasaran bagaimana tulisan panjang ini bisa sampai padamu? Kau berada di tahunmu dan aku berada di tahunku. Siapa yang akan mengantarkan surat ini? Apa mungkin ada orang yang tinggal di masa yang kita tidak tahu? Seperti aku yang tinggal di masa depanmu, dan kau yang tinggal di masa laluku. Tak perlu memikirkannya sekarang. Aku memberitahumu di akhir tulisanku. Setelah meng-scan ibu jari, musik akan terdengar dan aku akan mengantuk.
Setelah terbangun aku langsung menyadari dimana aku sekarang. Aku merindukan tempat ini. Kamarku. Kamarku di masa lalu. Sepertinya aku berada di masa dimana aku harus menentukan pekerjaanku. Memilih sebagai pekerja kantoran seperti yang disarankan orang tuaku atau sebagai penulis karena keinginanku. Di kehidupan nyata aku memilih hidup sebagai pekerja kantoran. Bukan karena aku suka, tetapi ada hal yang mengharuskan aku untuk memilih pekerjaan ini. Mungkin ini adalah kesempatanku untuk bisa merasakan bekerja sebagai penulis.
Aku keluar dari kamarku untuk lebih mengerti apa yang sebenarnya akan terjadi. Aku mendengar sesuatu dari arah dapur dan menghampirinya. Ada ibuku disana. Dia terlihat sama seperti dulu.
‘Kau sudah bangun. Cepat mandi! Bagaimana dengan novelmu?’ ucapan ibu membuatku bingung. Novel? Aku sudah menjadi penulis disini?
‘Novel? Maksud ibu apa?’ tanyaku.
‘Bukankah kau harus mengirimkan naskahmu ke penerbit secepatnya? Kau bilang atasanmu memberimu waktu 1 minggu lagi untuk menyelesaikannya,’ jelas ibu sambil terus memasak.
Aku kembali ke kamar dan memeriksa laptopku. Aku menaruhnya di meja belajar. Setelah memeriksa isi laptop aku menemukan sebuah folder bernama ‘New Project (Time Travel)’. Aku membuka folder tersebut dan terdapat banyak file word dengan nama Bab I, Bab II, hingga ‘Final(?)’. Aku tak tahu maksudnya apa. Aku membaca satu-persatu file itu dan menyadari bahwa sepertinya aku sedang menulis novel bertema time travel. Ceritanya cukup menarik walau masih banyak kata yang harus direvisi, menurutku.
File ‘Final(?)’ belum sepenuhnya selesai jadi kupikir aku harus melengkapinya sebelum kembali ke dunia nyata. Aku menarik nafas panjang dan mulai tersenyum karena pada akhirnya aku bisa merasakan diriku sebagai penulis. Aku mengganti bajuku tanpa mandi terlebih dahulu. Aku tak tahu jika aku mandi disini apa yang akan terjadi pada tubuhku di Querencia.
Aku berpamitan pada ibu untuk pergi keluar sambil membawa laptop-ku. Kini aku berada di sebuah cafe yang tak jauh dari rumah. Setelah memesan macchiato, aku membuka laptop dan melanjutkan cerita yang telah kubuat ntah kapan. Sepertinya aku sudah terlalu lama tidak menulis sehingga aku mengalami writer’s block. Selagi menunggu imajinasi untuk menulis part selanjutnya, aku memeriksa ponselku. Tak ada chat dari siapapun kecuali anggota keluargaku dan atasanku di dunia ini. Aku masih menjadi introvert rupanya.
Aku memutuskan pulang ke rumah setelah menulis 3 paragraf baru. Ada perasaan aneh yang mulai muncul saat aku mulai menulis tadi. Perasaan lelah, tertekan, dan terikat. Padahal diawal aku merasa begitu bersemangat. Sesampainya di rumah, aku menghampiri ibu yang sedang menonton tv dan memeluknya.
‘Kenapa? Gak dapat ide lagi?’ ucap ibu sambil melihatku.
‘Bu, kenapa aku ngerasa cape banget, ya? Padahal aku kan senang nulis, tapi tadi rasanya cape aja,’ ucapku terus terang.
‘Gimana gak cape, dari kemarin kamu nulis terus karena katanya udah deadline. Istirahat aja dulu,’ ucapnya.
‘Yaudah deh. Aku masuk kamar dulu ya, bu,’ ucapku sambil pergi ke kamar.
Dari dulu aku adalah seorang anak pendiam. Tetapi itu hanya padangan orang saja. Aku tidak sependiam itu. Kau tahu bagaimana rasanya jadi orang sepertiku? Aku bukanlah seorang introvert, tetapi aku adalah seseorang yang dibentuk menjadi seorang introvert oleh lingkunganku. Awalnya aku suka berbicara, pergi keluar, bermain, berkumpul, dan segala hal yang termasuk dalam sifat extrovert. Namun perlahan rasa percaya diriku memudar karena orang-orang sekitarku. Seperti seseorang yang dijauhi. Aku tak punya teman yang benar-benar dekat denganku. Mereka bersikap bersahabat saat membutuhkanku tapi setelahnya mereka bersikap seakan tak mengenalku. Tak bisakah mereka membantuku? Aku juga ingin dibantu. Carikan aku teman yang tidak hanya datang pada saat membutuhkan bantuan.
Tok..tok..tok.. seseorang mengetuk pintu kamarku.
‘Siapa?’ tanyaku.
‘Dimas. Boleh masuk?’ ucapnya. Dimas adalah kakakku.
‘Iya,’ balasku.
‘Kata ibu kau sedang kelelahan? Mau keluar sebentar? Kita cari sesuatu yang menyenangkan? Aku tahu yang lelah bukanlah tubuhmu tapi pikiranmu. Kau terlalu memikirkan tulisanmu agar bisa diterima dengan sempurna,’ dia mendekat ke arahku yang sedang duduk di tempat tidur.
‘Kak, kakak bahagia gak sama pekerjaan kakak?’ tanyaku.
‘Hmm.. bahagia. Kakak bisa ketemu banyak orang, ngelakuin hal yang kakak suka, dapat uang lagi’, kak Dimas adalah seorang anak band yang sering diundang di acara-acara sekolah, kampus, maupun acara penting.
Aku menghela nafas, ‘Aku juga ngelakuin hal yang aku suka, tapi rasanya sangat tertekan. Padahal aku milih jadi penulis karena aku ingin ngerjain sesuatu dengan bahagia’.
‘Kita ngobrol di rooftof yuk! Udah lama kita gak kesana,’ ucapnya sambil menarik tanganku.
Kita pergi ke rooftop yang ada di rumah kami. Dan duduk di sebuah kursi gantung yang bisa diduduki 2 orang.
‘Kau menyesal akan pilihanmu?’ tanya kak Dimas.
‘Ntahlah. Aku senang, namun saat ini tidak,’ jawabku.
‘Alasan kau tak bahagia sekarang bukan karena pekerjaanmu. Tapi karena dirimu sendiri. Pikiranmu terlalu fokus untuk sampai ditujuan secepatnya. Padahal kau masih mempunyai waktu untuk bernafas,’ ucapnya.
‘Kau harus menulis untuk dirimu sendiri, untuk kesenanganmu. Dulu kau seperti itu bukan? Menulis karena kau menyukainya, bukan menulis karena kau harus menulis,’ lanjutnya.
‘Terus aku harus bagaimana?’ tanyaku.
‘Berhenti sejenak. Itu lebih baik daripada akhirnya kau membenci sesuatu yang sangat kau sukai. Kau tidak sendiri. Semua orang pernah merasa seperti itu terhadap hal paling dikenalinya,’ ucap kak Dimas.
Kami mengobrol kurang lebih 2 jam rooftop. Di dunia nyata kita sama-sama sibuk sehingga tak pernah ada waktu mengobrol seperti ini. Kau tahu, beberapa hal yang dia bicarakan saat ini sudah menjadi kenyataan di dunia nyata. Mungkin jika aku memang memilih menjadi penulis seperti yang aku lakukan di dunia ini, aku akan mengalami hal yang sama dengan tekanan yang sama pula.
Aku kembali ke kamar dan memutuskan untuk kembali ke dunia nyata. Dunia ini terlalu menyedihkan. Harusnya aku membawamu ke dunia yang menyenangkan. Saat terbangun di Querencia mataku berair.
Kita sudah menghabiskan waktu bersama selama tiga minggu. Kita juga sudah menjelajah dua dunia. Bagaimana dengan semua hal di tahun 2030? Menyenangkan? Aku harap kau segera datang kesini dan menjelajah semua dunia yang kau inginkan. Ohh ya, mengenai proyek-ku. Semuanya selesai. Kita berhasil membuat proyek ini. Dan besok kita akan meresmikannya agar bisa segera digunakan semua orang. Aku juga akan mencobanya lagi dan telah mempersiapkan segala hal yang kubutuhkan.
Ada hal yang ingin ku sampaikan padamu. Percayalah padaku. Tak perlu sangat percaya. Sedikit saja. Di masa depan kau akan menjadi orang hebat asal kau tidak menyerah dan terus berusaha. Jangan terlalu menyalahkan orang tuamu yang memaksa untuk bekerja di bidang yang tak kau inginkan. Karena pada akhirnya kau jauh lebih bahagia dengan pekerjaan itu. Sesuatu yang tak kau suka walau kau sangat ahli di bidang itu. Sesuatu yang menjauhimu dari hal yang kau suka. Sesuatu yang membuatmu membenci seseorang yang seharusnya kau berterima kasih padanya. Hiduplah dengan bahagia. Jangan terlalu membenci, itu hanya akan memberatkan hatimu.
Hmm.. aku sudah berjanji untuk memberitahumu siapa orang yang mengirimkan surat ini padamu, kan? Orang itu memakai inovasi baru buatanku yang bernama ‘Back to The Past’, sebuah inovasi dimana kau bisa kembali ke masa lalu. Dan yang memberimu surat ini adalah aku, dirimu di masa depan. Charlotte Helen, selamat karena telah bertemu dengan dirimu yang berada di tahun 2030.