15. INT. TOKO KUE - TAMAN - MALAM
Cast: AIDAN, DINI, DHINA
- AIDAN mengirim pesan ke DINI
BCU TO LAYAR PONSEL AIDAN
Diin... saya di taman
Selang lima menit kemudian DINI membalas.
(Layar menampilkan isi pesan)
Taman Toko Ibu? Sendiri? - DINI
Iya. Sinilah. - AIDAN
Ada ibu nggak? - DINI
Ada. Lagi sibuk, lumayan banyak
pengunjung. Di taman juga ada
beberapa. - AIDAN
Oke, aku jalan sekarang. - DINI
- DINI muncul dari pintu toko dengan setelan baju tidur dan jaket bertutup kepala.
- DHINA yang melihat DINI sempat melirik sebentar.
- DINI memesan set poppy cake dan melenggang ke taman setelah mendapat paper notesfrompoppy
- DINI berjalan menghampiri meja AIDAN
- Dari meja kasir DHINA memperhatikan DINI dan AIDAN.
DINI
Bang! (DINI melambai dari jauh)
- AIDAN membalas lambaian tangan sambil tersenyum
- DINI duduk menghadap AIDAN (Membuat DHINA bisa memerhatikan dari samping)
- DINI dan AIDAN melakukan tos (itu adalah cara keduanya bersalaman, begitu juga dengan ADRIANA)
- DHINA semakin fokus memperhatikan DINI dan AIDAN
- Seorang Pelayan membawa nampan berisi pesanan DINI melewati DHINA
DHINA
Mbak, boleh saya aja yang kasih? Buat DINI kan?
PELAYAN 1
Oh iya bu, buat Kak DINI
CUT TO: TAMAN
DINI
Tumben sendiri
AIDAN
Iya niih, makannya butuh temen. Untung kamu belum tidur.
DINI
Ah ya belum laah, baru jam delapan
- DHINA datang dengan nampan berisi pesanan DINI
- DHINA menyapa AIDAN dan DINI, kemudian menghidangkannya
AIDAN
Terima kasih tante
- DHINA kaget mendengar AIDAN memanggil Tante
DHINA
Sama-sama
AIDAN
Saya kenal tante. Ibunya DINI kan? Saya AIDAN Tan, temennya DINI, kakaknya ADRIANA, temennya DINI juga.
DHINA
Ohhh oke.
- DHINA melirik ke DINI yang tidak membalas lirik.
DINI
Makasih bu (singkat, dengan wajah datar tanpa melihat DHINA)
DHINA
Oke, silakan dinikmati, saya kembali dulu.
AIDAN
Silakan Tante...
- DHINA pergi meninggalkan DINI dan AIDAN.
- DINI menyeruput susu coklat panas
- DINI menghindar dari tatapan AIDAN
AIDAN
Lagi diem-dieman sama ibu?
- DINI menoleh ke AIDAN sebentar.
- DINI menggeleng.
AIDAN
Kenapa? Kelas renang lagi?
- DINI melihat ke AIDAN pasrah karena tebakannnya benar
DINI
Kali ini ketahuan. Alesan pelatihnya sakit udah nggak mempan, ibu tahu itu bohong. Tadi ribut abis-abisan di ruangan ibu.
AIDAN
Bohong emang nggak pernah membantu dengan tulus, DIN. Kalau bohongnya ketahuan, kondisi buruknya makin.
DINI
Kalau lagi buntu kan yang ngasih solusi si bohong doang.
AIDAN
Lagi males, bukan lagi buntu.
DINI
Iya lagi males.
Lagian aku udah bilang ke ibu aku tuh nggak peduli sama keluarga Ayah. Toh selama ini keluarga Ayah nggak pernah nyari juga.
AIDAN
Terus kata ibu?
DINI
Tetep aja harus ikut kelas, itung-itung olahraga katanya. Lagian hari Minggu di rumah juga mau ngapain. Gitu katanya.
AIDAN
Hemmm... jadi tadi nggak ikut kelas?
DINI
Nggak, kan aku udah ngabarin ke coachku kalau aku sakit. Terus aku bilang ke IBU kalau kelas libur karena coachku sakit. Ternyata IBU chat GWS ke coachku sambil bilang mau ngirim kue. Kebetulan yang menjengkelkan.
AIDAN
Oke, jadi ketiga kalinya bolos dengan bohong ke ibu dan coach ternyata ketahuan ibu, ketahuan coach juga.
Akhirnya nggak ikut kelas renang, nggak ikut ke pasar juga.
DINI
Kayak dosa gitu kalau aku pengin punya quality time sama ibu.
AIDAN
Udah pernah minta quality time ke ibu baik-baik?
DINI
Minta, tadi pagi akhirnya aku bilang semua alesan aku bolos kelas renang. Dan aku yang udah drama abis, kirain ibu mau minta maaf dan apa gitu deh,eh mimpi aku. Mana mungkin seorang IBU DHINA minta maaf! (Dengan wajah dan nada kesal)
AIDAN
Heehh nggak boleh gitu. Cara kamu juga yang belum tepat mungkin DIN, komunikasi di awal baik-baik, jangan disampein pas udah meledak, telat lah!
DINI
Aku pernah baca buku tentang Bahasa Cinta, katanya kalau orang itu Cinta, dia akan berusaha mengerti orang yang dicintainya.
Kayak aku ke ibu, aku paham ibu sibuk, aku nggak pernah minta quality time lama-lama, dikasih Lima belas menit di meja makan nemenin sarapan, aku oke.
Tapi aku merasa akhir-akhir ini I need more than fivteen minutes, at least hari Minggu kan sekolah libur.
AIDAN
Kamu nggak paham sepenuhnya ibu berarti, IBU mau kamu ikut kursus renang. Dan lima belas menit di hari minggu tetep ada kan?
- DINI terdiam mendengar penjelasan AIDAN
DINI
Tapi IBU nggak mencoba ngerti aku, berarti ibu...
AIDAN
Kamu pernah bikin story deh, kalau cinta tulus itu yang bekerja sendiri, nggak menuntut dicintai balik.
- DINI meraih gagang mug dan meminumnya
- AIDAN memperhatikan wajah DINI yang kesal
- AIDAN berdehem berpikir mencari topik lain
- DINI menyantap cake masih dengan kesal
- Tatapan DINI menghindar dari AIDAN lagi
- AIDAN meneguk cokelat di gelasnya
AIDAN
Oh ya, kemarin kata ANA, bulan depan kalian jadi wakil kongres pelajar? (Alis AIDAN menaik satu, menunggu jawaban DINI)
- DINI menoleh ke AIDAN sebentar
- DINI memotong cake asal-asalan
- DHINA masih memperhatikan DINI dan AIDAN dari meja kasir
- AIDAN menyadari DHINA yang memperhatikan, sedang DINI tidak
DINI
Iya, bertiga sama ALDO.
AIDAN
Oh ya?
DINI
Iya. Bahas tentang inovasi pendidikan gitu.
AIDAN
Oke, jadi inovasi seperti apa yang perlu ada untuk memajukan dunia pendidikan Indonesia dalam pandangan seorang DINI?
- DINI terdiam, wajahnya berpikir keras
DINI
Aku masih belum tahu. Sampai sekarang fokusku masih collecting kekurangan dan masalah yang ada, belum ke solusi. Masih perlu banyak banget persiapan.
AIDAN
Hoo oke. Jadi kongresnya di?
DINI
Kalau nggak ada perubahan sih di Yogya.
AIDAN
Waah seru tuh
DINI
I hope. Tapi sekarang aja ANA sama ALDO masih diem-dieman. Kemarin ALDO sempet bahas-bahas ambis gitu. ANA jadi emosi. Dan ternyata mereka dulu saingan banget ya?
AIDAN
Oh gitu? ALDO bahas lagi?
DINI
Iya, lumayan ribet sih, bawa-bawa temenan ga tulus segala, ALDO juga bilang ANA ndompleng ke aku. Wajarlah ANA marah.
AIDAN
ALDO bilang gitu?
- DINI mengangguk berulang sambil menyuap sepotong kuenya.
AIDAN
ALDO juga wajar marah dan dendam banget sih. Karena sebenernya sebelum mereka saingan, mereka temenan baaaaaik banget. Satu-satunya temen ANA di SMP yaa ALDO.
Mereka akrab banget, ANA sering main ke rumah ALDO juga. Mamanya ALDO suka banget ke ANA. ALDO pernah confess juga malah, tapi ANA tolak karena merasa dengan temenan aja nyaman, bahagia, kenapa harus lebih, ANA takut kalau statusnya berubah rasanya juga ikut berubah.
Jadi mungkin kalau ditanya mereka sekarang gimana, mereka terjebak pernah love - tapi jadinya hate.
DINI
Oh gitu? Kemarin ANA ga cerita itu sih. Cuma cerita mereka saingan, di kelas dua ALDO mengungguli rankingnya. Akhirnya ANA bantu keinginan mama ALDO buat masukin ALDO ke sekolah atlet, biar ga ada lagi saingannya.
AIDAN
Nah iya, ANA tuh pernah ngirim surat permintaan maaf ke ALDO setelah ALDO pindah, tiga kali, dan ga satu pun ALDO bales.
Dari situ ANA ga pernah tahu kabar ALDO lagi. Tapi wajar sih ALDO begitu.
Karena ANA tahu, ALDO nggak pernah mau masuk sekolah atlet.
DINI
Wah lumayan runyam mereka. (DINI meminum coklat di gelasnya).
Sebenernya ALDO tuh ngajak stay Minggunya. Kan acara beres Sabtu siang, rombongan sekolah balik malemnya. Ngajak ke beach dulu dia.
AIDAN
Oh ayolah seru tuh, saya nyusul deh.
DINI
Maunya sih gitu, diizinin juga sama sekolah, karena ALDO kan ada keluarga di sana.
AIDAN
Oh gitu, bagus dong. Masalahnya?
DINI
ANA mana mau! lagi kesel gitu.
AIDAN
Tapi kamu mau kan?
DINI
Nggak bisa nolak dong kalau pantai. Lagian jarang-jarang juga kan.
AIDAN
Sip, dua lawan satu, yang menang dua dong. Tambah tiga deh, nanti saya coba bilang ke ANA.
- DINI tersenyum lebar sekali sambil mengangguk berulang.
DINI
Abang able banget emang. Makannya aku suka ngiri pengen punya abang. Enak kayaknya yaa.
AIDAN
Kan saya abang kamu.
- DINI tersenyum sambil menepuk lengan AIDAN
- AIDAN dan DINI tersenyum bersama.
- AIDAN mengusap rambut DINI.
- DINI menurunkan tangan AIDAN.
- AIDAN berdiri dari duduknya dan mengajak DINI berkeliling taman
- AIDAN melihat DHINA yang ikut berdiri ketika melihat DINI berdiri
AIDAN
DIN, mungkin kamu nggak tahu, kamu nggak ngerasa. Tapi yang saya lihat, ibu kamu tuh sayang banget sama kamu. Ibu kamu perhatian banget.
Sedari tadi kita ngobrol ibu kamu nggak pindah dari meja kasirnya. Tadi pas liat kita berdiri, beliau langsung ikut berdiri.
- DINI terdiam. Langkahnya berhenti. Tangannya merogoh saku karena getar ponsel.
- DINI membaca chat yang ternyata dari ibu.
(Layar menampilkan isi chat)
Sudah jam 22 Din, istirahat. Besok sekolah.
- DINI membuang nafas membacanya.
- AIDAN melihat DINI
- DINI menunjukkan chat ibunya.
AIDAN
See! How your mom take care of you.
- DINI mengangkat bahu kemudian kembali ke meja.
AIDAN
Saya anter ke luar, tapi nanti saya balik lagi. Saya masih mau di sini.
DINI
Oke, pulangnya jangan pagi-pagi. Nanti dicari mama.
AIDAN
Saya udah bilang mau nginep di rumah temen.
DINI
Hooo (Mengangguk berulang)
- DINI dan AIDAN tiba di meja kasir.
- AIDAN membayar pesanan miliknya dan DINI. AIDAN menambah pesanan secangkir kopi
- DHINA melirik ke DINI
- DINI membalas lirikan ibunya sebentar
DINI
Thanks bang, aku duluan!
AIDAN
Oke ati-ati! thanks yaa!
- DINI hilang di balik pintu.
Toko masih agak ramai, beberapa pengunjung baru memasuki taman.
DHINA
Mbak, tolong nanti sampaikan kalau malam ini kita buka sampai jam dua belas ya. Buat yang baru dateng kasih tau kita close order jam 11. Kasih pengumuman juga buat yang di sini.
PEGAWAI 1
Baik bu
- PEGAWAI 1 Pergi meninggalkan DHINA dan AIDAN
DHINA
Saya perlu bicara sebentar, bisa?
- DHINA bertanya kepada AIDAN
- AIDAN yang tidak menyangka menoleh ke samping kanan kiri, juga ke belakang. Setelah dilihatnya tidak ada orang lain, AIDAN menunjuk ke dirinya sambil menaikkan alis.
AIDAN
Saya? Tante bicara ke saya?
DHINA
Menurutmu saya ngajak bicara angin?
AIDAN
Oh oke, bisa tante. Sangat bisa (Semangat sekali)
DHINA
Syukurlah. Saya nanti ke mejamu jam 11an.
AIDAN
Oh baik tante, saya tunggu. (Semangat sekali, senyumnya tidak bisa disembunyikan lagi)
DHINA
Eh, jangan bilang-bilang ke DINI
AIDAN
Siap! 45
(dengan gerak tangan hormat)
ESTABLISH TO: TAMAN
- AIDAN melihat sekitar. PENGUNJUNG lain bubar meninggalkan taman. PENGUNJUNG di ruangan dalam masih lumayan ramai.
- AIDAN melirik jam di ponselnya, menunjukkan hampir pukul dua belas.
- AIDAN melihat ke arah ruang kaca, di meja kasir. DHINA tidak ada lagi di sana.
- AIDAN menyeruput kopinya yang sudah dingin.
- AIDAN menutup laptopnya.
- DHINA muncul dengan membawa tumbler.
- AIDAN berdiri melihat DHINA yang berjalan ke arahnya
- Langkah DHINA semakin mendekat, AIDAN menarik kursi, kemudian menyilakan sesampainya DHINA
- AIDAN mengumbar senyum sejak awal
DHINA
Terima kasih
AIDAN
Sama-sama
DHINA
Siapa tadi namamu? AIDAN ya?
AIDAN
Iya, Tan. AIDAN EL YAHYA
ESTABLISH TO: KAMAR DHINA