TOKO KUE PUKUL EMPAT
5. Sisa Semalam

16. INT. RUMAH - KAMAR DHINA - PAGI

Cast: DHINA, DINI

Beker berbunyi nyaring sekali. Alarm di ponsel juga berdering keras disertai getar. Menggetarkan pipi DHINA yang menempel di meja di samping laptop yang masih terbuka.

Jam di dinding, di beker, dan di ponsel menunjukkan pukul enam.


- DHINA bangun mendengar bunyi alarm dan beker bersamaan.

- Malas-malasan matanya membuka melihat ke layar. Terlihat DINI sedang olahraga di kamarnya.

- DHINA bergegas bangun dari duduknya.

- DHINA kaget dengan jaket di punggungnya, memegangnya, lalu menciumnya beberapa kali dengan wajah mengingat.

- Tangan DHINA merogoh saku jaket. Ada sebuah kertas di dalamnya.

- DHINA membuka kertas dan membaca tulisan di dalamnya dalam hati.




AIDAN (O.S.)

Kisah Kematian Kanigara dan Lily.
Pada suatu malam Kanigara bertanya ke Lily.
Kanigara : Lily, boleh saya bertanya sesuatu? Kalau boleh dan kamu bisa menjawabnya, saya akan menuruti satu permintaanmu. Apapun itu.
Lily : Baiklah, tanya saja
Kanigara : Seisi taman tahu, satu-satunya tercantik dan terwangi di semesta taman ini, baik pagi, siang, sore, malam, adalah kamu. Pemilik kita menamai dirinya dengan kamu. Tapi kenapa kamu sendiri di sini?
Lily : Justru karena sendiri saya merasa istimewa. Saya dikelilingi telang, di atas saya merambat morning glory, di petak yang bersebelahan, kamu dengan pasukanmu. Memandang lebih jauh, banyak sekali bunga lainnya dengan para keluarga dan sanak saudaranya. Meski begitu, saya merasa paling dicintai oleh pemilik kita.
Kanigara : Baiklah, karena kamu bisa menjawab pertanyaan saya, kamu boleh minta satu permintaan ke saya.
Lily : Benarkah begitu? Baiklah, keinginan saya begini. Saya sendiri di sini, dan menua. Suatu hari nanti, saya yang paling wangi dan cantik ini, akan menjadi layu, tidak lagi wangi, mati, dan jatuh menjadi humus. Saat itu tiba, kalau pemilik kita tidak lagi mencari Lily lain, saya mau kamu berjanji untuk akan tetap mau tumbuh dan bersinar begini, di sini. Menemani Lily yang ‘benar-benar sendiri’ karena Lily yang biasa menemaninya sudah habis waktunya. Katakan padanya, kalau ada Lily-Lily lain yang Tuhan ciptakan dalam bentuk berbeda. Sampaikan ke Pemilik kita (Lily), kalau dia tidak pernah benar-benar sendiri, jangan merasa sendiri.
Kanigara : Baiklah saya berjanji. Tapi Wahai Lily, tahukah kamu kenapa Pemilik kita selalu merasa sendiri?
Lily : Karena dia menyalahi makna kisah hidup. Selama ini dia menganggapnya sebagai misteri, itu kenapa dia selalu terkejut kalau-kalau ada hal baru yang ditemuinya.
Kanigara : Wahai Lily, bukankah memang begitu. Hidup adalah misteri.
Lily : Menurut saya tidak, wahai Kanigara! Setiap yang hidup sudah tahu ending dari hidup ini, adalah kematian. Hidup ini bukan misteri. Kisah hidup ini bukan berisi kejutan-kejutan, tapi berisi alasan-alasan untuk hidup, dan mati. Para pemilik waktu hidup ini ada yang memperpanjang list alasan hidup, sama sekali tidak terlintas alasan untuk mati. Ada juga yang dalam listnya hanya berisi keinginan dan alasan untuk mati.
Pemilik kita salah paham, seolah kematian dan kehidupan adalah misteri. Padahal keduanya adalah sebuah kepastian, yang diberi kehidupan akan mendapati kematian. Hidup pasti, mati pasti. Satu-satunya yang tidak pasti di dunia ini adalah manusia.
Kanigara : Benarkah begitu?
Lily : Ya, kamu tahu, bagaimana list pemilik kita?
Kanigara : Sepertinya aku terlalu sibuk untuk mencari tahu hal itu.
Lily : Begini, alasan hidupnya hanya satu, Menepati janjinya kepada Manusia yang sudah mati. Alasan matinya juga hanya satu, Bertemu dengan Manusia yang sudah mati itu. Pemilik kita mempersembahkan hidup dan matinya untuk yang tidak pasti bernama ‘Manusia’.
Kanigara : Baiklah, tapi kalau begitu, saya merasa tidak perlu menepati janji saya tadi. Seperti katamu, tidak seharusnya si hidup mempersembahkan hidupnya untuk si mati.
Lily : Kamu benar wahai Kanigara! Itu maksud saya.
Kanigara dan Lily saling melempar senyum.
Keesokan paginya, santer terdengar kabar kalau taman itu akan diratakan untuk pembangunan gubuk taman. Begini ujar Kanigara kepada Lily,
“Wahai Lily kamu benar. Kematian memang pasti. Manusia adalah satu-satunya yang tidak pasti. Semalam datang dengan tangan membelai dan mulut memuji cantik, paginya datang dengan mesin penggilas dan mulut bersorak mengerahkan kematian, ibarat sangkakala milik Israfil.”


- DHINA tersenyum lebar selesai membacanya

- DHINA melipat kembali kertas itu dan menyimpannya di lacinya

- DHINA membawa jaket tadi ke binatu dan memasukkannya ke mesin cuci

- Tanpa sepengetahuan DHINA, DINI yang sedang berjalan ke dapur melihat DHINA dan merasa familiar dengan jaket parka Taichi yang dibawa DHINA, namun tidak mengingat milik siapa.


CUT TO:



17. INT. RUMAH DHINA – DAPUR – PAGI

Cast: DINI, DHINA


- Dari binatu DHINA ke dapur

- Di dapur ada DINI yang sedang mencuci mangkuk dan sumpit



DHINA

Semalem bikin mi lagi?


DINI

Iya. (Singkat dengan nada jutek)


DHINA

Jangan tiap malem DIN, ga baik untuk kesehatan.


DINI

Iya. (Datar)


- DINI membuka kulkas, mengambil sekotak anggur


DINI

Semalem, temen DINI, bang AIDAN, pulang jam berapa bu? Merhatiin nggak? (sambil memakan anggur dengan nada menelisik)


- DHINA yang sedang memotong bawang bombay melirik ke DINI

- DINI dan DHINA bertabrak lihat sebentar, sebelum kemudian DINI salah tingkah melihat ke langit-langit dapur

- DHINA ke kulkas mengambil tomat

- DINI masih menunggu jawaban DHINA. DINI memerhatikan punggung DHINA

- DHINA kembali ke meja memotong tomat. Sebelumnya melihat DINI dan menangkap wajah DINI yang terlihat sangat penasaran



DHINA

Sekitar jam dua belas kali.


DINI

Hooo…. Oke.
Oh ya, DINI di sekolah dipilih jadi salah satu wakil kongres PEMUDA. Acaranya bulan depan di Yogya, tapi persiapannya dimulai dari sekarang. Jadi kemungkinan sampai kongres nanti, DINI izin nggak ikut kelas renang dulu, karena kata guru pembimbingnya hari Minggu dipakai buat belajar bersama.


DHINA

Oh gitu, oke. Sama siapa aja?


DINI

Bertiga, DINI, ADRIANA, ALDO



- DHINA refleks batuk mendengar jawaban DINI.

- DINI kaget mendengar batuk DHINA.


DHINA

Duuh, ini ladanya terbang-terbang. (Sambil membolak-balik nasi goreng)


BCU TO: Nasi Goreng di Wajan



CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar