TOKO KUE PUKUL EMPAT
1. AYAH ADALAH....

1. INT. SEKOLAH - RUANG KELAS 4 - SIANG

Estasblish Ruang Kelas

Suasana kelas panas karena terik yang masuk lewat jendela tanpa tirai. Di papan tulis hitam tertulis "DESKRIPSI" dengan kapur putih. Beberapa anak sudah kelelahan wajahnya menunjukkan raut ingin segera keluar dari kelas.

Cast : Dini (9 thn), Ibu Guru (23 thn)

Dini berdiri di depan kelas perlahan membuka kertas yang sudah diambilnya.

IBU GURU

Apa itu Din?

BCU TO KERTAS YANG DIPEGANG DINI

DINI

Ayah.

Sahut Dini lirih sambil menunjukkan kertas ke IBU GURU.

IBU GURU

Oke, waktu enam puluh detik dimulai dari, sekarang.

IBU GURU membalikkan jam pasir.

DINI Diam mematung. Sekujur badannya mengeluarkan keringat dingin. Matanya berkeliling menatap seisi kelas.

IBU GURU

Ayo Dini, waktu terus berjalan.

DINI Menoleh ke arah IBU GURU sebentar. Membungkukkan badan, lalu berlari keluar kelas.

Seisi kelas tercengang melihat tingkah DINI.

CUT TO:

2. EXT. HALAMAN RUMAH DHINA - TAMAN - SIANG

Cast : DINI (9 thn), DHINA (Ibu Dini, 29 thn)

-DINI berlari ke arah taman sambil menangis.

-DHINA yang sedang merapikan tanaman Kaget melihat DINI.

-DINI langsung memeluk kaki ibunya yang tinggi jenjang.

-DHINA menurunkan badan, semi jongkok memeluk DINI.


DHINA

Kenapa anak baik?

- DINI Menangis semakin menjadi

- DHINA Menggendong Dini dan mendudukkannya di bangku Taman.

DHINA

Anak pinter, nangisnya udah dulu yaa, sekarang cerita dulu ke ibu, ada apa?

- DHINA mengusap air mata DINI

- DINI ikut mengusap juga

- DHINA mengusap puncak kepala DINI

- Wajah DINI terbenam dalam pelukan DHINA

DINI

Ayah.... Dini tadi di sekolah dapet giliran mendeskripsikan Ayah. Tapi Dini nggak bisa. Dini nggak punya Ayah.

DINI menangis lagi

DHINA memeluk DINI

DHINA

Kata siapa? DINI punya Ayah.

DINI

Tapi DINI nggak tahu, Ibu nggak pernah cerita tentang Ayah. Satu-satunya hal yang DINI tahu, Ayah DINI udah meninggal.

DHINA

Yaa... yaaa itu DINI tahu. Harusnya ada baiknya tadi DINI nggak perlu nangis, DINI deskripsikan aja Ayah setahu DINI. Ayah sudah meninggal, DINI tidak pernah melihat Ayah.

Jelas DHINA dengan sabar dan lembut sambil mengusap rambut DINI

DINI

Begitu?

DINI melihat mata ibunya sedih.

DHINA

Yaaa, begitu.

DINI

Tapi waktunya enam puluh detik, itu saja terlalu pendek bu.

DHINA

Tapi itu lebih baik, dari pada DINI pergi sambil menangis begini. Belum waktunya pulang kan?

DINI mengangguk.

DINI

Iya, DINI langsung pergi tadi. Dini takut dan bingung.

DHINA tersenyum.

DINI

Maafin DINI ya bu.

DHINA

No, it's okay. DINI harus minta maaf ke bu guru karena meninggalkan kelas tiba-tiba. Oke?

DINI

Oke.

DHINA

Anak baaik.

DINI

Sekarang?

DHINA

Besok aja, sekarang bantu ibu bersihkan taman.

DINI

Oke DINI mau.

- DHINA memberi DINI gunting.

- DINI menerimanya sambil tersenyum.

- DHINA menuntun DINI ke salah satu sisi taman.

DHINA

DINI bantu ibu ambil lima belas bunga telang, yang warna ungu ini.


CU TO Bunga Telang yang ditunjuk DHINA

DHINA

Boleh dipetik, tapi kalau keras digunting.

DINI

Oke.

DHINA berjalan ke petakan bunga matahari yang berhadapan dengan rambatan bunga telang.

DHINA (O.S.)

Ayah itu suka banget bunga. Ayah pernah cerita, waktu sekolah Ayah pernah beberapa kali bolos kelas karena ikut temen-temennya ke gunung, ke tempat yang jauh buat nyari bunga.

DINI (O.S.)

Oh ya? Jadi yang suka bunga Ayah, bukan Ibu?

DHINA

No, we both really love flowers.

DINI

Wiliii?


DINI mengikuti DHINA yang mengucapkan 'Really' terdengar Wili.

DINI dan DHINA tertawa bersama.


CUT TO:


Establish : Rumah Mewah. Rumah baru DHINA. Di balik gerbang tinggi tergeletak majalah.

BCU TO MAJALAH

Judul Besar "Toko Kue Pukul Empat Dinyatakan Aman."

Isi Paragraf : Setelah menjalani pemeriksaan dan uji klinis makanan selama dua hari berturut-turut, pemilik, pegawai, seluruh makanan dan minuman yang diproduksi oleh Toko Kue Pukul Empat dinyatakan Aman. Toko kue pukul empat bebas dari segala jenis bentuk zat terlarang terutama Opium seperti yang ramai diberitakan. Memang benar, di tamannya ada tanaman bunga poppy, tapi tidak ditemukan jenis Papaver somnivera atau Opium Poppy. Semua aman.

CUT TO:


3. INT. RUMAH DHINA - DAPUR - PAGI

- DHINA menata hidangan sarapan di nampan berisi:

Satu gelas air mineral, Satu mug susu, Satu cangkir teh telang, Satu tumpuk roti dengan isian telur setengah matang, irisan tomat dan brokoli

CAMERA FOLLOW NAMPAN TO RUANG MAKAN



4. INT. RUMAH DHINA - RUANG MAKAN - PAGI

Cast : DINI kelas 2 SMP (13 th), DHINA (33 th)

- DHINA menghidangkan sarapan di nampan yang dibawanya ke meja makan

- DINI memasang dasinya dengan wajah cemberut.

- DHINA menuang segelas air dari teko sambil melirik ke DINI sesekali.

DHINA

(Pelan dan Lembut) Selamat sarapan anak Ibu

DINI

(Malas) Makasih

DINI

Bu, DINI sopan nggak kalau minta IBU jelasin apa yang terjadi kemarin? Di sekolah rame banget loh bu. Temen-temen DINI nanya. Ada guru-guru yang nanya juga.

DHINA

Kamu tenang ya DIN, semuanya aman. Pihak media akan bikin klarifikasi hari ini.

DINI

Oh gitu, oke deh kalau gitu DINI sekolah. Awalnya kalau masih belum beres DINI mau nggak sekolah aja.

DHINA

DINI boleh berhenti sekolah kok

DINI

Iya, tapi harus masuk sekolah renang. DINI nggak mau. Lagian kenapa harus renang sih bu?

DHINA

Kenapa? Kenapa ya? Itu kan bagus olahraga.

DINI

Kan ada olahraga lain, kenapa harus renang?

DHINA

Ayah juga dulu anak renang. Punya medali perak tingkat nasional.

DINI

Kan DINI bukan Ayah.

DHINA

Ayah pernah bilang, dia bakal seneng kalau DINI bisa dapet medali emas.

DINI

Kenapa harus senengnya Ayah? Ayah juga udah nggak ada?

DHINA

Ya udah, sekarang senengnya Ibu. Denger Ibu ya DIN, dulu Ayah juga nggak suka renang. Tapi Bapak Ayah selalu maksa. Bapak selalu mau salah satu anaknya ada yang jadi perenang. Dan Ayah nurut. DINI tau kenapa?

DINI

Ya karena Ayah anak baik.

DHINA

Persis. Kata Ayah, Ayah nggak bisa buat bapak tertawa, setidaknya Ayah nggak mau buat bapak nangis dengan nggak nurutin kemauannya. Kalau pertanyaan DINI kenapa harus nurut, karena Ayah anak Bapak. Karena DINI anak Ayah. DINI anak Ibu.

DINI

Jadi?

DHINA

Jadi tetep seperti yang selalu Ibu bilang. Tiket DINI berkunjung ke keluarga Ayah adalah....

DINI

Medali kejuaraan renang.

DHINA

Nah, pinter anak Ibu. Besok jangan bolos kelas renang ya.

DINI

Iya, enggak lagi.


CUT TO:


ESTABLISH SMP DINI

CU TO DINI Turun dari mobil. Berdiri di depan gerbang. Menarik dan membuang nafasnya panjang.

Beberapa teman yang lewat melirik ke arah DINI.

CAMERA FOLLOW TO DINI MASUK KE KELAS SAMBIL DIPERHATIKAN TEMAN-TEMAN YANG DILEWATINYA.


5. INT. SEKOLAH - KELAS VIII B - PAGI

ESTABLISH RUANG KELAS

Cast: DINI, TIARA (Teman DINI, KETUA KELAS)

- DINI menjadi pusat perhatian setibanya di depan pintu.

- TEMAN-TEMAN kompak menyoraki DINI.

- TEMAN-TEMAN melempari DINI dengan gulungan kertas.

- DINI berjalan ke mejanya, duduk di kursinya menundukkan kepala.


CUT BACK TO: DEPAN PINTU KELAS


- TIARA dengan position tag di dada bertulis Ketua Kelas berdiri di depan pintu.

- TIARA melihat seisi kelas dengan tatapan marah.

- TIARA melihat DINI yang tidak berdaya di mejanya.

- TIARA menghampiri DINI sambil melayangkan telunjuknya ke semua teman yang dilihatnya.

- TIARA duduk di samping DINI kemudian mengusap punggung DINI.

- TIARA membaca tulisan di papan tulis. Seperti:

MUCIK*RI, KU3 N*RKOBOY, PESUGIH*N, U4NG PELICIN, OM2 TERDEP*N, K3B4L HUKUM, 4N4K H4R4M.

TIARA

Denger ya! Kalian semua yang Ara liat pagi ini, nanti siang masuk BK bareng-bareng.

TEMAN 1

Eh temennya anak lacur, nggak usah sok sok an. Liat aja kalau emang masuk BK, satu sekolah harus masuk BK, orang satu sekolah ngomongin dia. Ruang BK ga bakal cukup. Lagian bu Ambar juga ikut hujat. Emang pantes dihujat dia tuh. Malu-maluin nama sekolah, sampe masuk berita!

TIARA

Eh denger ya! Baca koran belum tadi pagi? Liat berita belum? Udah ada klarifikasinya kok, kalau semua tuduhannya gak berdasar!

TEMAN 2

Jangan sok polos anak sok pinter! Gue udah baca! Bukan ga berdasar itu! Ibunya pake pelicin pas pemeriksaan biar aman! Hari gini pake duit apa yang nggak bisa!

TEMAN 1

Pake diri kayaknya, kalau pake duit nggak cukup

Seisi kelas tertawa.

TIARA

Eh ati-ati yaa. Kata-kata lu barusan bisa dituntut sebagai bentuk penghinaan ke pihak pemeriksa.

TEMAN 1

Tuntut aja! Gue nggak takut! Satu sekolah harus kena tuntut! Termasuk kepala sekolah Lu tanya aja temen lu, kemarin dia dipanggil kepala sekolah, diinterogasi tentang ibu bapaknya. Eh dia malah mewek. Ngaku-ngaku yatim. Yatim atau nggak tau bapaknya yang mana?

DINI bangun dari menelungkupnya. Wajahnya marah. DINI tidak menangis.

DINI

Nggak pada punya kehidupan ya? Sampe gabut banget ngurusin idup orang. Kasian banget idup lu pada!

DINI meninggalkan kelas

TIARA mengikuti

DINI

Aku nggak papa. Kayaknya emang belum waktunya balik ke sekolah aja.

TIARA

Kamu yang kuat ya. Kamu mau ke mana? Aku ikut!

DINI

Jangan, aku mau bolos. Dah!

TIARA

Oke, ati-ati. Dah!

CAMERA FOLLOW TO: DINI

Keluar dari gerbang sekolah masih dengan lirikan tidak biasa dari orang di sekitarnya.

- DINI menyusuri jalan dengan langkah kecil. Sepatunya menendang-nendang dedaunan di jalan.

Langkah DINI sampai di taman kota.

6. EXT. TAMAN KOTA - MENUJU SIANG

- DINI duduk di salah satu bangku di bawah pohon rimbun yang menghadap ke kolam air mancur.

- DINI melamun menatap air kosong.

- DINI menggerak-gerakan kakinya yang disilangkan. Punggungnya disandarkan ke punggung bangku.

- DINI menutup matanya. Mendongak ke langit, kemudian membukanya perlahan.

- DINI tersenyum.

Cast: DINI, ALDO (13 th)

ALDO

Perempuan kok bolos

- ALDO duduk di sebelah DINI

- ALDO melirik DINI

- DINI diam menatap air

ALDO

Kenapa hari ini bolosnya dari pagi? Dua hari lalu sama kemarin bolosnya siang sambil nangis-nangis. Sekarang nggak nangis? Atau karena masih pagi?

DINI

Selumbari

ALDO

Oh, gue Aldo

DINI

Nilai bahasa Indonesianya pasti jelek

- ALDO merengut jidatnya.

- DINI masih melihat ke air.

ALDO

Nilai bahasa Indonesia gue tuh selalu bagus walaupun nggak belajar. Gue kan Indonesia banget.

DINI

Bangga nggak mempelajari bahasanya kok ngaku Indonesia banget.

ALDO

Anjiir, OD niiih cewek... ALDO menghentikan kalimatnya karena DINI menoleh ke arahnya.

DINI

Selumbari itu nomina dalam bahasa Indonesia yang maksudnya dua hari lalu. Di bahasa Indonesia ada tangga waktu, Selumbari, kemarin, hari ini, besok, tulat, tubin.

ALDO

Njiiir, suer deh guru bahasa Indonesia gue dari SD nggak ada yang pernah pake kata Selumbari.

DINI

Itu ada di KBBI

ALDO

Njiir kayaknya nggak ada orang Indonesia yang ngafalin kamus besar bahasa Indonesia

DINI

Emang Iya? Tapi ada orang Indonesia yang ngafalin kamus besar bahasa asing

ALDO

Emang iya? Kok gitu?

DINI

Emang nggak? Yaaa.. Karena kita merasa nggak perlu mempelajari, memahami, mengeksplorasi apa yang ada di dekat kita, apa yang adalah milik kita. Kita sibuk melihat yang lain, ingin mempelajari yang lain, yang bukan milik kita, untuk dikuasai.

ALDO

Kita?

DINI

Oh ya salah, kamu. Kamu merasa Indonesia, padahal kamu belum menjadi Indonesia, karena bahkan kepada bahasanya saja masih ada yang asing. Untuk bahasanya saja kamu bangga karena tidak mempelajarinya. Merasa saja tidak cukup.

ALDO

Njiir sekarang jadi guru PPKN.

DINI

Nah itu, kata Anjir. Di KBBI menurutmu ada nggak kata Anjir?

ALDO

Nggak ada, itu istilah keseharian, ungkapan untuk memberi respon kesal, kagum, dan lainnya tergantung situasi.

- DINI mendelik. Bibir kanannya menaik.

DINI

Anjir di KBBI seingatku itu muncul dua kali. Pertama, Anjir itu nomina dari kanal, atau saluran air. Kedua, anjir itu serapan dari bahasa Persia yang artinya Pohon.

- ALDO melongo mendengar penjelasan DINI.

- DINI melirik ALDO sambil lalu.

ALDO

Duta baca ya di sekolah?

- DINI menggeleng.

ALDO

Di sekolah lu ada setoran KBBI tiap pagi?

- DINI menggeleng.

ALDO

Di sekolah lu ada wartawan ya kemarin?

- DINI refleks menoleh ke ALDO.

- ALDO mengerut melihat tatapan membunuh DINI.

- ALDO membuka tasnya mencari-cari sesuatu di dalamnya

- DINI pergi meninggalkan ALDO

ALDO

Wait!

- DINI meneruskan jalannya

- ALDO mengorek-orek tasnya sambil berjalan mengikuti DINI

- ALDO menemukan yang dicarinya

ALDO

Selumbari!

- Meski bukan namanya, DINI refleks menghentikan langkahnya

ALDO

Fix, murid perempuan dari sekolah tetangga yang suka bolos namanya Selumbari.

- DINI menoleh ke ALDO. Dahinya mengerut sebal.

ALDO

Nih,

- ALDO menyodorkan sebuah pulpen warna biru gelap

CU TO: Pulpen yang dipegang ALDO

- ALDO menyejajari berdirinya di samping DINI

- DINI mengangkat tangan bertanya maksud

ALDO

Buat lu!

- DINI melihat ke arah pulpen

ALDO

Ini bukan pulpen biasa. Di bagian sini ada, tadaa...

- DINI menaik bibirnya tidak melihat sesuatu yang membuat takjub

ALDO

Yang kuning kemerahan itu batu citrine. Julukannya pshyce healing stone. Katanya berkhasiat mengalirkan energi positif, menghapus aura negatif dari pikiran. Kayaknya lu lebih butuh ini dibanding gue.

DINI

Thanks but sorry, I don't believe it, and I don't need it.

ALDO

Yaah sayang banget.

- ALDO berjalan sedikit lebih cepat dari DINI. Hingga ALDO di depan Runi beberapa langkah.

ALDO

Tangkep!

- ALDO mengayunkan dan melemparkan pulpen ke DINI

- DINI refleks menangkapnya

ALDO

Apapun itu, still, you need to keep it!

- ALDO berlari mundur dengan cepat menjauh dari DINI

DINI

Percuma! Bakal kubuang!

ALDO

Buang aja! Tapi kalau lu berniat balikin, Gue tunggu tiap hari di sini!

CUT TO:



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar