TOKO KUE PUKUL EMPAT
9. Pantai Siung

ESTABLISH SHOOT PANTAI SIUNG

DINI dan ADRIANA duduk di tikar menyiapkan bahan-bahan untuk membuat barbeku. Di sudut lain ALDO dan AIDAN sedang membangun tenda. Semilir angin menemani mereka bertugas.

28. EXT. PANTAI SIUNG – SORE

CAST: DINI, ADRIANA, ALDO, AIDAN

ADRIANA

Oh iya DIN, ada yang lupa, marshmallow

DINI

Oh iya bener

ADRIANA

Ya udah, aku ambil dulu ya

DINI

Oke, aku lanjut ini ya


Tidak lama kemudian AIDAN datang menghampiri DINI membawa selembar kertas berisi tulisan.

AIDAN

ANA ke mana?

DINI

Ngambil marshmallow

AIDAN

Hoo

DINI

Udah beres Bang tendanya? (DINI melihat ke arah tenda) ALDO ke mana?

AIDAN

Udah. ALDO ke toilet.

- AIDAN membuka kertas yang dibawanya, kemudian melirik ke DINI, melihat ke kertas, melirik ke DINI lagi. Sedangkan DINI fokus dengan tusukan sosis dan bakso di hadapannya.

- AIDAN berdehem berusaha mendapat perhatian DINI.

AIDAN

Saya baru tahu deh, kalau pembahasan pendidikan ini justru kalian buka melebar, bukan mengerucut pada solusi seperti yang diminta. Terakhir yang saya tahu kalian masih nyari formula dan formulasi solusi, melihat ke negara lain yang punya rate pendidikan baik.

DINI

Iya. Karena itu tadi, setelah diselami lagi, yang perlu kita bahas hari ini ternyata bukan solusi, tapi tujuan.

AIDAN

Exactly, saya suka sekali statement penutupnya.
(AIDAN membaca kertas yang dibawanya) Kata Pendidikan itu sendiri berakar dari kata Didik, maka tanggung jawab yang dipikul oleh Pendidikan adalah kegiatan mendidik untuk mewujudkan terciptanya manusia berpendidikan. Yang mana menurut KBBI kata Didik itu sendiri adalah Proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Maka pada kesempatan ini kami simpulkan bahwa sebenarnya pendidikan tidak hanya ada di sekolah, melainkan di mana pun. Di rumah, di jalan, di pasar, di kendaraan umum, di segala tempat yang menuntut pendewasaan manusia. Kalau pendidikan diartikan seluas itu maka pembahasan Pendidikan bukan lagi apakah penting atau tidak penting. Karena justru pendidikan adalah fundamentalnya. Maka tidak perlu ada lagi pernyataan kalau pendidikan tidak menjamin kesuksesan materiel, karena memang bukan itu tujuan pendidikan, sejak awal tujuan pendidikan hanyalah mendewasakan manusia. Sebuah pendidikan dikatakan berhasil kalau mampu menciptakan manusia dewasa. (AIDAN mengakhirinya dengan senyum).
Keren banget ini, DIN.

DINI

Aku, ANA, dan ALDO mengucapkan terima kasih.

- AIDAN tersenyum mengangguk berulang.

AIDAN

Saya tadi nanya ke ALDO, statement penutup ini yang buat kamu sendiri, di detik-detik terakhir sebelum diunjukkin ke kepsek. Pujian saya tadi khusus buat kamu. Kenapa yang terima kasih bertiga.

- DINI mengangkat wajahnya menggeleng. Mengedarkan pandangan ke sekitar, lalu melihat AIDAN.

DINI

Oke, kalau gitu aku mau ralat jawaban ALDO. Aku adalah yang mengetik sendiri di saat-saat terakhir sebelum dikasih ke kepsek. Karena nggak mungkin ngetik bertiga. Statement terakhir adalah kesimpulan dari keseluruhan data dan opini yang kami cantumkan dari awal. Maka nggak bener kalau keren itu cuma buat aku. ANA, ALDO, AKU, kami bertiga menyelesaikan tugas kerja kelompok ini dengan keren sampai akhir dengan bantuan banyak pihak termasuk bang AIDAN. (Diakhiri senyum dengan tatapan dalam ke AIDAN)

AIDAN

Iya deh iyaa yang paling nggak mau keren sendirian. (Tersenyum sambil mengacak rambut DINI)

DINI

Ish bang AIDAN ini loh ngelilipi mata, mana tanganku kotor

AIDAN

Ohhh iyaa maaf-maaf, sini saya rapiin

- AIDAN merapikan rambut DINI

- AIDAN tersenyum melihat DINI yang fokus menata tusukan sosis

- AIDAN menyelipkan rambut DINI ke telinga

DINI

Nah iya udah, makasih BANG

- AIDAN masih melihat ke bagian samping rambut DINI

DINI

Woy, BANG! 

- AIDAN terperanjat langsung berujar maaf

AIDAN

Mau diiket aja nggak rambutnya? Saya bantu iket

DINI

(Menggeleng) Mau sih, tapi iket rambutku di tas

- AIDAN tiba-tiba berjalan pergi menjauh dari DINI, tidak lama kemudian kembali dengan sehelai daun panjang hijau seperti daun ilalang.

- AIDAN menunjukkan daun itu ke DINI yang sudah lebih dulu memperhatikannya.

DINI

Emang bisa?

AIDAN

Boleh saya coba dulu?

DINI

Okay

- AIDAN mengumpulkan rambut DINI dengan pelan dan lembut kemudian mengikatnya dengan daun itu yang ternyata berhasil

AIDAN

How was it?

DINI

Is it done? 

AIDAN

Yes

- DINI menyentuh ikatan rambutnya dengan bagian lengannya yang tidak kotor

DINI

Good, great job! Thank you! (Tersenyum lebar)

- AIDAN menepuk pelan puncak kepala DINI sambul tersenyum

CUT TO:

ADRIANA dan ALDO dari kejauhan ternyata menyaksikan AIDAN dan DINI. ALDO dan ADRIANA menengok melihat ke satu sama lain.

ALDO

Fiks bang AIDAN suka DINI, is it true?

ADRIANA

Mereka saling suka, isn’t it?

- ALDO mengangkat bahu sambil mengernyitkan dahi menampilkan wajah jutek, kemudian berlalu meninggalkan ADRIANA

- ADRIANA memajukan wajahnya keheranan melihat respon ALDO

- ALDO pergi ke tenda sedangkan ADRIANA menghampiri DINI dan AIDAN

ADRIANA

DIN, ini marshmallownya. Oh ya, tadi aku nyalain air di kamar mandi penginapan, tapi nggak keluar.

AIDAN

O ya?

- DINI mengerut jidatnya melihat ke ADRIANA

- ADRIANA mengangguk segera

AIDAN

Tadi pas ada penyewanya keluar kan?

ADRIANA

Keluar kok, iya kan DIN?

- DINI mengangguk

AIDAN

Ya udah coba Abang lihat dulu. Tinggal dulu ya DIN!

DINI

Siap, bang!

ADRIANA

Aku ikut juga aman kan DIN? Sambil cek-cek yang lain lagi.

DINI

Oh oke, AN. Ini udah mau beres kok. (Menunjuk bahan barbeku)

- ADRIANA melambaikan tangan berjalan menjauh dari DINI

- DINI tersenyum membalas lambaian tangan


Beberapa saat berlalu. DINI sudah menyelesaikan bahan untuk barbeku. DINI menghampiri ALDO yang sedang menyiapkan alat untuk membuat barbeku di samping tenda.


ALDO

Sendiri?

DINI

(Mengangguk) ANA sama bang AIDAN ngecek penginepan, airnya nggak keluar katanya. Ada yang bisa kubantu?

ALDO

Nggak, udah kok. Ini dikit lagi, terus nanti tinggal dinyalain kalau udah siap semua.

DINI

Oke deh, aku mau jalan-jalan ke bawah (menunjuk pantai)

ALDO

Oke, Gue jaga di sini


CUT TO:


29. INT. PANTAI SIUNG – PENGINAPAN – SORE

CAST: AIDAN, ADRIANA

ADRIANA mengeluarkan tas kecil berisi obat-obatan. AIDAN menuang air panas bekal di termos yang dibawa ADRIANA. Kemudian menambahkan air dingin dari botol. ADRIANA mengambil satu-satu obat sesuai petunjuk dan memberikannya ke AIDAN.

ADRIANA

Tadi siang skip karena obatnya di tasku. Terus sore juga harus aku yang ingetin. Abang tuh lupa atau emang males minum?

AIDAN

Iyaa maaf, Abang NGGAK janji nggak akan lupa dan males minum obat lagi

ADRIANA

Nah iya emang gitu, jadi nanti kalau lupa lagi Abang bilang, ya kan Abang NGGAK janji. Basi. Abang tuh kalau nggak mau operasi yaa harus rajin minum obat biar tetep bisa elus-elus rambutnya DINI.

AIDAN

Ih apa sih adik Abang makin tua makin cerewet. Padahal dulu waktu kecil diem banget.

ADRIANA

Mana nanti malem tidur di tenda. Beneran Abang nggak mau nyewa kamar sebelah? Abang oke ninggalin aku sama DINI berdua di atas sini sedangkan Abang sama ALDO jauh di sana?

AIDAN

Abang tuh nggak pernah camping-camping gitu loh, AN.

ADRIANA

Coba Abang bayangin kalau tiba-tiba Abang demam di tenda, atau Abang sesek, atau keram, atau kaku, bayangin ALDO bakal sebingung apa, pasti panik banget kan? nggak tahu harus apa. Terus Abang pikir ANA bisa tidur nyenyak di sini?

- AIDAN tersenyum melihat ADRIANA

- AIDAN meminum obat terakhirnya, dan meminum air di gelas sampai habis

- AIDAN memeluk ADRIANA, mengusap punggungnya lembut

AIDAN

Makasih yaa udah selalu mendahulukan Abang

ADRIANA

(Melepas pelukan AIDAN) Bukan waktunya makasih-makasih. Ayo sekarang kita ke penyewanya, kita sewa kamar sebelah.

- AIDAN tersenyum lebar kemudian mengacak rambut ADRIANA

- ADRIANA menatap dalam mata AIDAN dengan helai rambut yang menutupi matanya

AIDAN

(Tersenyum sambil merapikan rambut ADRIANA) Abang malam ini akan baik-baik AN, malam ini, besok pagi, besok siang, sampai besok-besok seterusnya. Kali ini Abang janji, besok pagi kamu sama DINI turun, Abang sama ALDO udah lagi olahraga. Tadi ALDO juga udah ngajak, besok pagi jalan ke bukit Pengilon, dan Abang mengiyakan ajakan itu. Kamu tenang-tenang ya, AN.

ADRIANA

Halaah ke mana lagi itu. Pliss deh Bang jangan aneh-aneh. Abang kan tahu kalau Abang nggak bisa capek. Nanti kalau lagi jalan Abang tiba-tiba pening, vertigo, pingsan, gimana? Lagian dari awal ANA kan nggak setuju ide Abang ikut.

AIDAN

Yaa kan Abang mau jagain kamu, AN

ADRIANA

Faktanya, siapa yang jagain siapa? (Refleks menutup mulut)
Emm maaf maaf, maksud ANA nggak gitu

AIDAN

Iya deh, yang lebih jagain Abangnya

ADRIANA

Ihh maaf Bang, bukan maksud ANA gitu.

Ponsel ANA berdering. Layarnya menampilkan alarm pukul enam sore.

ADRINA

(Mengelus dada) Hufhhh hampir


CUT TO:


Establishing shoot Air Pantai Siung. Bunyi debur ombak dan angin memenuhi telinga.

Zoom in to DINI duduk di pasir dengan alas sandal.

30. EXT. PANTAI SIUNG – SORE

CAST: DINI, ALDO


ALDO

Selumbari!

- Mendengarnya DINI refleks menoleh ke sumber suara. Merasa déjà vu dengan panggilan itu.

- DINI menaikkan alisnya melihat yang berjalan mendekat dari sumber suara adalah ALDO

ALDO

Fiks namanya Selumbari.


- DINI berusaha kuat mengingat ingatan itu.


FLASHBACK TO SCENE 6. EXT. TAMAN KOTA – MENUJU SIANG


DINI

Wait … kamu anak laki-laki aneh di taman dulu?

- ALDO tertawa menghampiri DINI

ALDO

Yap, hit the nail on the head. Gue anak laki-laki keren di taman waktu itu.

- ALDO duduk di sebelah DINI

- DINI mengernyit alisnya menatap ALDO dari samping (ekspresi tidak percaya)

- ALDO tersenyum menatap ombak jauh

- DINI masih memperhatikan ALDO dari samping

- ALDO menoleh ke DINI

- ALDO dan DINI saling bertatapan beberapa saat

DINI

Sory banget aku nggak ngenalin kamu, padahal iya setelah diinget lagi kamu ngenalin diri, kamu bilang kalau kamu ALDO.

ALDO

It’s okay, that’s a snowball effect. Mungkin kalau udah ngenalin dari awal we can’t to be close as close as now. You know, familiarity breeds contempt.

- DINI mengangguk berulang mengalihkan pandangan ke depan

DINI

And you know what, did you still remember about the pen? Pen with citrine stone? (Mengakhirinya dengan senyum lebar)

ALDO

Of course I did. Sama-sama.

- DINI menoleh ke arah ALDO dengan wajah kaget

- ALDO tersenyum lebar melihat wajah DINI

ALDO

Kan Gue bilang Gue tunggu kalau Lo mau balikin. Hari pertama Lo nggak dateng, hari kedua Lo nggak dateng juga, hari ketiga baru deh Lo dateng. Tapi sebentar karena waktu itu langit mendung, juga udah mulai gerimis. Akhirnya Lo bikin note di kertas kecil, terus Lo simpen kertas sama pulpen di bangku, Lo iket dari celah pakai tali.

DINI

So you were there?

ALDO

I just, Gue baru sampe juga. Lo duduk lebih dulu di bangku itu. Gue ngumpet di balik pohon. Gue ragu nyapa karena Lo look okay waktu itu.

DINI

Okay, masih inget nggak apa isi note itu?

ALDO

Indeed. Hai! Terima kasih sudah menyapa. Terima kasih pulpennya, ku kembalikan. Selumbari.

DINI

Jadi, hari pertama kamu nyapa di kelas itu kamu udah kenal aku?

- ALDO mengangguk cepat, kemudian memalingkan wajah ke ombak lagi

ALDO

Kalau Lo inget, waktu maju di lapangan Gue mention alasan Gue pengin masuk kelas SDD adalah karena ada seorang perempuan di sana, and yea that’s you.

- ALDO masih menatap jauh ke ombak

DINI

UNBELIEVABLE

- ALDO menoleh ke DINI yang kini sedang menatap jauh ombak

ALDO

It’s okay, formulanya kan believe it, so you can see it

DINI

Gitu ya? Bukannya believing by seeing?

- DINI menoleh ke ALDO

DINI

Seorang saksi yang sah dan believable kan kalau ada di TKP dan dia menyaksikan kejadian itu.

ALDO

Beda case DIN. Seorang bisa melihat hantu karena dia percaya kalau hantu itu ada. Seorang bisa melihat kesuksesannya di hari kemudian karena dia percaya pada mimpi dan usahanya. Seorang mengiyakan kalau Tuhan itu ada, karena percaya.

DINI

Haaa interesting. Eh tenda gimana? ANA sama bang AIDAN yang jaga?

ALDO

Nggak. Gue titip ke orang di tenda sebelah.

DINI

Aman?

ALDO

I hope. We’ll see lah ya. Tapi kayaknya aman.

DINI

Oke. Semoga bang AIDAN atau ANA udah balik ke sana. Mau sambil jalan ke tenda?

- ALDO berdiri lebih dulu mengulurkan tangan ke DINI

- DINI tersenyum meraih tangan ALDO

DINI

Oh ya, Yogya is your hometown, right? Dari sekian banyaknya destinasi yang ada di Yogya, kenapa beach, dan Siung?

ALDO

Waah haha kenapa ya, Gue mendadak inget notes from poppy sih.
Pantai itu tempat paling berisik yang justru menenangkan.

- DINI mengangguk berulang

DINI

Hemm menarik, menarik. Aku setuju. Kamu tahu nggak sih aku tuh ada les renang tiap hari Minggu?

ALDO

Iya, waktu kemarin belajar Lo sama ANA sempet mention itu

DINI

Nah iya, aku kan ikut kelas yang semi privat, jadi muridnya tiga orang. Anehnya, kolam kan bukan tempat berisik ya? Kolam bisa berisik, tapi bisa hening juga. Nah, aku tuh bahkan di heningnya kolam nggak nemu aura menenangkan gitu. Ngerti nggak?

ALDO

Paham, paham. Kayak yang waktu itu Lo bilang kan, yang dimaksud notes Ana itu ibarat kelas, saat tertentu bisa jadi tempat paling berisik, tapi di saat yang lain bisa hening juga, ketika kelas beres kan otomatis murid bubar. Emang yang berubah adalah keadaan kelasnya, tempatnya.
Tapi kalau yang dimaksud notes Gue berarti yaa kayak pantai ini, tempatnya tetep berisik, tapi justru ada ketenangan membersamai. Yang dimaksud lebih ke feeling, nggak ada yang berubah dari tempat itu.

- DINI mengangguk berulang membenarkan

- Dari kejauhan terlihat ANA berdadah ke arah DINI dan ALDO

- DINI balas melambai

ALDO

ANA aman?

DINI

Aman? Maksudnya?

ALDO

Mungkin Lo bakal mikir Gue jahat, tapi Gue kenal ANA lebih dulu dan lebih lama, mungkin lebih deket juga. Gue bisa masuk SKO, stay satu setengah tahun karena ANA. Dia tuh bener-bener definisi sunflower, si paling, paling terang warnanya, paling rakus cahaya matahari. Ketika tumbuhan lainnya ngadep ke matahari seperlunya buat fotosintesis, sunflower ngadep matahari all the day and all day.

- DINI tertawa kecil mendengarnya

DINI

Kalau kata Ibu, Ibu melihat taman di toko seperti miniatur dunia ini. Ragam bunga di dalamnya adalah manusianya. Mereka diciptakan beragam. Sunflower yang katamu si paling itu punya waktu mekar yang menurutku sangat sebentar dibanding waktu tumbuhnya, nggak lebih dari lima belas hari udah mengering. Mungkin iya all the day rakus matahari, tapi all day nya sunflower nggak selama let say Anggrek yang bisa mekar sampe sebulan. Ada juga you know bunga bokor, yang nggak terlalu butuh banyak matahari. So for me, kalau emang ANA itu sunflower let me be Bokor atau Peace Lily, jadi aku nggak perlu merasa rebutan matahari sama ANA. Or let me be the sun, so I help ANA be more shining.

- ALDO menatap DINI, mengernyitkan dahi, menggeleng

- DINI tersenyum mempercepat langkahnya menghampiri ANA meninggalkan ALDO

- ANA menyambut DINI mengajak berfoto


TIME LAPSE PEMANDANGAN PANTAI SIUNG (LANGIT GELAP PEKAT DENGAN TABURAN BINTANG)


CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar