TOKO KUE PUKUL EMPAT
14. BANGUN

43. EXT. TOKO KUE – TAMAN – SORE

CAST: DINI, DHINA, ADRIANA, ALDO, IBU GINA, TEMAN KELAS (15 ORANG)

Establish shot TAMAN

Zoom in to pergola melati Belanda. Langit kemerahan dengan awan beriring.

DINI dan DHINA duduk berdempetan dengan pandangan sibuk melihat seisi taman.

DINI

Ini Taman beneran tutup BU?

DHINA

Iya DIN, taman tutup, terakhir buka yaa waktu kamu pulang dari Yogya itu. Tapi tetep dirawat kok, dibersihin, ya kan nggak berantakan?

- DINI mengangguk

DHINA

Toko juga tetep buka kok, sekarang officially online selling juga. Usul dari para pegawai selama taman tutup, jadi toko sekarang buka 24 jam via online. Mereka punya temen yang lagi butuh kerja, jadi mereka usulin buat jadi kurir, total orang baru ada sepuluh, nanti kamu kenalan ya. Lima kurir, satu baker, satu asisten di kitchen, tiga lagi yang megang online service, admin, marketing, gitu deh.

DINI

Urusan toko IBU nggak pernah nggak keren (menyeringai lebar).

DHINA

Maaf yaa IBU selama ini nggak terlalu merhatiin kamu.

DINI

(Menggeleng) DINI kan udah denger semua dari bang AIDAN. Mata IBU ada di mana-mana, ya kan? Hehe (menyeringai lebar lagi).
Jadi sampai kapan taman tutup?

- DHINA menggeleng

DINI

Mau buat perjanjian?

DHINA

Perjanjian apa?

DINI

TAMAN harus tutup tanpa excuse, sampai IBU bener-bener nggak lagi kecanduan lotus itu.

- Tanpa lama berpikir DHINA langsung mengangguk menyetujui mengakhirinya dengan senyum.

- DINI dan DHINA saling diam beberapa saat.

- DINI menyenderkan kepalanya ke pundak DHINA

DINI

BU, DINI sekarang jadi paham sama jawaban IBU waktu DINI nanya kenapa IBU sama AYAH nikah di umur yang relatif muda, 19 dan 20. Waktu itu, IBU jawab karena AYAH sama IBU pengin keluar dari rumah yang nggak nyaman, dan membangun rumah nyaman versi kalian.

DHINA

Iya, begitulah. Dan rumah nyaman versi kami itu nggak pernah terbangun, haha. Yaa mungkin karena saat itu AYAH sama IBU masih labil dan egois.

DINI

It’s okay, kayak yang IBU bilang ke BANG AIDAN, kalau pun ternyata tempat setelah ini pun nggak nyaman, dan ternyata emang nggak pernah ada tempat nyaman itu, seenggaknya IBU sama AYAH udah berusaha keluar dari tidak nyaman yang ini.

- DHINA tersenyum menatap langit jauh.

DINI

Siang itu DINI tiba-tiba merasa ada air netes di jidat. Terus dari situ DINI denger semua percakapan IBU sama kakek, nenek, tante ELLA.

DHINA

Jadi sebelum itu DINI nggak denger apa pun?

- DINI mengangkat kepalanya menggeleng menatap wajah DHINA yang sedang melihat ke arah DINI juga

- DHINA mengangguk berulang mendengarnya

DINI

IBU mau tahu apa yang ajaib? (Memasang wajah menggemaskan menanti jawaban DHINA)

- DHINA tersenyum mengangguk

DINI

Sebelum DINI tiba-tiba ngerasa ada air dan jadi bisa denger semuanya, DINI mimpi ketemu bang AIDAN.

DHINA

O ya?

DINI

Iya. Jadi di mimpi DINI, bang AIDAN kasih iket rambut ke DINI, terus bilang gini,
Bersiap DIN, udah masanya panen, kamu harus ikut panen apa yang udah kamu tanam, jangan ditinggal lama-lama, nanti bisa busuk atau dipanen orang lain.
Terus DINI jawab, ya udahlah biar dipanen orang lain. Walaupun DINI nggak tahu taneman apa yang dimaksud bang AIDAN. Eh terus bang AIDAN nyahut lagi,
Bisa, bisa banget, dan pasti orang lain nggak akan diem aja. Tapi tetep aja, panen itu tugas kamu, karena kamu yang nanem, itu tetep tanggung jawab kamu. Gitu, bu. Mimpinya terpikir semakin aneh karena tepat bang AIDAN beres ngomong, bang AIDAN ilang, di jidat kerasa ada air netes dan tiba-tiba DINI bisa denger suara sekitar.

DHINA

O gitu ya? O ya ngomongin AIDAN IBU jadi inget, IBU ketitipan ini dari ANA, dari bang AIDAN katanya. (Memberikan kotak kecil warna hijau dengan motif ilalang tipis).

DINI

Ibu ketemu ANA kapan? Kok ANA nggak nemuin DINI? Lagian dititipin segala, emangnya besok nggak ikut jenguk?

- DINI membuka kotak itu dan mendapati ada sebuah ikat rambut dari kain dengan motif ilalang, sebuah foto, dan kertas berisi surat

- DINI membuka kertas itu

AIDAN (O.S.)

From AIDAN EL YAHYA
For DINI FARIZA
Hai DIN!
If finally you read this, artinya kamu lebih kuat dibanding saya.
Maaf karena saya belum sempet cerita kalau saya sakit.
Tapi seperti ceritamu, Mawar yang mati layu jatuh ke tanah itu nggak benar-benar sudah selesai. Dia hanya berubah wujud dan fungsi yaitu menjadi hara untuk yang masih hidup.
Saya mau seperti mawar itu, kematian saya justru menghidupkan. Saya nggak mau menjadi seperti om DHANI untuk tante DHINA. Saya mau kamu tetap menghidupkan kehidupanmu.
Satu lagi,
Dalam rangka menjadi manusia, kita semua adalah pemula. Ini pengalaman hidup pertama saya, kamu, tante DHINA, dan semua. Pengalaman pertama kita menjadi anak, pengalaman pertama tante DHINA menjadi anak juga menjadi orang tua. Tante DHINA juga masih belajar jadi orangtua DIN, mohon maklumi kalau masih banyak salah, dengan begitu tandanya kamu juga belajar menjadi anak.
See you when I see you.
Endless love,
AIDAN

- DINI membelalakkan matanya melihat ke DHINA

- DHINA mengangguk mengelus kepala DINI

- DINI menggeleng tidak percaya, kemudian mengambil foto (AIDAN sedang mengikat rambut DINI dengan daun ilalang di pantai Siung).

- DINI membalik foto dan membaca tulisan di dalamnya

ALDO (O.S.)

Awalnya mau Gue kasih ke DINI, tapi kayaknya Lo yang bakal lebih seneng nerimanya. Sekalian sebagai tanda say thanks dari Gue karena udah selalu bantu dan jaga Gue, ANA, DINI sampai hari ini. Siung, DIY, ALDO.

- DINI menyimpan semua kembali ke kotak.

- DINI yang masih tidak percaya tentang AIDAN menggelang berulang kemudian perlahan mengalir air mata di pipi.

- DINI berdiri dari duduknya berjalan bolak-balik.

- DHINA membiarkan DINI meluapkan emosi bingungnya.

ALDO

Selumbari …

- Panggilan yang mengagetkan DINI langsung melihat ke sumber suara yaitu pintu masuk taman

- DINI melihat semua teman kelasnya termasuk ANA dan ada IBU GINA juga

- ALDO berdiri paling depan membawa karton besar bertuliskan WE MISS YOU

- Disusul ANA maju menyejajari ALDO dengan karton bertulis OUR PRECIOUS SUNSHINE

- Disusul TEMAN 1 (Yang mengklarifikasi berita ANA) membawa karton juga bertulis WE LOVE TOKO KUE PUKUL EMPAT

- Disusul TEMAN 2 (Yang mengklarifikasi berita ANA) membawa karton bertulis PLEASE APOLOGIZE US AND WELCOME BACK

- DINI menangis antara haru dan sedih

- Tatapan DINI berhenti pada tatapan ADRIANA yang menatapnya sedari awal sambil menangis

- DINI berjalan perlahan menghampiri teman-temannya

- Teman-temannya berlarian menghampiri DINI

- Lari ADRIANA yang paling cepat membuat ADRIANA lebih dulu sampai di depan DINI

- DINI merentangkan lebar tangan mengajak ADRIANA berpelukan, namun ADRIANA malah berlutut sambil menangis

ADRIANA

Aku tahu aku nggak pantes dimaafin DIN, tapi aku tetep mau minta maaf. Aku janji bakal njauh dari kamu dan nggak lagi ganggu hidup kamu (Menangis keras)

- DINI ikut berlutut memeluk erat ADRIANA

- DINI menatap ADRIANA sambil menangis tapi berusaha tersenyum

DINI

(Memeluk ADRIANA dan berbisik) Aku udah ditinggal Abangnya, dan adiknya mau njauhin Aku juga?

- Mendengarnya tangis ADRIANA tumpah di bahu DINI

ADRIANA

Aku nggak tahu hidupku bakal gimana kalau kamu nggak bangun juga.

DINI

Aku bangun, hari itu aku kan sempet chat kamu, aku bilang berniat bakal banyak groofie kalau ada kesempatan. Kamu udah baca kan?

ADRIANA

(Mengangguk) Tapi aku nggak sempet bales karena pagi itu aku denger kabar dari BUNDA kalau bang AIDAN collapse, aku panik banget. Dan siangnya menuju sore aku baru buka HP lagi dan dapet kabar dari ALDO kondisi kamu.

Establish to Taman yang terlihat lebih indah karena lampu-lampu yang mulai menyala.

DINI dan teman-teman berkumpul di saung paling besar dan luas yang ada di taman, saung dengan jenis mix (kursi dan lesehan). Ada 20 kursi dengan 5 meja dan 16 space lesehan dengan 4 meja.

Mereka menikmati jamuan yang disiapkan pegawai toko dengan bantuan arahan ELLA.

Di tengah suasana menikmati jamuan, ADRIANA tiba-tiba membunyikan gelas dengan sendok sehingga menarik perhatian semuanya dan langsung melihat ke sumber suara yaitu di salah satu pojok sisi saung. Di sana DINI berdiri dengan ADRIANA di sampingnya.

ADRIANA

Mohon maaf mengganggu suasana jamuannya, tante DHINA, BU GHINA, dan teman semua. Kami minta waktunya karena ada yang perlu DINI sampaikan. Silakan DIN!

DINI

Oke baik terima kasih semua atas perhatiannya. Pertama-tama DINI mau ngucapin terima kasih banyak karena udah jauh-jauh meluangkan waktu ke sini. To be honest it was so surprising me. Karena kata ALDO dia sama ANA mau jenguk besok. Ternyata hari ini dan sama temen-temen juga bu GHINA.
Selanjutnya, karena sejak kemarin DINI sadar dan denger berita simpang siur tentang apa yang terjadi hari itu sebenarnya, DINI akan sampaikan sekarang di sini supaya nggak ada kesalahpahaman dan saling menyalahkan.
Berita itu adalah kalau yang DINI lakukan di kolam renang banyu nirwana siang itu adalah percobaan suicide. Dan dengan sadar saat ini DINI sampaikan kalau hal itu adalah tidak benar. Beberapa berspekulasi DINI punya alasan suicide yang kuat karena trauma buli yang terjadi hari itu di sekolah tentang toko ibu. Sehingga setelah mendengar kabar DINI tenggelam, teman-teman yang semula ikut membuli DINI, berbalik menyerang ANA dengan judgment teman yang berkhianat.
Padahal yang terjadi sebenarnya di kolam renang saat itu adalah murni kecelakaan. (DINI membersamai kata MURNI KECELAKAAN dengan membuat isyarat jari jempol dan telunjuk tangan kanan membulat, dan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri menyilang).
Hal ini juga sudah DINI sampaikan ke pihak Banyu Nirwana. Jadi kronologisnya, memang benar salah satu alasan DINI cabut dari sekolah hari itu adalah trauma buli, karena nggak mungkin pulang ke rumah, DINI akhirnya pergi ke Banyu Nirwana dengan alibi ke coach DINI kalau hari itu sekolah free. Coach pun mengizinkan DINI ikut kelas hari itu karena DINI sudah beberapa kali skip kelas selama persiapan kongres di Yogya.
Saat itu DINI minta sekitar fifteen minutes buat pemanasan sendiri di kolam yang beda dengan yang sedang dipakai kelas hari itu. Nah kolam itu punya kedalaman yang bervariasi, yang terjadi adalah DINI renang pemanasan sampai ke yang kedalaman tiga meter dan kemudian kaki DINI kram, dalam kedalaman itu DINI berusaha buat nongolin tangan aja udah susah karena kaki yang kram punya energi berat lebih sehingga mendorong untuk tenggelam.

- Terdengar OH serempak dari teman-teman

- IBU GHINA, DHINA, ALDO manggut-manggut mendengarkan

DINI

Kalau emang ada niat suicide, DINI nggak akan ngabarin ALDO kalau DINI di Banyu Nirwana. Waktu itu ALDO juga minta shareloc, tapi HP DINI lowbat sampe mati. Terus sebelum itu juga DINI chat panjang ke ANA, nanya kenapa keluar kelas dari pagi, DINI juga nanya alasan ANA bilang itu ke temen-temen. Dan lain lagi banyak mengenang tiga hari di Yogya. Hal itu bisa dicrosscheck ke ALDO dan ANA.

- DINI melihat ke ALDO dan ANA bergantian sambil tersenyum

- ANA mengangguk berulang diikuti senyum senang

- ALDO menggeleng berulang dengan senyum kecut

- Teman-teman, BU GHINA, DHINA, bertepuk tangan

CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar