TOKO KUE PUKUL EMPAT
2. Bertemu Teman Baru (Lama)

7. INT. RUMAH DHINA - RUANG MAKAN - PAGI

 

Cast DINI SMA (16 th), DHINA (36 th)

- DINI membaca komentar di IG Toko Kue Pukul Empat.

- DHINA datang dari dapur membawa nampan berisi sarapan.

 

DHINA
Selamat hari pertama kelas sebelas, anak Ibu

 

DINI
Makasih, bu

 

- DHINA menata sarapan di meja.

- DINI meraih gelas berisi susu dan piring berisi nasi goreng.

- DINI menyantap sarapannya sambil membaca kmentar di IG

 

Di layar menampilkan isi komentar di akun IG Toko Kue Pukul Empat.

"Makin kentara pesugihannya." @Netijen 1

"Kerja Jinnya makin aktif ya Bund." @Julid 2

"Tumbalnya makin banyak kayaknya Bund." @Lambe 3

"Denger-denger Jinnya Om-om perut buncit." @Nyinyir 4

"Yoo pantes bukanya aja sore sampe pagi. Apa lagi motivasinya kalau bukan itu." @Cenayang 5

"Pesugihan Jalur Om Buncit, Fix." @Judges 6

- DINI tersenyum mengernyit dahinya

 

Di layar menampilkan isi komentar lainnya di IG Toko Kue Pukul Empat

"Taman bunga pukul empat sorenya ada beneran, bukan gambar." @KorbanHoax1

"Warna dan aroma kuenya senyata mirabilis. Rasanya juga cepet ilang, jadi bikin nagih. @Foodie 2

"Tempatnya sederhana tapi cozy dan nature banget. Favonya Gen Z nih." @Eatie 3

"Notes filosofinya keren-keren." @BloggerRecommendation 4

- DINI tersenyum menaik alis kanannya

DINI
Untuk menerima intensitas Cahaya Matahari, Bunga Pukul Empat Sore dan Bunga Matahari punya caranya masing-masing. Yang paham filosofi nasti keduanya akan menyadari betapa kerennya tempat ini @tokokuepukulempat. Waah, ini pasti collector poppy notes Ibu. (Tersenyum yakin)
DHINA
Bacain komentar di IG?

- DINI mengangguk

 

DINI
(Heran) Mereka tuh masih aja yaa bu
DHINA
Ada tiga orang yang komentar di sana. Pertama, Penggunjing. Mereka yang belum pernah dateng ke toko, belum pernah nyicip satu gigit pun kue ibu, tapi senang memberitakan tentang kue dan toko. Kedua, Pengunjung. Mereka yang datang ingin membuktikan berita para penggunjing yang ternyata tidak benar. Ketiga, Pelanggan. Mereka yang datang karena sudah tahu tentang toko kue pukul empat.
DINI
Begitu?
DHINA
Ya. Jumlah Penggunjing lebih banyak dari Pengunjung. Jumlah Pengunjung lebih banyak dari Pelanggan. Tapi percayalah Din, Pelanggan adalah Penggunjing yang berproses menjadi Pengunjung, dan kemudian menetap. 


DINI dan DHINA
Aamiiin.

 

DHINA
Oh ya, kelas sebelas maunya masuk
kelas apa? MIPA, SOSIAL, BAHASA?

 

DINI

Of course, bahasa

 

DHINA

Tes jurusannya hari ini?

 

DINI

Heem (mengeleng)

 

DHINA

Eh gimana sii kamu, heem tapi nggeleng (tertawa kecil)

 

DINI

Eh... eh iyaa maksudnya heem tes jurusannya hari ini (mengangguk), Tadi baca ini jadi geleng-geleng.

 

- DHINA mengangguk berulang.

 

DINI

Bu, kenapa namanya toko kue pukul empat? Kalau toko kan biasanya nggak ada tempat makannya. Tapi ibu kan ini konsepnya jadi lebih kayak kafe.

- DHINA mengernyit alisnya

DINI

Terus kenapa bukanya juga harus jam 4 sore sampe jam 4 pagi?

 

DHINA

Konsepnya sebenernya tetep toko. Yang mau duduk di dalem atau stay di taman kan harus beli tiket dulu.

 

DINI

Poppy cake?

 

- DHINA mengangguk.

 

DHINA

Hanya yang pesan poppy cake yang boleh stay di ruangan atau ke taman.
Kalau kenapa harus pukul empaat? Sebenernya nggak harus. Tapi IBU mau nanya deh, Dini pernah seharian di taman nggak? Pernah perhatiin waktu bunga mekar dan kuncup? Beberapa mereka ada yang mekar dan kuncup bersamaan, ada juga yang bergantian. Seperti bunga pukul empat, secara otomatis setiap sore sekitar pukul empat mereka bakal mekar setelah pagi dan siangnya kuncup.
Hal itu berbeda dengan bunga lainnya yang mekar sepanjang hari. Atau seperti bunga morning glory yang mekar dengan aroma khas di pagi hari, menjelang siang mulai layu, dan sorenya mereka berguguran.
Atau juga dari aktivitas bunga-bunga merebakkan wanginya. Ada yang baru semerbak pas malem, ada juga yang pagi sampai siang, malemnya nggak beraroma lagi.
Nah alau diamati, aktivitas manusia di dunia ini juga begitu. Ada yang terjaga dari pagi sampai siang, ada yang dari siang sampai malam, ada yang dari pagi sampai malam. Para bunga menemani mereka.
Ibu dan Ayah mau toko ini menjadi seperti salah satu dari bunga itu. Menemani orang-orang dengan kesibukan seperti waktu mekarnya bunga pukul empat.

 

DINI

Eummm... menarik, filosofis, tapi punya dampak lain yang cukup besar yaa

 

DHINA

Kenapa? Warung remang-remang berkedok kue?

 

- DINI melirik DHINA sambil lalu.

- DINI mengangkat bahu.

 

DHINA

Inget ya Din, untuk menjadi beda, kamu perlu satu, yakin. Sebuah keyakinan kalau kamu juga akan dianggap, dinilai, diperlakukan berbeda.
Pertanyaan ibu, berapa banyak akhir-akhir ini orang yang mengkampanyekan tentang "be different", "be unique", tapi terus mereka sakit hati, nggak terima, ketika dipandang, diperlakukan, dan dinilai beda sama orang lain?
Nah, harapan ibu, Dini nggak begitu. Menjadi berbeda bukan hal yang salah, maka dipandang berbeda juga seharusnya bukan masalah.
Ketika DINI mau menjadi berbeda, DINI juga harus tahu dan mau dengan semua konsekuensinya, apa pun itu.

 

DINI

Apa pun itu? (DINI Menghentikan gerak sendoknya)

 

DHINA

Apa pun itu.

 

DINI

Kenapa begitu? Bukannya kita berhak membela diri? Menjelaskan kebenaran?

 

DHINA

Harusnya memang begitu. Tapi dunia ini nggak bergerak seideal itu DIN, Ranah yang menjadi Hak dan Kewajiban kita adalah hanya diri kita.
Penilaian orang lain, tanggapan orang lain tentang kita, itu adalah ranah orang lain.
Dan sebuah pembelaan tidak benar-benar diperlukan ketika forumnya memang tidak membuka sesi membela diri.
Dan menjelaskan kebenaran? Ah apalah arti kebenaran hari ini...

 

DINI

Suara orang banyak?

 

- DINI mengangkat bahu dan sendoknya bersamaan

- DHINA tersenyum melihat DINI

 

 

CUT TO:

8. EXT. SEKOLAH - LAPANGAN - PAGI

 ESTABLISH isi lapangan. CU TO DINI, ADRIANA, dan ALDO.

Cast: DINI (16 th), ADRIANA (TEMAN DINI, 16 th), ALDO (TEMAN SMP ADRIANA, 16th), IBU GURU (40th), HERI (16 th)

 

 

IBU GURU

Selamat Pagi menjelang Siang semua!
Ibu ucapkan selamat bergabung kepada kalian yang menginginkan dan mendapatkan kelas ini, dan selamat datang kepada yang tidak menginginkan kelas ini, tapi justru mendapatkannya.
Kalau hari pertama kemarin mengajarkan tentang Perjuangan, apa yang bisa dipelajari di hari kedua ini?

 

- ADRIANA mengacungkan tangan

 

IBU GURU

Ya, ADRIANA silakan!

 

ADRIANA

Hari ini saya belajar tentang sebuah Penerimaan.

 

IBU GURU

Bagus, benar itu. Ada yang lain?

 

- HERI mengangkat tangan.

 

IBU GURU

Iya, siapa nama kamu yang angkat tangan?

 

HERI

HERI!

 

IBU GURU

Ya, HERI silakan!


DINI

Anak nomer satu mah beda, tanpa sebut nama bu Guru langsung tahu, ADRIANA (berbisik)

 

ADRIANA

Hish nggak gitu.

 

- ADRIANA menepuk lengan DINI tersipu malu.

 

DINI

Hishh iya gitu. Kanigara mah auranya paling beda.

 

- Di sudut lain HERI berujar

 

HERI

Hari ini mengajarkan bahwa Perjuangan tidak selesai di hari kemarin.

 

IBU GURU

Sebelumnya ingin masuk kelas apa?

 

HERI

Sosial

 

IBU GURU

Waah great job. Selamat datang! Semoga beruntung.
Tepuk tangan semua, ucapkan selamat kepada diri sendiri!

 

- MURID-MURID Bertepuk tangan.

 

IBU GURU

Setelah ini akan dikelilingkan satu boks berisi kertas nama kelas. Dari depan sini, estafet sampai ujung paling belakang. Paham semua?

 

MURID-MURID

Siap Pahaaam ... (kompak)

 

IBU GURU

Setelah semuanya mendapat satu kertas diharap untuk tidak dibuka dulu, tunggu instruksi saya untuk membuka bersama.
Paham??!

 

MURID-MURID

Siap Paham! (kompak dan lebih bersemangat)

 

- CAMERA Follow to Boks yang berkeliling

- CU To IBU GURU

 

IBU GURU

Ingeet jangan dibuka dulu!

 

- CAMERA Follow to Boks selesai berkeliling

- CU To DINI dan ADRIANA

- DINI dan ADRIANA saling berpegangan

 

IBU GURU

Satu nama di kertas itu adalah yang menentukan teman dan tempat kalian belajar selama satu tahun ke depan di sekolah ini. Di mana pun itu, yakini kalau itu adalah pure rencana semesta, bukan berdasar penggolongan atau pemilihan dari pihak guru.
Siapa wali kelas, teman sekelas, dan di kelas mana kalian belajar adalah tergantung hari ini. Detik-detik ini.

 

CAMERA Establish to Wajah MURID-MURID

Terlihat ada yang tegang, senyum-senyum, berkode dengan teman di sampingnya, ada juga yang malas-malasan

 

IBU GURU

Baik, semua boleh buka kertasnya setelah ibu sampai di hitungan ketiga. Mengerti?

 

MURID-MURID

Siap Mengerti......

 

IBU GURU

Satu... dua.... tiga ....
Silakan buka dan langsung cari teman! Siapapun dia yang kalian pilih hari ini, dia adalah teman duduk selama satu tahun kedepan.

 

- ADRIANA dan DINI melihat kertas masing-masing

- Tidak ingin kecewa kalau terpisah kelas, ADRIANA dan DINI saling bertukar kertas

- ADRIANA dan DINI melihat kertas yang dipegangnya sekarang

- ADRIANA dan DINI langsung menghambur berpelukan

- ADRIANA dan DINI melakukan tos. Tawa bahagia keduanya tidak dapat disembunyikan lagi.

 

IBU GURU

Saya akan hitung lagi sampai tiga, satu orang yang tidak memiliki teman dimohon ke depan. Karena memang jumlahnya ganjil, maka akan ada satu anak yang tidak akan mendapat teman.
Dan dia adalah yang bertugas menentukan topik bahasan perdana di hari pertama kelas perkenalan ini. Mengerti?

 

MURID-MURID

Siap Mengerti .....

(tidak kompak dan pelan sekali karena para murid sibuk bertanya kepada temannya.

 

IBU GURU

Satu .... dua .... dua setengah .... tiga kurang sedikit .... tiga ....


- MURID-MURID yang berteriak mulai membuat suasana lapangan gaduh.

 

IBU GURU

Jadi, siapa yang tidak mendapat teman hari ini?

 

- ALDO mengangkat tangan sambil maju ke depan lapangan.

 

IBU GURU

Nah, ALDO. Nggak kebagian teman ya? Padahal biasanya tiap pagi hormat bendera rame-rame ada lima sampai enam teman.

 

- ALDO bergeleng tersenyum.

- ALDO menunduk malu.

- ADRIANA mengernyit alisnya mendengar nama ALDO

- ADRIANA yang penasaran menjinjit melihat ke depan lapangan

- ADRIANA melihat sekali lagi ke arah ALDO

- ADRIANA dan ALDO bertabrak pandang

 

IBU GURU

Ini tiang bendera lama-lama minta pindah saking bosennya ngeliat si ALDO ini. Ga dihukum, ga apa, emang kau bagian ke depan ya DO?


- ALDO tersenyum lagi.

 

 

CUT TO: FLASHBACK

 

- DUA SISWI sedang saling menunjukkan kertasnya.

- DUA SISWI merasa kesal karena mendapat nama kelas yang berbeda.

 

SISWI SATU

Kamu cari yang mau tukeran deh 

SISWI DUA

Kamu juga

 

SISWI SATU

Iya, awas jangan nyari temen baru

 

SISWI DUA

Ihh.. nggaklah

 

- ALDO tersenyum (ujung bibir kanan atas) melihat percakapan mereka

- ALDO melirik kertasnya sebentar

- ALDO melirik lagi ke SISWI SATU

- SISWI SATU WAJAHNYA KESAL SEKALI


ALDO

Ssstt... Gue dapet AU.

 

SISWI SATU

Naah dia AU, tukeran boleh?

 

ALDO

Boleh. Tapi ada syaratnya.

 

SISWI DUA

Apa?

 

ALDO

Kenal Adriana kan? yang tadi angkat tangan, Yang itu (ALDO menunjuk ADRIANA)

- SISWI SATU DAN DUA MENGANGGUK

ALDO

Nah yang sebelahnya namanya DINI. Cari tahu DINI kelas apa. Nanti gue kasih AU ini ke kalian, tapi tukernya kelas yang sama kelas DINI.
Gimana? Oke?


- SISWI SATU DAN DUA MENGANGGUK TERSENYUM MENYETUJUI

 

 

FLASHBACK SELESAI

CUT TO: LAPANGAN

 

ALDO

Saya sengaja bu nggak cari temen, saya punya ide topik buat hari ini. Saya yakin ini menarik sekali.

 

IBU GURU

Oh begitu, oke. Apa topiknya?

 

ALDO

Topik ini tergagas karena nama seorang perempuan hebat tertulis di kertas saya yang sebelumnya. AYU UTAMI, begitu tertulisnya. Saya lebih senang menyapanya Mbak Ayu, karena beliau pasti orang Jawa dilihat dari namanya.
Satu kata yang langsung tersirat tentang mbak satu ini, tidak lain, tidak berubah, adalah PEREMPUAN. Seorang feminis yang menyampaikan pikirannya tentang feminisme melalui buku-bukunya, saya membaca karya-karya beliau, Bu, percaya nggak? Saya baca Saman, Larung, Bilangan FU.
Selain karena mbak Ayu, juga karena beberapa saat lalu, dua orang siswi bersebelahan kesal bersamaan karena mendapat nama kelas yang berbeda. Satu dari keduanya memberi ide untuk mencari yang ingin bertukar kelas agar mereka bisa mendapat satu nama kelas yang sama.
Itu alasan saya sekarang berdiri di sini dengan nama kelas Sapardi Djoko Damono.
Begitu beberapa perempuan, memiliki rasa ketergantungan kepada perempuan lainnya. Hal itu yang kemudian membuat perempuan dijuluki sebagai makhluk lemah. Saya yakin, selain dua siswi yang saya temui tadi, ada beberapa pasangan siswi lain yang berbahagia ketika mendapat nama kelas yang sama.
Yang perlu digaris bawahi adalah, hal itu juga terjadi tadi di antara para siswa. Saya juga begitu, saya memilih kelas SDD, karena ada seorang perempuan yang ingin saya temui di kelas itu.


- ALDO melihat ke arah DINI dan ADRIANA

- ADRIANA menunduk menyelipkan rambut ke telinganya

IBU GURU

ALDO!
Serius! Tadi beberapa kalimat awal udah bagus. Ada aja plesetannya. Sudah, kembali saja kalau mau bercanda!

ALDO

Maaf bu (ALDO mengumpat senyum). Masih ada yang mau saya sampaikan. Tentang pandangan saya mengenai perempuan. Ini tentang seorang perempuan hebat yang saya beri nama Itu.
Kasihan Perempuan Itu. Di sosialnya, ketika ia pantas dijuluki hebat, sukses, berhasil, selalu diikuti embel menanyakan siapa orang di belakangnya. Siapa yang membantunya. Keluarganya? temannya? saudaranya? orang dekatnya? Selalu dan melulu.
Namun kalau ternyata sosok-sosok tadi tidak memiliki kelayakan sebagai “backingan”, akan ada penilaian lain disandarkan, seperti “Pesugihan Jalur Om Buncit” Alegori dari “Jual Diri”.
Seolah menjadi perempuan yang dipandang hebat, berhasil, sukses, mandiri, adalah hal yang tidak wajar. Selalu diyakini ada kaki lain yang membantu perempuan itu berdiri.
Mirisnya, kadang penilaian-penilaian buruk itu bukan keluar dari mulut para lelaki yang merasa tersaingi, justru dari mulut dower para perempuan lain yang sebenarnya iri karena merasa tidak lebih sukses dari Itu.
Begitu cerita tentang Itu dan Dunianya. Itu dan Para wanita lainnya.

- DINI mengerut dahinya mendengar istilah "Pesugihan Jalur Om Buncit"

- Wajah DINI mengingat keras pernah mendengar istilah itu sebelumnya.

- ALDO mengucapkannya panjang lebar dengan menatap ke satu arah. Adalah arah di mana ADRIANA dan DINI berdiri.

- IBU GURU bertepuk tangan.

- Disusul dengan murid-murid lain.

IBU GURU

Waahhhh.... Hebat sekali ALDO ini. Saya baru tahu kamu ada interest lain selain dihukum.

- ALDO tersenyum

ALDO

Terima kasih bu..


IBU GURU

Oke, boleh kembali. Terima kasih, topik yang menarik, Perempuan.

- ALDO kembali ke tempat berdirinya

- ADRIANA memperhatikan ALDO dari jauh


IBU GURU

Baik, sekian pembagian kelas hari ini. Kalian boleh bubar dan masuk ke kelas masing-masing sesuai dengan nama yang sudah didapat atau ditukar.
Tugas perkenalannya adalah menulis satu paragraf dengan ide pokok Perempuan dan Dunianya, seperti yang disampaikan ALDO tadi, itu cukup menarik, great job ALDO, High Appreciate to you.
Akan dipilih Tiga Paragraf terbaik, dan penulisnya akan menjadi perwakilan kelas Bahasa untuk berbincang dengan bapak Kepala Sekolah di sesi Siap Kembali Sekolah. Pastikan untuk submit tulisan terbaik di website Kelas Sebelas Bahasa di room sesuai nama kelas. Buat impresi pertama semenarik mungkin. Mengerti???


MURID-MURID

Mengertiii (kompak)

CUT TO:


9. INT. SEKOLAH - KELAS XI BAHASA - MENJELANG SIANG

- DINI dan ADRIANA duduk bersebelahan

- DINI sedang memainkan ponselnya

- ADRIANA senyap dengan pensil dan kertas gambar di pangkuannya

- ALDO berdiri di depan pintu matanya ke sana kemari mencari ADRIANA dan DINI

- ALDO dan ADRIANA tabrak lihat

- ALDO berjalan menuju ADRIANA dan DINI

- ADRIANA diam-diam memperhatikan ALDO


ALDO

Hai!

- ADRIANA dan DINI melihat ALDO

DINI

ALDO?

ALDO

Waah baru mau ngajak kenalan, eh udah tahu

DINI

Hemm... yang tadi maju kan?

ALDO

Oh iyaa bener, gue ALDO. Lo?

DINI

Gue DINI, ini....

ALDO

ADRIANA

DINI

Haa iya, dia famous siapa yang nggak kenal dia

ALDO

Gue sama ANA SMP satu almet

DINI

Hooo....


- DINI melirik ke ADRIANA yang tidak merespon

- DINI nenyenggol sikut ADRIANA

- ADRIANA melirik DINI sambil lalu

ADRIANA

Gue baru tahu Lo sekolah di sini juga.

ALDO

Yaa.. begitulah, Lo kan ga pernah ikut reuni.

- ADRIANA mengangguk

ALDO

Oh ya DIN, gue duduk di sana ya! Salam kenal

- ALDO menunjuk meja di sudut kelas

DINI

Oke, salam kenal

- DINI tersenyum

- ALDO pergi meninggalkan DINI dan ADRIANA

DINI

ALDO adalaaah ....

ADRIANA

Temen SMP

DINI

Selain itu ...

- ADRIANA diam, kembali fokus ke kertas dan pensilnya

- DINI menahan senyum

- ADRIANA melirik ke arah meja ALDO

- ALDO menangkap lirikan ADRIANA, namun pura-pura tidak mengetahuinya dan melanjutkan pembicaraan dengan teman lainnya

- ADRIANA membuang muka sebal, tangannya menggenggam erat pensil

- ALDO tersenyum melihat ADRIANA

- ALDO sekali lagi melihat ke DINI, membuat teropong dengan menggulung jari-jarinya

CUT TO:


10. EXT. SEKOLAH - GERBANG - SIANG

Cast: DINI, ADRIANA, ALDO, AIDAN (Kakak ADRIANA, 21 th)

- ADRIANA dan DINI berjalan keluar gerbang

- ALDO di motor membunyikan klaksonnya


ALDO

Hai AN! DIN! (Menghentikan motornya, mesin masih menyala)

DINI

Hai! (Melambaikan tangan)

ALDO

Nunggu jemputan?

DINI

Iya

- ADRIANA masih tidak merespon ALDO

- AIDAN datang dengan motornya melihat ADRIANA dan DINI

- AIDAN memarkirkan motornya

- ALDO memarkirkan motornya juga dan turun

- AIDAN turun dari motornya menghampiri DINI dan ADRIANA

ALDO

Bang! (Melambai kepada AIDAN)

AIDAN

Eh, ALDO kan?

ALDO

Iya bang

AIDAN

Ooooh sekolah di sini juga? ANA nggak pernah cerita

ADRIANA

Aku juga baru tahu (sewot)

AIDAN

Heh? baru masuk atau gimana?

ALDO

Yaa bisa dibilang gitu, baru masuk di semester dua kemarin sih. Kebetulan beda kelas sama ANA. Jadi baru ketemu sekarang deh.

AIDAN

Hooo, loh bukannya denger-denger masuk sekolah atlet?

ALDO

Hehee.... iya, udahan. Nggak betah, capek (tersenyum malu)

AIDAN

Yaaah, bukannya mau jadi atlet renang?

- ALDO tersenyum malu lagi

ADRIANA

Udah sih bang, ngapa jadi nanya-nanya terus

AIDAN

Ihh kok kamu gitu, ALDO loh itu

ADRIANA

Ish ya udah sih, jadi pulang nggak nih? Kalau masih mau reuni aku duluan deh

AIDAN

Ihh, ya udah ayok! Duluan yaa DO, maafin bocah satu nih yaa

ALDO

Oh iya bang, nggak papa, ati-ati

AIDAN

DIN, masih nunggu?

DINI

Iya bang

AIDAN

Sorry nih jadi duluan yaa, tau sendiri kalau miss ngambek udah badmood

DINI

Iya bang, ati-ati!

AIDAN

Pake ini, panas matahari (AIDAN memakaikan topi ke DINI)

- ALDO refleks melihat ke DINI dan AIDAN bergantian

DINI

Thanks bang! (Sambil tersenyum membenarkan topi)

ADRIANA

Duluan ya DIN!

DINI

Yokk AN, be safe!

- ADRIANA melemparkan jempolnya dan berdadah

- AIDAN dan ADRIANA hilang dengan motornya

ALDO

Mau bareng? Pulang ke arah mana?

DINI

Ehh nggak, makasih, aku nunggu jemputan

ALDO

Bener nih? Ayo sekalian aja

DINI

Nggak deh, beneran makasih, sebentar lagi kayaknya jemputanku dateng

ALDO

Ya udah, gue duluan ya

DINI

Silakan (tersenyum dan mengangguk)

- ALDO hilang dengan motornya.

DINI

ALDO, ANA, Hemmm apa lagi kali ini (senyum lebar)

- DINI mencopot topinya, kemudian mengipas-ngipas membuat rambutnya berterbangan

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar