TOKO KUE PUKUL EMPAT
13. Tempat Nyaman

39. INT. KOLAM RENANG – PAGI

DINI, PELATIH, PESERTA RENANG

DINI memasuki ruangan luas dengan atap tinggi dan ada tiga jenis kolam berbeda. DINI yang masih di depan pintu disambut oleh lambaian tangan dari pelatihnya, menarik perhatian peserta lain yang berjumlah tujuh orang.

PELATIH

Long time no see lah

DINI

Miss you kak coach

- PELATIH dan DINI berpelukan

PELATIH

Guys, ini DINI senior kalian, jadwalnya hari Minggu, tapi hari ini katanya sekolah free, mau ikut gabung, boleh?

PESERTA RENANG

Boleeeh…

PELATIH

Sip, silakan DIN, ganti pakaian dulu

DINI

Thank you kak coach


Setelah berganti pakaian DINI menghampiri PELATIH meminta melakukan pemanasan dulu di kolam terpisah. PELATIH pun mengizinkan. Segera DINI bersiap di depan kolam ukuran 5 x 20 meter dengan variasi kedalaman 1 sampai 4 meter. Tidak lama kemudian DINI menceburkan diri ke kolam. Melakukan pemanasan seperti biasa di kedalaman 2 meter. Setelah itu DINI berenang ke arah kolam yang lebih dalam. Namun terhenti di tengah jalan karena PELATIH menghampirinya.

PELATIH

DIN, HPmu nih bunyi terus-terusan. Ada yang nelpon kayaknya, takutnya penting. (Pelatih melambaikan ponsel ke arah DINI)

DINI

Thank you kak coach

PELATIH

Okay, jangan jauh-jauh ya di sana aja (menunjuk ke bagian dangkal kolam). Kamu kan baru pulang barangkali masih capek, nanti kram. (Tersenyum dengan wajah khawatir).

- DINI membuat gerakan tangan hormat sambil tersenyum kemudian berenang ke sisi kolam.

- DINI menerima ponsel yang diberikan pelatih

- DINI tersenyum melihat banyak pesan dan panggilan dari ALDO

- DINI membuka pesan dari ALDO

CU TO LAYAR PONSEL DINI

ALDO (O.S.)

Di mana? Gue ke sekolah, kata temen-temen lo cabut. Kita dicari kepsek, tapi gue cabut, Ana juga cabut katanya. Lo di mana? Shareloc ya

Segera DINI membalas,

DINI (O.S.)

Kayaknya notes from poppy bener deh, aku tiba di masa itu, masa tempat yang paling berisik justru jadi tempat paling menenangkan.

Tidak lama kemudian masuk balasan ALDO,

ALDO (O.S.)

Gue tau lo di kolam, tapi gue nggak tau alamatnya. Lo shareloc deh.

- DINI hanya tersenyum membaca balasan ALDO. Kemudian menonaktifkan ponselnya dan menyimpannya kembali ke meja dengan ponsel peserta lainnya.

- DINI melihat ke seluruh ruangan, menyaksikan peserta lain yang sedang fokus mendengarkan arahan dari PELATIH.

- DINI menurunkan kakinya ke air. Melihat ke dalam air beberapa saat sebelum kemudian menceburkan diri ke kolam dan bergerak ke kolam yang lebih dalam.

- Beberapa saat kemudian DINI merasa akan kehabisan napas, dan bukannya segera berenang kembali ke permukaan, DINI justru sengaja menenggelamkan diri.

- CU to wajah DINI. DINI membuka matanya di dalam air selama VO, kemudian menutup perlahan setelah VO selesai.

DINI (V.O.)

Hai AN! Ternyata bukan kamu, ketika begini bukan kamu yang ada di pikiranku, tapi IBU, wajah IBU yang jarang kulihat, saat ini terlihat jelas bahkan seperti ada di hadapanku.


CUT TO:


40. EXT. GEDUNG KOLAM RENANG BANYU NIRWANA – HALAMAN – SIANG

CAST: ALDO, BAPAK 1, PESERTA 1

ALDO keheranan karena banyak orang setibanya di halaman gedung kolam renang Banyu Nirwana. ALDO mendekati salah satu orang dan bertanya apa yang terjadi.

ALDO

Maaf pak, saya mau ke kolam renang banyu nirwana, di sini kan ya?

BAPAK 1

Iya betul gedungnya di sebelah sana.

ALDO

Oh baik pak terima kasih, tapi ini kenapa ada rame-rane ya?

BAPAK 1

Nah itu, di banyu nirwana ada yang tenggelam, baru aja ambulansnya pergi.

ALDO

Oh gitu? Siapa pak? Perempuan laki-laki? (Panik)

BAPAK 1

Perempuan, tapi saya kurang tau namanya. Coba tanya ke anak itu, dia di banyu nirwana juga.

ALDO

Oh begitu, baik terima kasih pak


ALDO menghampiri PESERTA 1.

ALDO

Dik! Renang di banyu nirwana ya? Kata bapak itu tadi ada yang tenggelam, siapa ya? Temen saya ada yang renang juga di sini.

PESERTA 1

Temennya kak DINI ya? Seragamnya sama. Itu yang tenggelam kak DINI.


CU TO WAJAH PANIK ALDO

CUT TO:

41. EXT. PEMAKAMAN – SIANG

CAST: ADRIANA, ALDO, DHINA

Establish shot pemakaman. CU to DHINA dengan wajah tersenyum menebar bunga di tanah merah.


DHINA

Maaf baru ke sini. Selamat istirahat anak baik. Terima kasih sudah selalu kuat dan menguatkan selama ini.


CU TO ADRIANA memegang nisan dengan wajah sendu dan kantung mata hitam.

CU TO BATU NISAN

NAMA : AIDAN EL YAHYA

LAHIR : 27 MEI 2000

WAFAT : 25 FEBRUARI 2022

ADRIANA

Udah lima hari ABANG pergi. Udah sebelas hari DINI masih koma di rumah sakit. ANA masih ngerasa ini nggak nyata. ABANG di sana ngelihat DINI nggak? Kalau iya, tolong sampein maafku BANG. Ternyata ALDO bener, DINI is ANA’S bestie, but ANA is worstie for DINI.
Juga lagi dan akan selalu ANA makasih dan minta maaf karna nggak pernah jadi adik yang baik, ANA selalu nuntut ABANG menjadi seperti yang ANA mau. ANA selalu ngerepotin ABANG, selalu minta diperhatiin dan dilayani padahal yang sakit ABANG. (Menahan tangis).

- DHINA yang berhadapan dengan ADRIANA menepuk pundak ADRIANA

DHINA

Nggak gitu sayang, ANA adik baik kok. DINI pernah cerita kalau ANA selalu mendahulukan Abangnya. ANA selalu inget dan nelpon Abangnya di jam-jam tertentu buat mastiin kalau Abangnya baik-baik aja. DINI juga bilang, ANA temen yang bijak karena selalu membiarkan orang di sekitarnya menjadi dirinya.

- ALDO yang semula berdiri, jongkok di samping ADRIANA mengusap punggung ADRIANA

ALDO

Iya AN, Gue setuju sama tante DHINA. Waktu di Siung, bang AIDAN minum suplemen sama vitamin Gue inget banget itu jam dua belas malem, katanya karena yang namanya Abang harus kuat. Terus Gue bilang kalau dia ABANG yang best buat Lo. Dan sekarang Gue tahu kalau itu bukan suplemen atau vitamin, itu obat.
Dan sekarang Gue juga mau bilang kalau Lo adik yang best juga buat dia. Karena Gue baru tahu alasan Lo ribet banget waktu di Yogya karena ternyata bang AIDAN sakit. Lo taking care banget bang AIDAN kok, jangan ngerasa salah terus ya.

DHINA

Betul itu AN, dan juga satu lagi, ALDO salah, dari awal sampai kemarin, sampai detik ini, dan sampai DINI bangun lagi nanti, ANA is DINI’S Bestie. Itu kan isi chat DINI kemarin?

ADRIANA

Iya TAN, tapi justru ANA sendiri yang ngerasa kalau ANA emang jahat, ANA menakutkan kalau kata ALDO, karena jahatnya ANA tuh nggak kelihatan. (Menangis)

- DHINA memeluk ADRIANA

CUT TO:


42. INT. RUMAH SAKIT – RUANG INAP – SIANG

CAST: DINI, DHINA, ELLA, BAPAK BAGUS, IBU WULANDARI

TIGA HARI KEMUDIAN

DINI berbaring koma di kasur. DHINA, ELLA, IBU WULANDARI berdiri di samping kasur memerhatikan DINI. ELLA mengusap keringat di kening DINI, IBU WULANDARI memegang tangan DINI dengan wajah berlinangan air mata. Sedang BAPAK BAGUS duduk di sofa tidak jauh dari ranjang.

BAPAK BAGUS

Kamu ngerasa nggak kamu tuh pembawa sial? Siapa pun yang hidup bareng kamu pasti begini, tersiksa hidupnya. Kamu mentang-mentang punya toko mentereng, udah merasa jadi Ibu yang baik. Kalau kamu emang ibu yang baik, anakmu nggak mungkin begini sekarang.

IBU WULANDARI

Udah to Pak, ini kan di rumah sakit, kok ya marah-marah terus nggak di mana-mana. Berdo’a Pak, biar DINI cepet sadar, jangan marah-marah terus.

BAPAK BAGUS

IBU ini tuh kenapa loh kok jadi ikut belain dia? Nanti kayak dulu DHANI, dia nggak ngerasa salah lagi.

- DHINA menangis mendengar ucapan BAPAK BAGUS. Air matanya menetes jatuh ke kening DINI

- Kelopak mata DINI bergerak merasakan tetesan air mata DHINA (Tidak ada yang melihat)

- DHINA berjalan menjauhi kasur dan mendekat ke BAPAK BAGUS

- Sesampainya di hadapan BAPAK BAGUS, DHINA berlutut, matanya menatap wajah BAPAK BAGUS yang kebingungan melihat tingkah DHINA

BAPAK BAGUS

Mau apa kamu begitu? (Buang muka)

- ELLA menghampiri DHINA memintanya bangun dengan menepuk pundak ELLA, namun DHINA menggeleng dan menjauhkan tangan ELLA dari pundaknya

DHINA

Mohon kali ini DHINA izin bicara, Pak. Sebelumnya DHINA menyampaikan maaf yang rasanya masih persis sama seperti dulu waktu di pemakaman mas DHANI. DHINA sungguh-sungguh menyampaikan maaf karena DHINA merasa amat sangat bersalah Pak. DHINA mengakui DHINA salah nggak bisa bikin mas DHANI nyaman bersama DHINA. DHINA merasa bersalah sekali Pak, sungguh sampai detik ini rasa bersalah itu bukannya menghilang justru membesar. Dan itu makannya DHINA buat pelarian ke biji lotus.
Juga sama dengan apa yang terjadi ke DINI hari ini, DHINA merasa amat sangat bersalah sampai DINI bingung harus bersikap bagaimana. Mohon maafkan semua kesalahan dan kekurangan DHINA, Pak. (DHINA bersujud menyentuh kaki BAPAK BAGUS sambil menangis).

- BAPAK BAGUS, IBU WULANDARI, ELLA menyaksikan apa yang dilakukan DHINA.

- ELLA meminta supaya DHINA menghentikan apa yang DHINA lakukan.

DHINA

Sebagai permohonan maaf DHINA, karena DHINA yakin DINI akan bangun, tanpa berniat melepas tanggung jawab, DHINA mengizinkan DINI tinggal sama BAPAK dan IBU. Mohon didik DINI dengan pendidikan yang baik, karena DHINA sadar kalau DHINA tidak pernah mendidik DINI dengan baik. DHINA fokus ke diri sendiri, DHINA sibuk menyikapi rasa bersalah yang makin membesar itu.
Sekali lagi maafkan DHINA, Pak!

- DHINA mencoba meraih tangan BAPAK BAGUS, namun BAPAK BAGUS malah menjauhkan tangannya kemudian berdiri meninggalkan DHINA yang masih bersujud.

- Menyikapinya, DHINA berbalik badan mencari kaki IBU WULANDARI, menyentuhnya kemudian mengusapnya lembut.

- IBU WULANDARI yang kaget refleks berjongkok merangkul DHINA sambil menangis.

DHINA

Maafkan DHINA ya, BU! Maaf DHINA karena banyak sekali salah!

- IBU WULANDARI mengangguk sambil menangis tidak mengatakan sepatah kata pun

- BAPAK BAGUS mendekat ke DINI memegang tangan DINI, kemudian menatap ke arah DHINA dan IBU WULANDARI dengan tatapan sinis

BAPAK BAGUS

Mau kamu izinkan atau nggak, DINI harus tetap tinggal sama kami.

- Tiba-tiba tangan DINI yang dipegang BAPAK BAGUS bergerak, suara monitor pun berubah tidak seperti sesaat sebelumnya.

- ELLA segera menekan tombol memanggil dokter

- DHINA dan IBU WULANDARI berdiri melihat kondisi DINI

- DINI membuka matanya perlahan

CUT TO:








Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar