TOKO KUE PUKUL EMPAT
7. Di Toko Kue Pukul Empat

20. INT. TOKO KUE PUKUL EMPAT – RUANG PEMESANAN – SORE

CAST: DINI, ADRIANA, ALDO, AIDAN, PELAYAN 1, PELAYAN 2, DHINA


DINI memimpin berjalan di depan. Membuka pintu yang di tengahnya ada gantungan papan berisi tulisan yang terbaca BUKA. Tiga pengunjung lain mengantre masuk di belakang mereka. Seorang pelayan berdiri menyambut mereka.

PELAYAN 1

Selamat sore! Selamat datang di Toko Kue Pukul Empat! (Tersenyum dengan tangan menyambut)

- DINI, ADRIANA, ALDO, AIDAN tersenyum mengangguk. Berjalan ke meja pemesanan.

PELAYAN 2

Selamat sore! Silakan menunya!

DINI

Empat set popy cake aja mbak

ALDO

Tambah Mirabilis Jalapa yang ungu 1 ya mbak, cakenya aja. Oh ya, satu lagi, kami udah tahu aturan anak sekolah boleh stay di taman sampai jam 7. Tenang mbak, sebagai anak didik yang terdidik kami akan patuh dengan aturan itu. (Membungkuk mengayunkan tangannya dan mendaratkan di dada kanannya).

- ADRIANA refleks mengeplak punggung ALDO

- ALDO mengaduh kesakitan

- Seisi ruangan menertawakan tingkah ALDO dan ADRIANA

ADRIANA

Jangan malu-maluin deh! Orang itu SOP mbaknya

ALDO

Lah mbaknya aja nggak masalah. Ya kan mbak?

- DINI, AIDAN, PELAYAN 2 tertawa lagi

PELAYAN 2

Iya, terima kasih atas perhatiannya. (Diakhiri senyum)

ALDO

Tuh denger mbaknya malah terima kasih.

- ADRIANA mengeplak lengan ALDO

- ALDO mengaduh lagi

- ADRIANA tersenyum malu ke PELAYAN 2

- DINI menggelengkan kepala sambil menahan senyum melihat tingkah ALDO dan ADRIANA

- AIDAN yang sedang memperhatikan DINI menepuk pundak DINI

- DINI menoleh ke AIDAN, pandangan keduanya saling bertemu. Kemudian tersenyum bersama.

- DINI mengalihkan pandangannya ke PELAYAN 2 yang menanyakan varian minum apa yang akan dipesan untuk melengkapi set popy

- AIDAN masih menatap DINI dengan tangan yang masih di pundak DINI


Tiba-tiba keluar DHINA dari ruangan yang pintunya tepat di sejauh mata AIDAN memandang. Dari kejauhan, dengan isyarat tubuh DHINA seolah mengatakan untuk AIDAN menjauhkan tangannya dari pundak DINI. AIDAN yang memahami sinyal isyarat itu segera melepaskan tangannya dari pundak DINI. Bertingkah salah tingkah, AIDAN tiba-tiba berdehem menarik perhatian PELAYAN 2.

PELAYAN 2

Baik, giliran kakaknya, untuk minumannya mau pesan apa?

AIDAN

Lo apa, DO?

ALDO

Emm … gue? Gue karena Popy cake coffee, Mirabilis cake milk, drinknya tea, telang tea no lemon extra honey. (Tersenyum puas mengangkat alis)

- AIDAN mengangguk berulang mendengarnya

AIDAN

Sama deh mbak, telang tea, tapi pakai lemon ya

PELAYAN 2

Baik, saya ulang pesanannya. Empat set Popy, minumnya satu cold fresh milk, satu marigold tea ekstra honey, dua telang tea yang satu no lemon extra honey, Satu Mirabilis Jalapa Cake Ungu, ada lagi?

ALDO

Cukup mbak, terima kasih banyak

PELAYAN 2

Terima kasih, silakan ditunggu!


- DINI, ADRIANA, ALDO, AIDAN berjalan menuju ke taman, melewati meja kasir yang ada DHINA di baliknya.

- ALDO menghentikan langkahnya. Membungkuk ke arah DHINA, berjalan lebih dekat ke arah meja kasir

ALDO

Selamat sore Tan! Salam kenal, saya ALDO teman sekelasnya DINI. (Berbisik disertai senyum)

- ADRIANA yang gemas mengeplak lagi ALDO

- AIDAN segera merangkul ALDO dan mengajak menjauh dari meja kasir

- ADRIANA mengangguk ke DHINA berujar ‘Maaf’

- DINI dan DHINA hanya saling pandang dalam diam


CUT TO:




21. INT. TOKO KUE PUKUL EMPAT – TAMAN – SORE

CAST: DINI, ADRIANA, ALDO AIDAN

DINI, ADRIANA, ALDO, AIDAN berjalan memasuki taman. ALDO dan AIDAN yang berjalan memimpin di depan melihat ke petakan-petakan bunga yang ada di dalamnya. DINI dan ADRIANA membuntuti dari belakang. Mereka berjalan jauh dari pintu masuk. Sesekali menghampiri dan berkomentar pendek. Sampai mereka tiba di petakan Kanigara (Bunga Matahari).

ALDO

Sunflower. Ini dulu ANA pas SMP, DIN. Julukannya sunflower.

ADRIANA

DINI tau wle (menjulurkan lidah). Gue udah cerita.

ALDO

Iya DIN?

- DINI mengangguk sambil tersenyum

- AIDAN tersenyum mengelus rambut ANA

DINI

ANA dapet julukan sunflower pas upacara penerimaan murid baru. Kepala sekolah yang ngasih julukan itu, karena katanya di siang bolong yang terik banget itu ANA satu-satunya yang nggak nunduk dari sekian ratus jumlah murid baru. ANA terlihat paling bersinar di antara mereka.

- DINI mengakhirinya dengan senyum

- ADRIANA merangkul DINI dan keduanya tersenyum bersama

- ALDO tersenyum lega

DINI

Sebenernya panggilan itu nggak bertahan lama. Sekitar lima bulan di tahun pertama SMP. Tapi ada seorang cowok tengil temen sekelas yang tetep manggil ANA Sunflower. Dan julukan itu diinget lagi waktu ANA udah naik kelas delapan, karena si cowok tengil itu tanpa sepengetahuan ANA tiba-tiba confess di kantin bawa bunga matahari, disaksikan murid lain termasuk adik kelas yang jadi tahu sejarah julukan Sunflowernya ANA.

- DINI mengakhiri penjelasannya dengan senyum sambil melirik ke ADRIANA dan ALDO bergantian

- ADRIANA menepuk lengan DINI

- ALDO dan ADRIANA saling tatap beberapa saat

- DINI tersenyum mengangkat alis

- AIDAN kesenangan menyaksikan ketiganya

ADRIANA

Sumpah kalau itu gue nggak cerita ke DINI. Gue aja udah lupa kejadian itu sumpah lagian gue malu banget nyeritain begituan. Kamu tahu dari mana, DIN? (Tegas ADRIANA Ke ALDO)

- ADRIANA dan ALDO menelisik senyum DINI

- Merasa suasana semakin menarik, DINI menggelindingkan bola matanya mengarah ke AIDAN

- Menerima kode dari DINI, ADRIANA dan ALDO melirik ke AIDAN

- Merasa terintimidasi dengan tatapan ADRIANA, AIDAN pun mengangkat tangan tanda menyerah kemudian berlari menjauh

- ADRIANA mengejar AIDAN penuh semangat dengan rengekan tidak jelas di mulutnya

- Ditinggalkan, ALDO dan DINI sempat saling lirik sebentar sebelum akhirnya DINI kalah tersenyum lebih dulu

ALDO

Dulu itu. Masa-masa cinta monyet.

- DINI mengangkat bahu tersenyum meledek

DINI

Kalau sekarang bermetamorfosa jadi Cinta Lama Belum Kelar juga nggak papa kok, lucu (menahan senyum)

ALDO

(Membuang nafas) We’ll see yaa (Melihat jauh ADRIANA yang masih mengejar AIDAN)
Bang AIDAN cerita apa lagi? (Menoleh ke DINI)

DINI

(Refleks menggeleng karena tiba-tiba matanya bertabrak pandang dengan ALDO) Perlu dilanjutin emang ceritanya?

ALDO

Yaaa, she rejected me.

- DINI mengangkat bahu

- DINI dan ALDO berjalan ke arah saung yang menjadi tempat berhenti AIDAN dan ADRIANA berlarian

DINI

Gimana kalau ternyata dari dulu ANA never reject you. Yang kudenger dari bang AIDAN, ANA menyukai pertemanan kalian. Dan yang kutahu, ANA emang nggak believe sama “Pacaran”. Makannya sampai sekarang pun ANA nggak punya pacar dan nggak pernah pacaran. So, pada saat itu ANA bukan nolak ALDO, yang ANA tolak tawaran ALDO. Siapa pun orangnya, kalau menawarkan hal yang sama, kayaknya yaa, kayaknya sama deh bakal ANA tolak.

- ALDO menghentikan langkahnya tiba-tiba

- DINI refleks ikut menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke ALDO

- ALDO memasang wajah berpikir dengan dahi mengernyit dan menatap DINI dalam

- DINI sudah panik takut yang dikatakannya keterlaluan

- ALDO seketika mengubah raut wajahnya senang sekali bahkan sampai mengajak DINI bertos

- DINI menyambut ajakan itu dengan wajah senang juga

ALDO

Terima kasih (lirih)

DINI

Kembali


CUT TO:


22. EXT. TAMAN TOKO KUE – SAUNG – SORE

Cast: DINI, ALDO, AIDAN, ADRIANA, DHINA, PELAYAN 3

DINI, ALDO, AIDAN, ADRIANA duduk memenuhi tiap sisi meja di dalam saung nomor tujuh. Saung bergaya lesehan dengan satu meja besar berbentuk segi empat tanpa kursi. DINI berhadapan dengan AIDAN, ADRIANA berhadapan dengan ALDO.

Tidak lama kemudian dari kejauhan terlihat PELAYAN 3 mendorong troli berisi pesanan diikuti DHINA.

ADRIANA

Tante DHINA tuh umur berapa deh DIN? Masih keliatan muda banget yaa, kayak nggak kelihatan udah punya anak delapan belas tahun.

ALDO

Setuju

ADRIANA

Alah Lu! ijo banget ama yang bening-bening

DINI

Emang iya ya?

AIDAN

Setuju siih

ALDO

Nohh Abang Lu juga!

ADRIANA

Ih Abang ikut-ikut segala

AIDAN

Lah yaa emang bener, setuju dong


DHINA dan PELAYAN 3 sudah sangat dekat dengan saung. ADRIANA berdadah ke arah DHINA. DHINA membalas dadahan ADRIANA disertai senyum.

PELAYAN 3

Selamat sore! Maaf menunggu lama

- PELAYAN 3 menghidangkan pesanan di meja

DHINA

Sore anak-anak! Gimana? Aman? DINI nggak nakal kan?

ADRIANA

Hehee Tante bisa aja. Aman kok aman terkendali. DINI nggak salah ngajak belajar di sini, thanks yaa Tan udah bikin tempat senyaman ini.

- ALDO bermain mata dengan DINI mendengar ujar ADRIANA

- AIDAN menepuk pundak ALDO

DHINA

Oh ya DINI yang ngajak? Jarang-jarang loh DINI ngajak temennya. Paling yang diajak ANA, sama ….

DINI

Hehehee… belum sempet bu, belum ada momennya buat ajak temen yang lain. Makasih bu untuk hidangannya. Kami belajar dulu yaa! (DINI menyerobot perkataan DHINA)

DHINA

Oh iyaa jadi keterusan ngobrol. Oke-oke silakan lanjutkan belajarnya. Yang fokus yaa belajarnya. Kalau ada perlu apa-apa call aja ya!

- DHINA menunjuk telepon nirkabel yang ada di tengah meja

ADRIANA, ALDO, AIDAN

Siap, Tan!

DINI

Iya, Bu!


DHINA meninggalkan saung. Sekeluarnya, DHINA sempat menoleh ke belakang melihat ke arah ALDO.


ADRIANA

Yippiiii it’s poppy time!! (Girang dan bersemangat mengangkat piring berisi kue poppy)
Mari kita baca apa kata poppy hari ini.
Bisa saja ada masanya nanti, tempat yang paling berisik berubah menjadi tempat yang paling menenangkan. @notesfrompoppy

ALDO

That’s similar like mine. Bisa saja ada masanya nanti, tempat paling berisik justru menjadi tempat yang paling menenangkan. @notesfrompoppy

ADRIANA

Wait, that’s same. Tapi konsep poppy notes kan original and only, ga mungkin ada yang sama dong harusnya. Coba kulihat!

- ADRIANA merebut kertas dari tangan ALDO

DINI

Harusnya sih gitu. Orang tulis tangan IBU sendiri. Tapi bisa aja kalau IBU lupa jadi nulis dob…

ADRIANA

Just a second, ini ada bedanya sih (menyerobot)

- ADRIANA menggeser duduknya mendekat ke DINI

- DINI ikut memerhatikan kertas

ADRIANA

Ada beda kata yang, sama ini justru yang ini berubah. Coba deh baca sekali lagi, ada bedanya nggak.

- DINI dan ADRIANA membaca tulisan di kertas perlahan dan berulang kali

ALDO

What yours, BANG? (Mengambil kartu poppy milik AIDAN yang masih ada di dalam mangkuk)

AIDAN

Jadi hari ini belajarnya meneliti isi poppy notes, nih?

- DINI, ADRIANA, ALDO tidak menanggapi AIDAN, masih fokus dengan kertas di tangan masing-masing

ALDO

Nah yang ini nggak perlu diteliti, tapi agak mellow. Waktu bisa menyembuhkan luka? Rasanya nggak selalu berjalan begitu. Waktu yang ada justru membuat luka makin jelas. @notesfrompoppy. Tante DHINA nyoret yang salah aja estetik ya DIN.

DINI

Hah? Aah iyaa ibu emang gitu, estetik nomer satu.

AIDAN

Yuk mulai dibuka papernya yuuk!

- AIDAN mengambil satu paper

- ALDO menyeruput teh telangnya lalu mengambil paper lainnya

- Melihatnya, DINI mengikuti. Menyimpan notes yang dipegangnya, lalu mengambil paper yang lain

ADRIANA

Oke I give up, DIN! Padahal biasanya notesnya poppy dengan khas metaforanya tuh aku selalu paham. Ada satu yang aku inget karena aku suka banget, Sang Rawi bersinar tidak karena Manusia membutuhkan sinarnya, melainkan karena Tuhan yang menitahnya.

DINI

Oh gitu (Mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari paper yang sedang dibacanya)

- Melihat semuanya sibuk dengan paper, ADRIANA pun mengambil paper lainnya.

- Di antara kesibukan yang sedang berjalan, DINI membuka kartu notes from poppy miliknya

- DINI membacanya perlahan dalam hati.

CU TO KERTAS DINI yang berisi tulisan,

“Every word has a reason, every silence too.” @notesfrompoppy

- DINI menyimpan kertas itu di sakunya. Memperhatikan ALDO dan ADRIANA yang sedang bertukar pendapat tentang ide pokok dari salah satu paragraf yang dibaca ADRIANA.

- AIDAN sesekali menimpali ketika dimintai pendapatnya oleh ADRIANA dan ALDO.

- DINI mencatat poin apa saja yang ADRIANA dan ALDO diskusikan untuk ditanggapi bersama di akhirnya. Sesekali DINI juga ikut bersuara, tapi tidak sebanyak ADRIANA dan ALDO. DINI banyak fokus membaca paper yang menumpuk tinggi.

- Ketika ADRIANA, DINI, ALDO fokus belajar, AIDAN diam-diam mengambil kertas poppy miliknya yang diambil ALDO. Membaca isi tulisan di dalamnya sekali lagi, kemudian menulis sesuatu di sisi sebelahnya.

CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar