TOKO KUE PUKUL EMPAT
12. BLUE LOTUS SEED

ALDO

Kok Gue rasa justru Lo yang lagi jealous. Jangan bilang Lo tadi ditolak DINI?

AIDAN

Shhh nggaklah. Justru tadi DINI bilang, kok Gue secure ninggalin ANA sama Lo doang? Kan kalian tukang berantem. Terus Gue jawab, walaupun sekarang mereka tukang berantem, benih perasaan pertama mereka tuh best friend, ALDO tuh aslinya anak baik, ANA aja yang jahatin duluan, tapi ALDO tetep anak baik. (Mengambil lagi wafer dan memakannya, kemudian menawari lagi ALDO, ALDO menggeleng)

ALDO

Kok Lo yakin gitu? People kan change, kalau sekarang Gue bukan anak baik-baik gimana? Gue sering kabur kok, sering ke UKS pas jam KBM.

AIDAN

Dengan Lo bilang kalau Lo nggak mau DINI jadi korban jahatnya ANA, itu udah menunjukkan kalau Lo masih ALDO yang dulu.
Tapi bukan itu intinya, Gue kan tanya tanggapan DINI ngelihat sikap kalian, terus DINI jawab kalau kalian tuh sebenernya terjebak dalam relasi love-hate. Gengsi kalian yang bikin persentase hate yang sebenernya nggak seberapa itu jadi penghalang, jadi penyebab berantem nggak jelas.

ALDO

Dan Lo setuju?

AIDAN

Lo sama ANA? Gue nggak pernah kontra kok.

ALDO

Shh ... bukan. Setuju sama tanggapan DINI itu?

AIDAN

Jangankan Gue sama DINI, Lo tanya ke diri Lo sendiri juga gue yakin bakal setuju.
O ya sama ini, Gue tuh sebentar lagi, kurang dari sebulan bakal ke Chicago, Gue ikut exchange gitu. Jadi yaa Gue penginnya Lo tetep bertemen sama mereka, tolong pastiin mereka tetep akur.

ALDO

O ya? Berapa lama?

AIDAN

Setahun, tapi pasti bakal ada pulangnya sih dalam setahun itu. Dan Gue juga belum bilang ke mereka, rencananya mau bilang pas udah deket waktu aja.

ALDO

Oke, sukses ya bro! Gue nanti nyusul deh ke sana sama mereka juga, trip pas libur gitu.

AIDAN

Naaah ... nice idea! Gue tunggu deh nanti.

- AIDAN merangkul ALDO, keduanya saling melempar senyum hangat

- DINI dan ADRIANA menoleh ke belakang dan melihat ke AIDAN dan ALDO, DINI dan ADRIANA saling pandang kemudian menggeleng tersenyum melihat ke AIDAN dan ALDO lagi

CUT TO:


36. INT. TOKO KUE PUKUL EMPAT – RUANG KERJA DHINA – MALAM

CAST: DINI, DHINA

DINI turun dari mobil AIDAN berdadah ke ADRIANA. DINI dengan tas besar di punggung dan hand bag berisi penuh melenggang masuk ke ruang kerja DHINA melewati ruang pemesanan dengan wajah penuh amarah.

Ternyata Ruang Kerja DHINA kosong karena DHINA sedang di taman menyambut tamu.

DINI menurunkan tas punggungnya asal dan menyimpan hand bagnya di sofa. Pandangan DINI mengarah ke botol di meja, kakinya langsung melenggang ke meja mengambil botol. DINI membuka tutup botol itu dan mendapati kalau botol itu kosong. Di bawah botol ada kontrak yang DINI baca sepintas ada nama ELLA NALENDRA. DINI kemudian melirik ke arah laci, membukanya dan mencari-cari entah apa DINI pun tidak tahu benda semacam apa yang dicarinya.

Ketika DINI masih sibuk mengacak isi laci meja DHINA, tiba-tiba DHINA masuk dengan wajah tegas memanggil DINI. DINI yang mendengarnya tidak mengacuhkan panggilan DHINA dan tetap fokus dengan laci DHINA. Sampai DINI menemukan buku kecil bersampul biru dengan aksen bunga di tengahnya. Warnanya dan bentuknya yang menonjol (terlihat sering dibuka dibanding buku lainnya, tapi disimpan jauh di dalam laci). DINI tetap tidak menghiraukan panggilan DHINA dari depan pintu. DINI membuka buku itu cepat dan tiba di halaman tidak jauh dari halaman awal DINI menemukan kartu notesfrompoppy berisi tulisan yang sangat familiar di ingatannya, tapi bukan tulisan DHINA.

AIDAN (O.S.)

Besok kalau bertemu lagi mari bercerita tentang banyak hal. Hal-hal yang tidak bisa diperdengarkan ke semua telinga. Mari bantu waktu menyembuhkan luka.

Selesai membacanya DINI langsung berdiri menatap DHINA sambil mengangkat kartu yang ditemukannya itu.

DINI

Ini apa BU? (Disertai amarah yang tertahan)

- DHINA berjalan menghampiri DINI

- DINI dan DHINA berhadapan sejarak depa

DINI

DINI inget banget kartu ini bang AIDAN dapet waktu ke taman bareng-bareng! Dan ini, ini tulisan bang AIDAN isinya begini! Sesering apa IBU ketemu sama bang AIDAN, sampe-sampe IBU bisa berbagi luka sama bang AIDAN, luka yang nggak pernah ibu share ke DINI, anak kandung ibu sendiri!

DHINA

Duduk dulu yuk DIN, kamu lagi marah gini duduk dulu, IBU bisa jelasin biar kamu nggak salah paham.

- DHINA merangkul DINI

- DINI melepas rangkulan DHINA

DINI

Malem itu, waktu IBU suruh DINI cepet pulang, IBU ngapain sama bang AIDAN?! 

DHINA

(Kaget dan alis mengernyit) Ngapain apa maksud kamu?

DINI

DINI baru inget kalau pagi itu IBU laundry jaket dan ternyata itu jaket bang AIDAN. Selama perjalanan balik ke sini, sekitar sembilan jam BU! DINI mikir waras, tapi pikiran DINI selalu berakhir pada kesimpulan kalau apa yang orang tulis tentang alegori OM BUNCIT itu bisa aja ternyata bener

- DHINA melotot matanya, tangannya refleks menampar pipi DINI

- DINI sempat memegang pipinya sebentar, namun segera memasang wajahnya lagi dengan tatapan menantang

DINI

Tampar lagi BU! Harusnya dari dulu IBU tampar DINI! Supaya DINI kenal siapa IBU sebenernya!

DHINA

Mulut kamu jahat DIN! Pikiran kamu sakit! IBU nggak tahu apa yang kamu denger dari AIDAN, harusnya kamu denger penjelasan IBU dulu.

DINI

(Tertawa lebar sambil bertepuk tangan) Ha ha ha … DINI nggak butuh penjelasan BU! DINI nggak peduli kalau ternyata DINI salah paham. Asal IBU tahu, DINI nggak masalah sama semua hal yang bang AIDAN ceritain ke DINI, hal yang menurut IBU aib atau luka. Tapi DINI BENCI, BENCI BANGET karena harus denger itu semua dari bang AIDAN.

DHINA

Okay, IBU salah, IBU minta maaf. Jadi ayo duduk dulu IBU jelasin semuanya dengan sejelas-jelasnya. Supaya kamu nggak …

DINI

Stop it! Boleh DINI ingatkan lagi apa yang pernah DINI baca di notesfroMarigold, set sarapan sama lunch yang IBU siapkan buat DINI.
Yang pertama kata Jordan B Peterson, When you have something to say, silence is a lie.
Terus kata Baltasar Gracian, A single lie destroys a whole reputation of integrity.
And the last from Friedrich, Iam not upset that you lied to me, Iam upset that from now I can’t believe you!
Sampai sini paham?
Ah iya ada satu lagi dari notesfrompoppy, ini original tulis tangan IBU, Sebuah penjelasan dari seorang pembohong adalah kebohongan lainnya.

DHINA

Every word has a reason, every silence too.

DINI

Aku tahu, tapi reason IBU nggak reasonable. Karena IBU silent ke AKU, tapi speak up ke BANG AIDAN.

DHINA

Oke tentang AIDAN IBU salah, IBU juga punya alasan kenapa IBU bisa cerita ke AIDAN.

DINI

DINI tahu alasan IBU. IBU nggak sengaja cerita karena IBU under influence BLUE LOTUS SEED.

DHINA

Karena itu, jadi tolong maafin IBU ya DIN!

- DINI menggeleng tersenyum kecut

DINI

Ini bukan tentang maaf-maafan BU. IBU tahu kebohongan terbesar IBU bukan hal yang nggak IBU ceritain ke DINI, bukan soal AYAH atau pun hal yang terjadi di masa lalu. Tapi ini, toko kue ini adalah kebohongan terbesar dan terjahat. Lewat toko ini IBU mengkampanyekan Hidup Sehat Dengan dan Di Alam yang Sehat. IBU terapkan konsep go green di toko, nilai jual yang ibu higlight dari produk IBU sehat bersama bunga, ada juga yang free gluten, free sugar, free tanin. Padahal yang sebenarnya IBU lakukan adalah bunuh diri perlahan. Dengan citra toko sehat ini, siapa yang kepikiran kalau ownernya justru addict blue lotus seed. (Penuh emosi)

- DINI bertepuk tangan tepat di depan wajah DHINA

DINI

Akhirnya sekarang DINI tahu kenapa signature set sama tiket masuk taman itu poppy set yang logicnya harusnya mirabilis jalapa karena kan itu konsep toko ini, mungkin iya karena poppy set adalah healthy set, tapi alasan utamanya karena histori AYAH. Dan logo, kop, semua identitas toko ini lambangnya justru blue lotus, itu karena relasi IBU sama blue lotus hari ini.

- DINI berlalu dari DHINA

- DINI mengambil hand bag dan tasnya meninggalkan ruang kerja DHINA

- DHINA mengusap keningnya, membuka ponselnya kemudian mengklik klik pesan untuk kontak dengan nama MBAK ELLA

DHINA (V.O.)

It’s just over mbak. Baru diomong semalem. Aku udah telat, bener kata mbak, aku akan berhadapan dengan Dini yang nggak bisa nerima alasan bohongku.

- DHINA duduk di sofa, menyangga kepala dengan tangannya.

- DHINA melihat ke lemari tinggi di hadapannya.

- DHINA berjalan menghampiri lemari itu dan mengambil kotak kecil di bagian atas lemari.

- Kotak berisi banyak bungkusan kertas kecil tersusun rapi.

- DHINA mengambil sebungkus dan menyimpan kotak di tempat semula.

- DHINA melempar jauh ke mulut bungkusan yang diambilnya. Kemudian berjalan ke arah meja minum air di gelas.

Ponsel DHINA berbunyi kecil, notifikasi ada pesan masuk ketika DHINA masih menghabiskan minumnya. Setelah selesai minum, DHINA berjalan ke arah sofa, membaringkan badannya, kemudian membuka ponselnya yang ternyata ada balasan dari ELLA.

ELLA (O.S.)

Aduh … ALDO cerita?

DHINA (O.S.)

Bukan ALDO, tapi AIDAN

Layar CU to balasan ELLA

ELLA (O.S.)

Haduh, ya udah terlanjur. Besok pagi Mbak dateng sama bapak sama ibu, sama Aldo juga. Kami bantu jelasin ke Dini, biar kamu nggak diserang sendiri. Nanti mbak coba bujuk dan ngobrol baik-baik ke bapak sama ibu.


DHINA sudah teler tidak sempat membaca balasan ELLA.

CUT TO:


37. INT. TOKO KUE – TAMAN – PAGI

CAST: DINI, DHINA, ELLA, ALDO, BAPAK BAGUS 72th (KAKEK DINI DAN ALDO), IBU WULANDARI 68th (NENEK DINI DAN ALDO)

DINI pergi ke toko karena di dapur tidak ada sarapan yang biasanya DHINA siapkan. Mengira DHINA sengaja tidak menyiapkan karena bersitegang semalam. DINI tersenyum melihat mobil ELLA di parkiran. DINI memasuki toko dengan wajah tersenyum karena tidak mau bersitegang dengan DHINA semalam tercium oleh ELLA dan para PEGAWAI. Namun ruang pemesanan kosong, tidak ada seorang pegawai pun yang biasanya bertugas bersih-bersih. Langkah DINI menuju dapur urung melihat ramai orang di taman. DINI mengenali semua orang di taman (DHINA, ELLA, ALDO) kecuali nenek yang duduk di sebelah DHINA dan kakek dengan mimik marah yang berdiri di depan DHINA, menunjuk-nunjuk DHINA yang terduduk menunduk. 

DINI yang penasaran mengamati dari pintu masuk ke taman. Rasa penasarannya semakin bertambah ketika melihat DHINA menangis. DINI memutuskan bergerak perlahan mendekat ke arah mereka sembunyi di balik saung terdekat dari tempat mereka duduk.

BAPAK BAGUS

Emang dari dulu biang keroknya kamu! (menoyor kepala DHINA)

- ELLA, ALDO, IBU WULANDARI bergerak refleks menyikapi toyoran BAPAK BAGUS

IBU WULANDARI

Jangan begitu Pak! (Kesal)

BAPAK BAGUS

Begitu gimana Bu?! Ibu liat sendiri kan tadi, dia pagi-pagi masih linglung, teler, dulu yaaa yang ngajarin anak kita DHANI yaa dia ini. Lah orang anak nggak jelas asal-usulnya gini. (Menoyor kepala DHINA lagi).

ALDO

Maaf Kek, tapi kan dulu nggak gitu ceritanya. Kayak yang BUNDA ELLA cerita kan justru Om DHANI yang ngajarin Tante DHINA.

ELLA

Iya Pak. ELLA kan udah jelasin ke BAPAK berulang kali, DHANI mulai nyari tahu hal begitu dari dulu sebelum ketemu sama DHINA, DHANI tertekan karena bapak paksa renang. Kalau BAPAK nggak merasa salah dan nyari orang yang bisa BAPAK kambinghitamkan BAPAK boleh salahin ELLA, yang masok poppy ke DHANI dulu temen ELLA yang tinggal di Laos.

BAPAK BAGUS

Tapi buktinya DHANI meninggal setelah nikahin dia toh?

ELLA

Iyaa, tapi justru DHINA dinikahin orang yang udah sekarat, udah putus asa. Racunnya kan membunuh butuh waktu Pak, nggak makan langsung mati.

BAPAK BAGUS

(Menampar ELLA) Kamu nyahut terus mbelain dia, nggak sopan!

IBU WULANDARI

(Berdiri menantang BAPAK BAGUS) Kamu udah tua main tampar anak, tampar aku! jangan tampar anakku! Kan tadi kita udah bicara baik-baik, ke sini mau ambil anaknya DHANI, nggak usah marah-marah gitu loh Pak!

- DINI tercengang mendengar perkataan IBU WULANDARI.

- DINI memasang wajah bingung ingin sekali menghampiri mereka dan membela DHINA, tapi DINI sama sekali tidak mau lagi berurusan dengan semua orang di sana termasuk ALDO.

- DINI memutuskan keluar dari taman dan toko itu. Satu-satunya orang yang sangat ingin DINI temui adalah ADRIANA.

- Tanpa sengaja ALDO yang melihat DINI berjalan di ruang pemesanan langsung mengejarnya.

- ALDO berhasil mengejar DINI dan bertemu di parkiran

ALDO

DIN!

DINI

(Menoleh) Aku ke sekolah duluan, udah siang!

ALDO

Oke, nanti kita ketemu di sekolah.

CUT TO:

38. EXT. SEKOLAH – LORONG KELAS – PAGI

CAST: DINI, TEMAN 1 (PR), TEMAN 2 (PR)

DINI berjalan tergesa di lorong menuju ke kelasnya. Saat itu mendadak semua murid melihat ke arah DINI, kemudian saling berbisik. Tanpa DINI tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Sesampainya DINI di lorong kelasnya, dua orang teman menghampiri DINI. Raut wajah kedua temannya dan suasana kelas saat itu membuat DINI de javu dengan masa SD dan SMPnya.

TEMAN 1

Eh DIN, gue mau klarifikasi aja ya, emang bener Lo anaknya owner toko kue pukul empat?

- DINI tercengang mendengar pertanyaan temannya

TEMAN 2

ANA sih tadi yang cerita, dia sempet dateng tapi terus pergi ke luar, nggak tahu ke mana deh, buru-buru sih tadi.

TEMAN 1

Kata ANA, IBU Lo ngundang kita semua, emang IBU Lo pikir kita bakal dateng? Haha sory yaa nggak dulu!

TEMAN 2

That’s right baby!

- DINI gemetar badannya mendadak mengeluarkan keringat dingin

- DINI melihat ke arah kelas, teman-temannya memasang wajah menghardik dari jendela

- DINI yang semakin gemetar ketakutan berlari meninggalkan sekolah

- Dalam perjalanan DINI merasa sangat sendirian. Setelah AIDAN mengecewakan lebih dulu di Yogya, disusul ALDO di taman toko, ternyata juga ANA di sekolah. Saat itu satu tempat yang terlintas di pikiran ANA hanya “Banyu Nirwana” nama kolam tempat biasa ANA kursus tiap hari Minggu.


CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar