Suami untuk Istriku
15. Bagian #15

68  EXT. TAMAN KOTA – MALAM

Taman kota nampak tak terlalu ramai. Beberapa muda-mudi nampak di beberapa sudut.

Girian berjalan berdua dengan Pipiet di jalan setapak paving. Pipiet memegang lengan Girian, sabil menjatuhkan kepalanya di pundak Girian.

PIPIET
Makasih sudah mau nemenin ke sini sepulang kerja. Abis bete sama kerjaan hari ini.

GIRIAN
Iya, kebetulan pikiranku juga lagi suntuk.

            

Pipiet mengangkat kepalanya.

PIPIET
Kenapa?

GIRIAN
(Mengangkat bahu)
Gak tahu nih...

PIPIET
Soal... Kak Isara ya?

GIRIAN
Hehe, kamu bisa langsung nebak. Ya, memang apa lagi ya?
(Menarik napas panjang)
Kamu kan tahu, aku sudah mencoba dua kali mencarikan dia suami penggantiku. Tapi dua kali itu gak berhasil. Dan tiba-tiba semalam... seorang kawan kami di masa lalu datang begitu saja. Ia keren, benar-benar mirip artis Korea. Dan ia begitu saja mengungkapkan padaku, kalau ia mencintai Isara dan berniat meminangnya...

PIPIET
Bukannya... itu... bagus?

GIRIAN
Ya, memang bagus.
Tapi gak tahu kenapa, semalamamn ini aku malah terus teringat tentang itu.


Pipiet menghentikan senyumnya.

GIRIAN
Dari beberapa ucapan Narai malam itu, sepertinya menyadarkanku...


Pelan-pelan Pipiet melepas pegangan tangannya di lengan Girian..

GIRIAN
Maafkan aku, Piet! Aku tiba-tiba mengingat banyak hal bersama Isara. Banyak sekali. Dan... baru menyadari... kalau hidupku gak pernah... lepas darinya...

PIPIET
Dan Kakak merasa... kalau kawan kakak itu menikahi Kak Isara... kakak akan... merasa sangat kehilangan?


Girian tak menjawab, ia malah menunduk.

Pipiet menelan ludah, menahan air matanya.

PIPIET
Lalu... kalau Kakak gak ingin kehilangan Kak Isara, kenapa kakak masih di sini bersamaku? Bukannya kakak harusnya mengungkapkan itu semua pada Kak Isara?


Girian menatap wajah Pipiet tak percaya.

GIRIAN
Aku...

PIPIET
Jangan pedulikan Pipiet, Kak! Dari awal Pipiet tahu kog, kakak hanya baik pada Pipiet. Kakak gak mau mempermalukan Pipiet di kantin, Kakak juga gak ingin membuat Pipiet sedih dengan menolak setiap ajakan-ajakan Pipiet.
Dari kencan pertama kita... Pipiet tahu kalau ada seseorang di hati Kakak...


Girian masih menatap wajah Pipiet tak percaya.

PIPIET
Jadi Kakak pulanglah! Bilang semuanya sekarang, atau semua akan terlambat!


Girian nampak bimbang.

GIRIAN
Kamu.. gak papa...

PIPIET
Jangan pikirkan Pipiet! I’m ok... Really ok...


Girian menarik napas panjang.

GIRIAN
Maafkan aku, Piet...
I’m... so sorry...


Lalu Girian berbalik dan berlari.

Pipiet memandang tubuh Girian yang pergi dengan air mata berlinangan.                        

PIPIET
(Menangis sesegukan)
Awas aja! Nanti pas Kakak nikahan, Pipiet akan datang dan nyumbang lagu Ditinggal Rabi! Biar viral dan semua orang tahu...


Tapi kemudian Pipiet teringat sesuatu.

PIPIET
Eh, tapi... bukannya Kakak memang sudah nikah yaaa... Trus aku gimana?


Tangis Pipiet tambah keras


CLOSE UP                

PIPIET
Kenapa nasib cewek cantik sebagai pemeran pembantu selalu tragis begini? Huwaaaaa.....


CUT



69  EXT. JALANAN KOMPLEKS – MALAM

Mobil Estillo Girian berhenti. Mobilnya terhalangi dengan parkiran mobil yang penuh di jalan kompleksnya.

Dengan terburu-buru Girian turun. Namun saat akan buru-buru melangkah, Dingding dan Duwil mencegatnya.

DINGDING 
Woi, Gir! Di sini rupanya kamu! Kamu dari tadi dicariin orang-orang!

DUWIL
Iya nih.

GIRIAN
Bentar Ding, Wil! Aku harus...

DINGDING 
Akhirnya kami semua tahu! Kamu memang kawan sejati. Berani berkorban demi kawan. Hebat. Aku salut berteman denganmu...

DUWIL
Betul, kamu kawan sejati!

GIRIAN
Kita ngobrolnya nanti aja, Ding, Wil!

DUWIL           
Ngapain ke sana! Tadi Ranai datang dengan rombongan keluarganya. Ia barusan melamar Isara!


Girian terdiam.

GIRIAN
Apa?

DINGDING 
Lho kamu sangka mobil-mobil ini mobil-mobil siapa? Ini mobil-mobil pengantar lamaran Ranai, Gir...


Girian seketika pucat.

Matanya hanya bisa melihat deretan mobil di jalanan kompleksnya.

CUT



70  INT. CAFE COMICA – MALAM - FLASHBACK

Lanjutan Scene 57.

RANAI
Oya, hampir lupa nanya, apa rumah Isara masih di kompleks perumahan lama seperti dulu?


Girian menarik napas napas dalam-dalam, sebelum akhirnya mengangguk.

GIRIAN
Ya, Isara masih di sana. Dan kebetulan sekali kamu datang, Ran. Aku sebenarnya...


DISSOLVE TO



71  INT. KAMAR GIRIAN – RUMAH ORANG TUA GIRIAN – MALAM

Girian berbaring di kamarnya dalam diam.

Ia membayangkan apa yang terjadi malam itu.

CUT



72  INT. RUANG TAMU – RUMAH ORANG TUA ISARA – MALAM - FLASHBACK

Ranai duduk dengan jas rapinya. Ayah Ranai (50 tahun) dan Ibu Ranai (45 tahun) mengapitnya. Sementara di depannya duduk Papa Isara dan Mama Isara.

AYAH RANAI
Kedatangan kami untuk melamar Nak Isara untuk anak kami...


Papa Isara dan Mama Isara saling berpandangan tak mengerti.

MAMA ISARA
Tapi anak kami sudah...

RANAI
(Menggeleng)
Saya baru bertemu Girian dan ia menceritakan yang sebenernya...


Papa Isara dan Mama Isara masih saling berpandangan tak percaya.

DISSOLVE TO



73  INT. RUANG TENGAH – RUMAH ORANG TUA GIRIAN – MALAM

Mama Girian menarik Papa Girian mendekati kamar Girian.

MAMA
Nak, kamu ndak papa? Sudah lama kamu di dalam, sudah waktunya kamu pulang dan menemui Isara!


Girian tak membalas.

Tak lama kemudian, Isara datang.

ISARA
Malam, Papa, Mama...

PAPA GIRIAN
Dia di dalam sejak tadi...


Isara mengetuk pintu.

ISARA
Gir, kita harus bicara!


Tak ada tanggapan, namun tak lama kemudian pintu terbuka.

Isara segera masuk dan menutup pintu.


CUT


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar