Suami untuk Istriku
9. Bagian #9

36  EXT. SEBUAH RUMAH POHON – SIANG - FLASHBACK

Isara Kecil menerima 5 kawannya datang ke rumah pohon. Ada Dingding Kecil, Sri Kecil (Masih dengan penutup mata bak superhero), Girian Kecil, Duwil Kecil, dan Ranai Kecil.

ISARA KECIL
Asyik kan?


Dingding Kecil, Sri Kecil, Girian Kecil, Duwil Kecil, dan Ranai Kecil melihat semua sudut rumah pohon dengan antusias.

DINGDING KECIL
Waaaah, asyiknya.

DUWIL KECIL
Kita jadi seperti monyet.

DINDING KECIL
Kamu aja yang monyet, yang lain burung aja, weeek...

DUWIL KECIL
Kamu cocok jadi raja monyetnya!

ISARA KECIL
Heh, heh, heh! Sesama monyet gak boleh rame...

SRI KECIL   
Cocok jadi markas superhero...


Dingding Kecil dan Duwil Kecil saling bersikutan.

ISARA KECIL
Kalian boleh bermain di sini. Semuanya ada di sini. Ada mainan...
(ia menunjukkan sekotak mainan)
Ada makanan...
(ia menunjukkan makanan di meja kecil)
bahkan ada tivi...

DINDING KECIL
Tivi? Mana tivinya?
(ia melempar pandangan ke seluruh sudut rumah pohon, dan tak ada TV apa pun)


Isara segera menyibak jendela, dan terlihatlah televisi dari ruang tengah.

ISARA KECIL
Itu...
(Ia menunjuk ke situ)

DINGDING KECIL
Yeee, kirain...

ISARA KECIL
Tapi ada satu syaratnya supaya kalian bisa di sini.
Kalian harus jadi anak buahku!


Dingding Kecil, Sri Kecil, Girian Kecil, Duwil Kecil, dan Ranai Kecil nampak kaget.

DINGDING KECIL
Asal makanannya lengkap sih gak papa. Tapi ini kurang lengkap belum ada bakso, siomay...
(melirik pada yang lainnya)

DUWIL KECIL
Iya, betul...

ISARA KECIL
Nanti kubeliin semua, kalo lewat...

SRI KECIL
Kalau aku sih, setuju aja. Ini seperti markas superhero yang kuidamkan...


Tiba-tiba suara penjual bakso terdengar dari luar.

DINGDING KECIL
Itu dia baksonya! Yeaay!


Dingding Kecil melongok ke bawah.

DINGDING KECIL
Pak bakso, satu...

DUWIL KECIL
Aku juga satu, Pak.


Sri Kecil, Girian Kecil, Ranai Kecil segera ikut-ikutan memesan.

Isara hanya diam menggaruk kepalanya.

ISARA KECIL
Aku pemimpinnya, tapi kog aku yang beliin bakso sih?

CUT TO



37  INT. RUANG KERJA GIRIAN - KANTOR GARIS ARSITEKTUR – SIANG

Suasana Kantor Girian nampak hening, semua orang nampak bekerja di mejanya masing-masing.

Girian sibuk menggarap desain bangunan di komputernya dengan Autocad.

Saat selesai, ia menyenderkan punggungnya di kursi.

GIRIAN (V.O.)
(Tiba-tiba menarik napas panjang) Apa lagi ya yang harus kulakukan? Apa aku harus mencari calon lainnya? Rasanya cuma itu yang bisa kulakukan...


Pimpinan perusahaan Pak Candra (50 tahun) dan wakilnya Ibu Suzanna (35 tahun) melewatinya. Keduanya tersenyum senang...

GIRIAN (V.O.)
(Mengepalkan tangan di depan komputer)
Lalu siapa lagi yang bisa kudatangi? Sudah beberapa hari ini diingat-ingat, kayaknya gak ada lagi cowo yang disukai Isara. Bentar... hmmm... siapa yaaa....


Pak Candra dan Ibu Suzanna yang sudah berada di ujung ruangan berbalik melihatnya.

PAK CANDRA
Benar-benar pegawai teladan... Sepertinya tiada hari tanpa memikirkan pekerjaan sampai seperti itu...
IBU SUZANNA  
Betul, Pak, dedikasi Mas Girian memang luar biasa...


Pak Candra dan Ibu Suzanna berlalu.

Seiring itu, sesuatu terlintas di kepala Girian. Ia menjentikkan jarinya.

GIRIAN (V.O.)
Ah, aku ingat juga seseorang!

CUT



38  INT. RUANG KERJA RIGA & BARIE – KANTOR GARIS ARSITEKTUR – SIANG

Girian masuk ke dalam ruangan, dan mendekati meja di mana Riga dan Barie duduk.

RIGA
Ngapain ke sini?
(Setengah berbisik)

GIRIAN 
Aku sudah menemukan orang yang harus kumintain tolong lagi!

RIGA
Buset, kalau mau ngomongin itu, nunggu istirahat nanti!
(Masih berbisik, dan memberi tanda ke ujung ruangan dnegan kepalanya)

BARIE
Itu ada bos...


Girian melirik ke depan. Pak Candra dan Ibu Susanna tengah berbincang di sebuah meja, tersenyum padanya.

GIRIAN 
Gak papa. Mereka ramah kog.

RIGA   
Ramah gundulmu! Aku dan Barie ini dipindahi ke sini, supaya bisa diawasi tau!
(Setengah berbisik)

GIRIAN 
Masak sih? Kukira karena kalian naik pangkat...

RIGA
Naik pangkat, Mbahmuu!
(Setengah berbisik)


GIRIAN
Oh iya, nyambung yang tadi...
Aku baru ingat kalau Isara pernah ngefans banget sama seorang penyanyi cafe zaman dulu. Kalau gak salah namanya Deradaya...

BARIE
Buset, namanya kog kayak nama artis India?
(Setengah berbisik)

GIRIAN 
Dulu, ia cukup ngetop. Seringnya nyanyi di Cafe Falling Star. Kalau gak salah lagunya judulnya Badak... Iramanya hmmm... Kau panggil aku, Badaaak....

BARIE
Itu Gajah yaaa! Kog kamu ngelantur di depan bos kayak gini Gir? (Setengah berbisik)

GIRIAN 
Wah, aku lupa, Badak atau Gajah, yang pasti Isara ngefans banget sama dia...


Girian setengah menerawang. Ia tersenyum kecil.

CUT



39  EXT. RUMAH ORANG TUA ISARA – MALAM - FLASHBACK

Girian beberapa kali melempar batu ke kaca jendela kamar Isara.

Tapi tak ada respon.

GIRIAN
Ih, kebo banget sih kalo tidur!


Girian mulai memanjat pohon yang cabangnya mendekati jendela kamar Isara.

Girian mengetuk jendelanya, dan gak lama Isara membuka jendelanya.

ISARA
Ngapain sih, Gir?


Girian yang masih berada di ambang jendela, bengong melihat kamar Isara penuh dengan poster-poster Deradaya.

GIRIAN
Gak jadi ah! Langsung mules perutku...!

DISSOLVE



40  EXT. CAFE SHOOTING STAR – MALAM - FLASHBACK

Isara berlari sambil menarik tangan Girian menuju Cafe Shooting Star.

ISARA
Ayooo! Lambat banget sih!

GIRIAN
Bukan lambat! Aku males aja ke sini!


Pintu masuk cafe nampak ramai. Beberapa orang anak muda nampak mengantri masuk.

ISARA
Wah, sudah ramai...

GIRIAN
Kalo gitu, yuk pulang aja...


Isara menarik Girian lagi untuk berlari ke samping cafe. Dari dinding kaca hitam mereka bisa melongokkan kepala ke situ, dan melihat isi cafe.

ISARA
Dari sini bisa kelihatan!

GIRIAN
(Ikut mengintip ke kaca)
Yaelah, jauh begitu! Lah ini apa sih yang nutup-nutupin di kaca?

ISARA
Hihi... itu pantatnya petugas soundnya!

DISSOLVE



41  INT. CAFE SHOOTING STAR – MALAM - FLASHBACK

Di sebuah cafe yang penuh pengunjung. Isara menyeruak di antara penonton, diikuti Girian dari belakang.

GIRIAN
Tunggu, Is!


Tapi Isara seperti gak menggubris, ia terus berjalan.

Beberapa kali Girian haruis meminta maaf pada beberapa pengunjung yang kakinya terinjak.

GIRIAN
Maaf! Maaf!
(Celingukan mencari Isara)
Mana sih anak itu?
(Suaranya nyaris menyerah)


Akhirnya Girian berhasil sampai juga di sebelah Isara yang telah berdiri di depan.

ISARA
(Melirik)
Kog lama amat?

GIRIAN
Kamu yang cepet banget!


Isara tak lagi mennggubris, ia sudah kembali memusatkan pandangannya ke arah panggung.

Mata Isara berbinar melihat Deradaya sedang beraksi di sana.

DERADAYA
(Bernyanyi)
Angin malam/ Tampar diriku saja/ Ingatkan diriku/ Jangan menangis/ Karena kamuuuuuu...
(Menunjuk ke arah Isara)


Isara langsung histeris.

ISARA
Aaaaaaaaaaa!


DISSOLVE

BACK TO CUT



42  INT. RUANG KERJA RIGA & BARIE – KANTOR GARIS ARSITEKTUR – SIANG

GIRIAN 
Bantu cari infonya, Ga!

RIGA
Tau ah! Pergi dulu deh, keringet dingin ini dilihatin bos mulu!


Girian mengangkat bahu dan berlalu.

Di meja Pimpinan perusahaan, Pak Candra dan Ibu Suzanna melihat kepergiannya

PAK CANDRA
Anak itu, di saat sebentar lagi waktu istirahat, masih saja membicarakan pekerjaan... benar-benar luar biasa semangatnya...

IBU SUZANNA  
Betul, Pak, dedikasi Mas Girian memang gak ada lawan...

CUT 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar