Suami untuk Istriku
13. Bagian #13

56  EXT. – CAFE COMICA – MALAM

Sebuah cafe gak terlalu besar, dan gak terlalu ramai.

CUT


57  INT. – CAFE COMICA – MALAM

Girian duduk sendirian di meja paling ujung.

Di depannya ada beberapa comic sedang melakukan Open Mic. Beberapa penonton terlihat memenuhi meja bagian depan.

COMIC 1            
Pacar gue suka dicium bibirnya. Tapi satu kali dia lupa ngebersihin giginya. Ada sayurnya masih nempel. Gua sebagai cowok gentlemen, gak tega dong bilang itu ke dia, takut bikin malu. Ntar dia nguncup kayak putri malu, dan gak bangun-bangun lagi! Jadi satu-satuunya cara adalah saat kita ciuman, gue lumat bibirnya. Tahu gak hasilnya apa? Bibir gue besoknya langsung operasi. Ternyata yang ijo-ijo itu bukan sayur, tapi behel...


Suara tawa dan tepuk tangan terlihat meriah, tapi di mejanya Girian hanya diam saja di kursinya.

GIRIAN (V.O)       
Ini yang namanya gundah gulana. Saat di sekeliling kita suasananya gembira, kita tetap merasa seorang diri saja...


Girian mengaduk-aduk kopinya.

GIRIAN (V.O)
Apa lagi ya yang harus kulakukan? Sudah berupaya mencari dua laki-laki kemarin, tapi gak berhasil, apa aku harus nyari yang ketiga?


Di depan terjadi kehebohan, seorang comic dilempari botol.

Di saat itulah, tiba-tiba seorang cowok cakep mendekati Girian, ia adalah Ranai (25 tahun)

RANAI
Girian?
(nadanya tak yakin)
Kamu... Girian? Yang dulu di perumahan Sembako Indah?

GIRIAN
Yaaa...
(Mencoba mengenali, tapi tak bisa) Kamu siapa ya?

RANAI
Masak kamu gak ingat? Aku aja ingat wajahmu, walau kamu sedang tanpa ingus ijo!

GIRIAN
(Terpaksa nyengir)
Siapa ya?

RANAI
Aku, Narai! Teman kecilmu di kompleks dulu! Kita sering segeng!

GIRIAN
Ra... nai?

RANAI
Masak masih gak inget? Ih, kebangetan. Aku ini anak paling baik di geng kita, aku pendiam dan gak pernah macam-macam!


Mulut Girian membentuk huruf O.


INSERT:

Potongan Scene 19 di mana Ranai Kecil terlihat dalam diam.  


Mulut Girian membentuk huruf O.


INSERT:

Potongan Scene 36 di mana Ranai Kecil terlihat dalam diam.  


Mulut Girian membentuk huruf O semakin panjang.


INSERT:

Potongan Scene 53 di mana Ranai Kecil terlihat dalam diam.  


Mulut Girian membentuk huruf O semakin tambah panjang.

GIRIAN
Kamu... yang selalu berdiri di pinggir, dan gak pernah bicara apa-apa?

RANAI
Hahaha... iya betuul. Syukurlah kamu ingat.

GIRIAN
Gak nyangka... kamu jadi seperti ini sekarang?
(Menatap dari ujung kaki ke ujung rambut)
Kamu berubah banget. Nyaris gak ada dulu-dulunya! Ayo duduk, Ran!
Ranai duduk di depan Girian.

RANAI
(Tertawa)
Yaaa, memang banyak yang beruba. Tapi soal wajah, mungkin karena aku... sempat operasi juga...

GIRIAN
Hah, operasi?

RANAI
Panjang sih ceritanya kalau mau diceritain?

GIRIAN             
Kita punya banyak waktu malam ini.

RANAI
Hmmm... jadi kamu kan tahu masuk SMP aku pindah ke Jakarta. Sebenarnya selang setahun, papa mama pindah ke Korea.

GIRIAN
Korea?

RANAI
(Mengangguk)
Itulah kenapa kemudian aku masuk agency...

GIRIAN             
Agency kayak... SM Entertainment itu? Bighit?

RANAI
(Tertawa)
Itu kamu tahu...

GIRIAN
Ya, cuma tahu-tahuan aja

RANAI
(Tertawa)
Itulah... aku dulu memang sempat pengen jadi idol. Secara suaraku kan gak jelek-jelek amat. Nah, aku pun kemudian jadi trainee. Di situ aku juga belajar tentang kepribadian. Kenapa aku sekarang gak pendiam lagi, dan malah suka bicara, hahaha...

GIRIAN
Duh, ceritamu benar-benar tak terbayangkan!

RANAI
Ya, begitulah. Tempat di mana kita tinggal memang mempengaruhi kehidupan kita.

GIRIAN
Lalu kenapa kamu gak jadi idol?

RANAI
Ya, sebenarnya aku sempat jadi trainee selama 5 tahun, tapi akhirnya kuputuskan keluar.

GIRIAN
Kenapa?

RANAI
Seperti yang kubilang tadi, kalau nyanyi suaraku gak jelek-jelek amat,. Tapi soal dancenya...

GIRIAN
Kamu gak bisa dance? Kan bisa belajar!

RANAI
(Menggeleng)
Gak seghampang itu. Badanku itu kadung kaku. Apalagi, setiap belajar dan ada gaya yang megang-megang titid... aku selalu ketawa karena gak bisa nahan geli...

GIRIAN
Maksudmu... gaya yang megang-megang titid?


INSERT

Grup EXO pas performace di salah satu dancenya para anggotanya megang-megang titid.

GIRIAN
Hmmm, atau kayak pas Michael Jackson dance dan teriak ‘yihaaa!’


Girian hanya bisa mangut-mangut.

RANAI
Nah pas latihan itu aku selalu ngakak, dan nggaggu anggota lainnya. Akhirnya... aku dikeluarin!

GIRIAN
Ah, sayang juga, kamu ngilangi kesempatan jadi idol...

RANAI
Gak papa, itu pelajaran buatku. Setidaknya karena gak trainee lagi, aku bisa kembali ke sini...


Minuman pesanan Ranai datang.

GIRIAN
Lalu apa rencanamu di sini?

RANAI
Cuma satu aja sih. Aku pengen ketemu Isara!
Girian yang tengah meminum minumannya, nyaris keselek. Ranai cuma ketawa melihatnya.

RANAI
Aku tahu kamu pasti kaget! Karena memang gak ada yang tahu, dan aku gak pernah bilang pada siapa-siapa juga. Tapi sejak dulu sampai hari ini... cuma dia yang selalu ada di sini...
(Menyentuh dada di mana letak hati berada)

GIRIAN
Kamu... serius?
(Tak percaya)

RANAI
Kenapa aku bercanda? Ini sudah hampir 10 tahun, dan perasaan dulu itu gak berubah. Aku juga mikirnya akan berubah selama di Korea. Tapi bertemu gadis-gadis cantik di sana, selalu gak nyambung. Bahkan ngomong pun mereka itu seperti sedang berakting. Itulah kenapa, aku selalu mikir Isara jadinya.
Kamu kan tahu bagaimana dia... Caranya memanjat pohon mangga, caranya ngejar layangan... dan caranya melindungi kita... 


Girian masih diam memandangi Ranai.

GIRIAN
Caranya melindungi kita...
(setengah berbisik...)

RANAI
Ya, itu. Hanya dia perempuan yang memperhatikan kita melebihi siapa pun? Tanpa pernah berusaha meminta kita melakukan hal yang sama? Kamu merasa begitu juga, Gir?


Girian tak bisa menjawab.

RANAI
Aku bahkan mikir... siapa pun yang bisa hidup bersamanya, ia akan baik-baik saja.
Makanya aku berniat menjadi pendampingnya, agar aku juga bisa menjaga dia, agar baik-baik selalu, sama sepertiku...


Girian masih diam memandangi Ranai. Kali ini tanpa berkata-kata lagi.

RANAI
Oya, hampir lupa nanya, apa rumah Isara masih di kompleks perumahan lama seperti dulu?


Girian masih diam, dan masih memandangi Ranai.

CUT 



58  INT. RUANG TENGAH - RUMAH ORANG TUA GIRIAN – MALAM

Girian masuk ke dalam rumah.

Papa dan mama yang sedang menonton TV, terlihat kaget.

MAMA GIRIAN        
Lho, kamu kenapa pulang ke sini?

GIRIAN
Ada yang mau diambil, Ma.


Girian melanjutkan langkah masuk ke kamarnya, dan langsung menutup pintu.

Mama Girian bangkit dan menarik Papa Girian untuk mendekati kamar Girian.

MAMA GIRIAN   
Sayang, kamu ndak papa kan? Gak ada... masalah dengan Isara?

GIRIAN (S.O)       
Gak ada apa-apa, Ma. Girian cuma mau istirahat sebentar!

MAMA GIRIAN        
Sayang, kalau lagi marahan... jangan menghindar ya! Dulu Mama dan Papa juga sering bertengkar waktu muda, dan mama selalu mengutamakan dialog...

PAPA GIRIAN        
(Menoleh heran)
Bukannya mama kalau marah selalu pulang ke rumah ibu, dan harus dirayu berhari-hari supaya mau pulang?

MAMA GIRIAN        
Papaaaa!
(Mendelik)

GIRIAN (S.O)       
Gak ada apa-apa kog, Ma. Tenang aja. Bentar lagi juga aku pulang!


Suara tape dari dalam kamar terdengar mengeras.

Mama Girian dan papa Girian hanya bisa mengangkat bahu.

CUT



59  INT. KAMAR GIRIAN – RUMAH ORANG TUA GIRIAN – MALAM

Girian berbaring di kasurnya.

GIRIAN (V.O)
Kenapa jadi seperti ini?


Girian menerawang, dan kata-kata Ranai kembali terngiang...

INSERT

Suara Ranai di Scene 57

RANAI (O.S.)
Ya, itu. Hanya dia perempuan yang memperhatikan kita melebihi siapa pun? Tanpa pernah berusaha meminta kita melakukan hal yang sama? Kamu merasa begitu juga, Gir?

GIRIAN (V.O)
Kenapa aku... jadi seperti ini?


Kembali kata-kata Ranai kembali terngiang...

INSERT

Suara Ranai di Scene 57

RANAI (O.S.)
Aku bahkan mikir... siapa pun yang bisa hidup bersamanya, ia akan baik-baik saja.
Makanya aku berniat menjadi pendampingnya, agar aku juga bisa menjaga dia, agar baik-baik selalu, sama sepertiku...


Girian meremas rambutnya.

CUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar