Perjalanan Dinas (Bagian 1: Bandung-Cirebon)
15. SUMEDANG - 2

98. (SUMEDANG) EXT. JALAN RAYA — DAY


Fitra, Christie, dan Gya hanya bisa mematung melihat pemandangan di depannya. Pemuda begal tersebut menjadi bulan-bulanan massa yang beringas. Pukulan dan tendangan bertubi-tubi menghunjam tubuh pemuda tersebut. Berpadu dengan rintihan dan tangisan si pemuda. Dan jalan raya kembali terkena cipratan darah.


SFX: PRIIIITTT! (suara peluit)


Kerumunan perlahan merenggang. Pukulan dan tendangan pun mereda.


SFX: PRIIITTT!!!


OS
BUBAR! BUBAR


Dan tak lama, datang sepasukan polisi. Sebagian berseragam dan sebagian lainnya berpakaian preman.


POLISI 1
BUBAR!


CUT TO


99. (SUMEDANG) EXT. JALAN RAYA — DAY


Kerumunan orang mulai melangkah mundur dari tubuh si pemuda yang tergeletak tak berdaya.


POLISI 2
(mencengkeram lengan si pemuda) Ayo ikut!


Tangan pemuda itu diborgol ke belakang. Ia kemudian diseret menjauh.

Salah seorang polisi mendekati pria paruh baya yang tergeletak, lalu berjongkok dan memeriksanya. Pria itu tampak merintih.


POLISI 3
(mengambil handy talky) Kirim ambulans.


ESTABLISH: Kerumunan perlahan bubar. Orang-orang kembali ke kendaraannya masing-masing.


Zoom out.


DISSOLVE TO


100. (SUMEDANG) EXT./INT. JALAN RAYA — DAY


Mobil kembali melaju menyusuri jalan yang berkelok-kelok. Kondisi lalu lintas kini sudah semakin lengang. Mobil bisa dipacu lebih cepat lagi. Sisi kiri berupa tebing, sementara sisi kanannya berupa jurang. Pohon-pohon tinggi masih menghiasi jalan.

Di dalam mobil tidak ada yang berbicara. Christie (duduk di belakang), Gya (duduk di depan), dan Fitra (di kursi kemudi) tampak terdiam dengan tatapan seolah kosong. Fitra tampak begitu berkonsentrasi dengan jalan di depannya. Meski demikian, raut gelisah tetap terlihat. Beberapa kali ia mengusap wajahnya seperti menghapus air mata.

Tampak di depan, terdapat papan penunjuk arah yang tertulis arah Cirebon adalah ke kiri (tanda panah). Fitra menyalakan lampu sign kiri dan berbelok. Mobil kembali menyusuri jalan di antara hamparan sawah yang luas. Sesekali, mobil berpapasan dengan truk.


CUT TO


101. (SUMEDANG) INT. JALAN RAYA — DAY


Gya memperhatikan jalan, lalu menoleh ke Fitra.


GYA
Cirebon, Fit?

FITRA
(menoleh) Eh?

GYA
Tadi kamu ngikutin arah ke Cirebon.

FITRA
(seperti tersadar) Oh, iya. (memelankan kendaraan) Kayaknya ini jalan alternatif. Tadi aku cuma pengen menghindari keramaian aja. (menoleh ke Gya) Kalo logikaku bener, harusnya ada jalan ke arah kanan, ke kota Sumedang.


Gya segera memeriksa GPS di ponselnya.


CU: tampak tangan Gya melakukan gerakan cubitan keluar di layar ponselnya, tampak tampilan jalan yang semakin membesar dan jelas keterangannya


GYA
Iya. Bener. Itu nanti di depan ada belokan ke kanan. (menoleh) Lewat Sumedang?

FITRA
Aku cuma ngikutin jalan besar sebenarnya. (menoleh, lalu tersenyum) Jangan khawatir. Dulu pas aku pertama kali mudik naik mobil dari Bandung ke Yogya, aku nggak pakai GPS sama sekali, cuma berbekal peta, tapi nggak nyasar, kok.

CHRISTIE
Namanya juga orang perencanaan wilayah, kemampuan spasialnya pasti bagus.


Fitra menoleh sekilas. Christie tersenyum. Fitra pun balas tersenyum, kemudian kembali berkonsentrasi dengan jalan di depan.


CUT TO


102. (SUMEDANG) INT./EXT. JALAN RAYA — DAY


Sebuah belokan ke kanan terlihat. Fitra menyalakan lampu sign kanan, lalu membelokkan kemudi ke kanan. Mobil pun berbelok.

Lajur jalan terlihat sempit, hanya bisa dilalui dua kendaraan. Terlihat bukan merupakan jalan utama. Jalan tersebut lurus dan datar, diapit oleh sawah yang menghampar di kiri dan kanannya.

Fitra terlihat celingukan, kemudian menyalakan lampu sign kiri dan menepikan mobil begitu bertemu sempadan yang cukup lebar.


FITRA
Istirahat dulu, ya?

GYA
Mau gantian?

FITRA
(mengangguk) Boleh. Tapi, mobilnya istirahat dulu.


Fitra membuka pintu mobil dan keluar. Disusul Gya dan Christie.


CUT TO


103. (SUMEDANG) EXT. PINGGIR JALAN — DAY


Christie keluar dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi untuk merenggangkan otot. Ia melihat pemandangan di depannya. Tampak sawah luas terhampar. Sinar matahari yang mulai condong membuat hamparan sawah terlihat berkilau keemasan.

Christie lalu duduk di atas tanah sambil matanya tetap memandang hamparan sawah. Tak lama, Fitra ikut duduk di samping kanannya. Christie menoleh, tetapi pandangan Fitra tetap lurus ke depan seolah tidak peduli dengan keberadaan Christie. Christie pun kembali menatap hamparan sawah di depannya.

ESTABLISH: suasana pinggir jalan di pinggiran sawah, tampak hamparan sawah membentang, berkilauan keemasan sinar matahari yang mulai condong ke barat


CUT TO


104. (SUMEDANG) EXT. PINGGIR JALAN — DAY


Christie dan Fitra sama-sama duduk di pinggir jalan sambil menatap hamparan sawah. 


FITRA
Bu…. (pelan)


Christie menoleh. Dilihatnya Fitra yang masih memandang lurus ke depan.


FITRA
Tadi … saya … takut…. (terdiam)


Christie menatap Fitra lekat. Fitra kemudian tampak menunduk. Sebelah tangannya mengusap mata. Dan kembali terlihat mata Fitra yang memerah dan basah karena air mata.


CUT TO


105. (SUMEDANG) EXT. PINGGIR JALAN — DAY

Christie kembali menatap hamparan sawah di depannya. Ia menghela napas.


CHRISTIE
Maafkan saya, Fit. Kamu jadi terlibat. (tangan kanannya menyentuh pundak Fitra)


Fitra merapatkan lutut dan membenamkan wajahnya di antara lutut.


CHRISTIE
Hidup itu … memang seperti perjalanan dengan alur yang tidak diduga. (menoleh ke Fitra, tersenyum, lalu kembali menatap sawah di depannya)


Fitra menengadah dan kembali menatap hamparan sawah.


CHRISTIE
Tapi tenang aja, Fit. (menepuk-nepuk pundak Fitra)


Fitra menoleh.


CHRISTIE
(tersenyum) Saya nggak akan meninggalkan kamu. Atau siapapun.


Fitra mengernyit.


CHRISTIE
Termasuk … teman-teman kita. 500 pegawai di kantor kita. Kita semua sedang melakukan “perjalanan”. Entah bakal seperti apa ke depannya. Tapi … saya tidak akan meninggalkan kamu atau siapapun.


Fitra menunduk.


CHRISTIE
Itu janji saya sebagai seorang pimpinan. Kita akan lalui ini bareng-bareng. Ya? (tersenyum)

GYA
Ekhem…. (berdiri di belakang Christie dan Fitra)


Christie dan Fitra menoleh.


CUT TO


106. (SUMEDANG) EXT. PINGGIR JALAN — DAY


Gya tersenyum-senyum melihat Christie dan Fitra.


GYA
Aih … yang balikan. Ekhem. Ciyeeee … gitu dong. Dari tadi berantem terus. (terkikik)

CHRISTIE
Dih … apaan, sih? (berdiri)

FITRA
Tahu, tuh! (ikut berdiri)

GYA
Weits! Kompak bener! Gitu dong. Atasan sama bawahan, harus kompak! (mengacungkan kedua jempolnya)


Christie berjalan mendekati Gya, kemudian mendorong pelan pundaknya. Gya tertawa.


GYA
Mau jalan sekarang? (menadahkan tangannya ke hadapan Fitra)

FITRA
Boleh. (menyerahkan kunci mobil)

GYA
Yuk.


Ketiganya kembali masuk mobil. Gya dan Fitra di depan. Christie di belakang.


CUT TO


107. (SUMEDANG) INT. JALANAN — DAY


Gya memasukkan kunci mobil ke kontaknya. Lalu memutar ke kanan. Terdengar suara mesin menyala. Suaranya agak lemah. Gya tampak heran, lalu menoleh ke Fitra. Dilihatnya Fitra seperti tidak peduli. Gya pun tidak bertanya apa-apa dan langsung melajukan mobil.

Mobil kembali melaju menembus jalan di tengah-tengah sawah. Jalanan tampak sepi dan hanya sesekali berpapasan dengan kendaraan lain dari arah berlawanan.

Sawah mulai berganti dengan bangunan di kiri dan kanan jalan. Tak lama, tampak beberapa angkot yang berhenti di pinggir jalan. Semakin lama, kendaraan-kendaraan lain semakin terlihat. Mobil akhirnya berhenti ketika lampu lalu lintas di persimpangan menyala merah.


GYA
Ini berarti ke kiri, ya?

FITRA
(memegang ponsel Gya) Iya. Ke kiri.


CUT TO



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar