Perjalanan Dinas (Bagian 1: Bandung-Cirebon)
13. CILEUNYI - 2

84. (CILEUNYI) INT. JALAN RAYA — DAY


Fitra memegang kemudi dengan gelisah.


CHRISTIE
Jangan egois, Fit. Kepentingan negara, kepentingan organisasi, di atas kepentingan pribadi. (tegas)


Fitra masih menatap ke depan. Namun, air mukanya sudah tidak keruan.


CHRISTIE (CONT’D)
Saya ditugaskan untuk mengawal perpindahan. Mulai dari menyusun organisasi, hingga nge-plot orang-orangnya. Itu bukan pekerjaan mudah. (PAUSE) Teman-teman semuanya juga bekerja keras. Entah apa yang mereka rasakan, tapi mereka semua hanya melaksanakan tugas.


Fitra menghela napas. Ia benar-benar sudah merasa tidak nyaman.


CHRISTIE (CONT’D)
Kalau kamu mau tahu, DIPA sampai sekarang belum turun dan nggak tahu bakal turun kapan karena organisasinya juga masih belum jelas. Kami, semua yang ada di kantor, banyak yang berkorban sampai keluar uang pribadi.


Fitra terdiam.


CHRISTIE (CONT’D)
Coba kamu pikirkan itu baik-baik.

GYA
(tiba-tiba masuk) Ada demo!


Christie dan Fitra sontak menoleh.


GYA
Tadi aku ketemu sama polisi yang jaga. Katanya ada demo. Demo besar-besaran. Macetnya sampai ke sini.

FITRA
Demo apa, Mbak?


CUT TO


85. (CILEUNYI) INT. JALAN RAYA — DAY


Napas Gya masih ngos-ngosan. Ia kemudian mengambil botol air mineral dalam kemasan yang ditaruh di kantong pintu, kemudian meminum isinya.


GYA
Demo buruh.

FITRA
Oh, iya! Di Rancaekek ada pabrik. Demo soal apa, Mbak?

GYA
(mengangkat bahu) Demo buruh biasanya nggak jauh-jauh dari urusan UMR, kan?

CHRISTIE
Nah! (menyambar) Yakin kamu mau resign, Fit? Yakin kamu bisa menemukan kerjaan yang sama enaknya kayak jadi PNS? (sinis)


Raut wajah Fitra menegang. Ia menghembuskan napas kuat-kuat. Ekspresinya kini kesal.


CHRISTIE
Kamu cuma bakal pindah kementerian. Bukan dipecat. Dan dipindah ke manapun, tetap dapat gaji. Gaji PNS masih lebih gede dari UMR buruh. Ya, kan?

FITRA
(memotong) Terus saya harus diam saja meski saya diperlakukan tidak adil?

CHRISTIE
Nggak adil? Nggak adil di mananya?


CUT TO


86. (CILEUNYI) INT. JALAN RAYA — DAY


Kendaraan yang ditumpangi Christie, Gya, dan Fitra masih tidak bergerak. Terjebak macet di siang hari yang panas. Deru kendaraan yang terdengar dari luar semakin menambah suasana panas.


CHRISTIE
Nggak adilnya di mana, Fit?

FITRA
Ya nggak adil! Saya masuk Kementerian Infrastruktur dengan sah. Melalui ujian yang fair. Tanpa NYOGOK! Lalu tiba-tiba seenaknya dipindahkan ke instansi lain yang bentuknya aja belum ada, orang-orangnya pun masih pada tarik ulur.

CHRISTIE
Menjadi PNS itu harus bersedia ditempatkan di mana saja, kan?

FITRA
(menoleh ke belakang) Bersedia ditempatkan di mana saja … atau bersedia diperlakukan apa saja? (ketus)


Gya tampak terkejut melihat Fitra.


FITRA
Saya tidak pernah memilih ditempatkan di Ditjen Perencanaan Wilayah. Tapi saya tidak protes. Apa itu belum cukup? (kembali membalik menghadap depan)


Christie ganti terdiam.


FITRA
Kepentingan negara? Kepentingan organisasi? Ayolah! Apa mentang-mentang saya cuma staf biasa terus dikira saya nggak tahu apa-apa?


Fitra kembali menoleh ke belakang. Christie tampak melempar pandangan keluar sehingga tidak bertatapan dengan Fitra. Fitra kembali menghadap ke depan.


FITRA
Orang-orang yang berkuasa di Ditjen Perencanaan Wilayah itu eksklusif. Merasa beda sendiri dengan yang lain. Dan…. (menoleh lagi ke belakang) Saya pernah dengar Pak Ferdi ngomong pengen jadi menteri. SUMPAH! Dan saya yakin bukan hanya saya yang mendengar karena dia ngomong gitu di saat rapat, di depan acara penerimaan CPNS, dan saya yakin Bu Christie juga mendengarnya. (nyaris berteriak)


Gya kembali terkejut dengan sikap Fitra. Wajahnya ikut tegang.


FITRA
(kembali menghadap depan) Sekarang, tolong yakinkan saya. Pemisahan ditjen itu demi kepentingan negara, demi kepentingan organisasi, atau … (menoleh lagi ke belakang) hasil lobi orang-orang ambisius yang punya kepentingan tertentu?


CUT TO


87. (CILEUNYI) EXT./INT. JALAN RAYA — DAY


Beberapa orang tampak berada di jalan raya, keluar dari kendaraan masing-masing. Mereka gelisah karena kendaraan tidak maju-maju.

Sementara itu, suasana di dalam mobil Fitra masih tegang.


CHRISTIE
Mikirmu kejauhan.

FITRA
Kejauhan? Kenapa? Karena saya cuma staf kroco? Karena saya cuma staf kroco, lalu saya harus nurut? Sebaliknya, kalau yang ngomong itu pejabat dan penguasa, mau sengawur apapun tetap saja dicari-cari pembenarannya?


Gya hanya terbengong-bengong melihat kedua temannya bertengkar hebat. Wajahnya tampak bingung.


CHRISTIE
Apa yang terjadi di kantor…. (PAUSE) (seperti kehilangan kata) Itu hanya bagian dari pelaksanaan aturan.

FITRA
Aturan? Kalau betul itu untuk melaksanakan aturan, kenapa banyak yang minta pindah? (menoleh ke belakang) Berarti aturannya salah, kan?

CHRISTIE
Fit….

FITRA
Berapa kali ruang kepegawaian kena labrak? (memukul kemudi)


Gya tersentak kaget ketika kemudi dipukul.


FITRA
Betul, kan? Kepegawaian kena labrak setiap hari, kan? Dan kalian masih saja berpikir tidak ada yang salah dengan itu semua? (menoleh ke belakang)

GYA
Eh … Fit … itu kayaknya udah mulai jalan.


Fitra kembali menghadap depan. Dilihatnya, kendaraan mulai melaju perlahan. Ia pun segera menyalakan mesin, menyalakan AC, dan menutup jendela. Lalu, ia memindahkan perseneling ke D dan mobil mulai melaju perlahan.


CUT TO


88. (CILEUNYI/SUMEDANG) EXT./INT. JALAN RAYA — DAY


Kendaraan akhirnya kembali bergerak. Begitu juga mobil yang dikendarai Fitra. Hanya saja, ketika sampai di “U-Turn”, polisi yang berjaga malah menyuruh kendaraan-kendaraan untuk lurus saja menuju Sumedang.

Fitra tampak bingung, tetapi ia tidak bisa berhenti. Matanya mencari putaran di depannya lagi. Namun, jangankan putaran, bahkan kendaraan yang menuju arah sebaliknya masih tertahan tidak bergerak.

Sebuah gapura bertuliskan “Wilujeng Sumping” menjadi penanda mereka telah masuk wilayah Kabupaten Sumedang.


GYA
Fit, ini lewat mana, ya? Kok yang tadi itu tulisannya “Sumedang”?

FITRA
Iya. Ini memang masuk Sumedang.

GYA
Oh….

FITRA
Masalahnya … (wajahnya kembali tegang dan pegangan kemudinya mengencang) Aku belum pernah lewat Sumedang.

GYA
(terkejut) Hah? (melihat ke arah belakang) Putar balik saja?

FITRA
Mana bisa? Arusnya berhenti total gitu.


Mobil melaju perlahan karena Fitra memang sengaja memelankan kendaraannya. Beberapa kendaraan lain tampak menyalip. Mobil sendiri terus berjalan menanjak, menuju wilayah pegunungan Sumedang.


CUT TO


89. (SUMEDANG) EXT./INT. JALAN RAYA — DAY


Mobil berjalan menanjak menngikuti jalur Sumedang. Di kiri dan kanannya terdapat deretan bangunan yang padat.


GYA
Jadi … gimana, Fit?

FITRA
Nggak ada pilihan lain. (matanya fokus menatap ke depan, menggenggam erat kemudi)

GYA
Tapi … tadi kamu bilang belum pernah lewat Sumedang? (cemas)

FITRA
(menoleh, lalu kembali menatap ke depan) Ada GPS, kan?


Gya mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, lalu menunjukkannya ke Fitra. 


FITRA
Bisa dipakai, kan?

GYA
Google Maps … ya bisalah…. (kemudian mengutak-atik ponselnya)


Gya melirik ke belakang. Christie pun mengeluarkan ponselnya. Gya tersenyum.


CUT TO



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar