Perjalanan Dinas (Bagian 1: Bandung-Cirebon)
14. SUMEDANG - 1

90. (SUMEDANG) EXT. JALAN RAYA — DAY


Mobil terus melaju menanjak menuju pegunungan Sumedang. Sebuah komplek bangunan besar dan luas terpampang di kiri jalan dengan tulisan besar: UNIVERSITAS PADJAJARAN. Tak jauh dari situ, sebuah komplek kampus lain juga terpahat di dindingnya dengan tulisan: INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG.

Jalan yang dilalui kian menanjak. Barisan bangunan di kiri dan kanan perlahan berganti dengan rimbunan pepohonan. Hamparan sawah pun mulai terlihat.

Tampak kendaraan memenuhi dua jalur. Mulai dari mobil pribadi, angkutan umum, hingga sepeda motor. Terkadang, terjadi antrean gara-gara angkot yang berhenti sembarangan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Dan kadang karena antrean untuk menghindari jalan rusak.

Jalan yang dilalui memang tidak mulus. Terdapat lubang di beberapa titik. Bahkan ada lubang menganga cukup lebar juga di tengahnya.

Mobil putih yang dikendarai Fitra tampak membelok ke kanan untuk menghindari lubang di tengah.


CUT TO


91. (SUMEDANG) INT. JALAN RAYA — DAY


Gya tampak mencoba membantu Fitra dengan ikut memperhatikan GPS di ponselnya.


CU: layar ponsel Gya yang menunjukkan peta GPS, tampak titik yang merupakan posisi mereka tengah menyusuri jalur utama.


Di kursi belakang, Christie juga tampak memperhatikan ponselnya, sambil juga melihat keluar.


CU: layar ponsel Christie yang juga menunjukkan peta GPS, tampak sebuah titik yang menjadi posisi mereka saat ini, titik itu tampak bergerak-gerak mengikuti alur jalan di peta.


Fitra sendiri memegang kemudi dengan tatapan fokus, cenderung tegang. Tidak ada yang berbicara di mobil sejak mulai memasuki pegunungan.


CUT TO


92. (SUMEDANG) EXT. JALAN RAYA — DAY


Suasana jalan mulai agak lengang. Tidak sepadat sebelumnya. Tampak sedan putih yang dikendarai Fitra mulai melaju lebih cepat. Meski sesekali juga mengurangi kecepatan.

Di sekeliling, terdapat kendaraan-kendaraan lain. Beberapa sepeda motor melaju dengan kecepatan sedang di depan mobil. Ada sepeda motor yang dikendarai dua remaja tanpa helm. Ada juga seorang ibu muda yang berkendara sambil menggendong anaknya yang masih bayi di depan.

Kendaraan-kendaraan saling susul silih berganti, meski mobil yang dikendarai Fitra seperti melaju santai, karena beberapa kali justru disusul kendaraan lain.

Sebuah sepeda motor bebek melaju di depan mobil Fitra. Pengendaranya adalah seorang pria paruh baya, terlihat dari kulit sedikit keriput yang menyembul di atas mata kakinya. Pria itu mengenakan pakaian lengkap dengan jaket, celana panjang, sepatu dengan kaus kaki pendek, serta mengenakan helm. Tampak sebuah tas terselip di bagian depannya.


CUT TO


93. (SUMEDANG) INT. JALAN RAYA — DAY


Fitra menyetir dengan tatapan fokus ke depan. Tampak di depannya sebuah sepeda motor yang dikendarai pria paruh baya tersebut. Sepeda motor melaju dengan kecepatan sedang, Fitra pun menyesuaikan dengan kecepatan tersebut.


CU: jarum odometer di angka sekitar 30 km/jam.


Gya mencoba mencairkan suasana dengan menyalakan radio. Terdengar siaran berita.


PENYIAR RADIO (OS)
(csssrrrttt … cssrrrttt) Info kilat … (sssrrrttt….) aparat kepolisian lagi-lagi … (csssrrtt…) kelompok teror… (ccssrrrttt…)

POLISI (OS)
… kami terus meningkatkan … (cssrrtt…) pengamanan obyek-obyek vital…. (ccssssrrrttt….)


Gya pun mematikan radio. Fitra menoleh.


GYA
Sinyal radionya jelek. Beritanya juga nggak enak.


Fitra kembali mengalihkan perhatiannya ke depan. Namun, ia sontak menginjak rem. Mobil pun berhenti mendadak.


CHRISTIE
(terkejut) Aduh!

GYA
Ouch! (spontan menahan dashboard dengan tangan)

FITRA
ALLAHU AKBAR! (matanya terbelalak, raut wajahnya tegang, tangannya gemetar)


CUT TO


94. (SUMEDANG) INT./EXT. JALAN RAYA — DAY


Fitra mengendarai mobil dengan kecepatan sedang di belakang sepeda motor yang dikendarai pria paruh baya itu. Kemudian, tiba-tiba sebuah sepeda motor lain dengan ugal-ugalan menyalip mobil, dan begitu tiba di samping sepeda motor pria paruh baya itu, si pengendara ugal-ugalan memepet, merebut tas di bagian depan, lalu menendang sepeda motor pria paruh baya itu hingga terjatuh.

Fitra sontak menginjak rem.


SFX: suara berdecit rem yang diinjak mendadak


95. (SUMEDANG) INT./EXT. JALAN RAYA — DAY


Mobil berhenti di tengah jalan. Gya dengan cepat membuka pintu dan berlari keluar.

Christie juga akan membuka pintu.


FITRA
Bu, di kantong kursi belakang ada kotak P3K. (menunjuk kantong belakang kursi)


Christie segera merogoh tangannya ke kantong kursi di depannya, lalu mengambil kotak P3K dan keluar.

Fitra menyalakan lampu sign kiri dan bermaksud meminggirkan kendaraan.


SFX: DIIIIIIINNNN!!!!


Fitra terlonjak kaget ketika suara klakson berbunyi dengan sangat keras. 


SFX: DIIIIINNN! DIIIIINNN! DIIIINNNN!!!!!


Fitra tampak kesal sekaligus panik. Ia memukul kemudi di depannya.


FITRA
SABAR! (berteriak)


SFX: DIIIIIIIIIIINNNNNN!!!!!!!!


Suara klakson yang semakin beringas akhirnya membuat kesabaran Fitra habis. Ia membuka jendela, mengeluarkan tangan, dan mengacungkan jari tengahnya ke arah mobil di belakangnya.

Terdengar suara mesin menggerung keras dari arah belakang. Tak lama, mobil di belakang pun menyalip lewat sisi kanan. Namun, ketika di samping mobil Fitra, mobil berhenti dan pengemudinya memukul kaca spion mobil Fitra hingga tertekuk, kemudian melaju kabur.

Fitra tampak terkejut.


FITRA
(berteriak) ASUUUU!!! (memukul kemudi hingga klaksonnya ikut terpukul dan berbunyi)


SFX: DIIIIIIIINNN!!!!


CUT TO


96. (SUMEDANG) EXT. JALAN RAYA — DAY


Pinggir jalan raya di pegunungan Sumedang tampak ramai dengan kerumunan orang. Di tengah kerumunan, tampak Gya sedang berusaha memberikan pertolongan pertama pada pria paruh baya itu. Kaki pria itu rampak terluka. Lututnya sobek dan darahnya berceceran. Betisnya juga tampak tersayat dan banyak goresan.

Dibantu Christie yang membawakan kotak P3K. Gya tampak cekatan membersihkan luka dengan alkohol, meneteskan obat, memotong kasa perban, dan menutup luka sobek di kaki pria itu.

Di sekeliling, tampak ceceran darah dan sepeda motor yang tergeletak.


PRIA PARUH BAYA (50 TAHUN)
Tas saya … aduh….

GYA
Tenang, Pak. Yang penting lukanya diobati dulu.


Fitra kemudian datang bergabung. Wajahnya tampak terbelalak ketika melihat kondisi pria tersebut. 


FITRA
Ada … yang … udah … telpon … ambulans? (terbata)


Christie menoleh dan dilihatnya wajah Fitra yang pucat dan tegang.

Warga yang berkerumun tampak berkasak-kusuk. Beberapa ada yang seperti berusaha mencari-cari sesuatu, beberapa lainnya ada yang mengutak-atik handphone mereka. Beberapa yang memegang ponsel tampak scrolling,  beberapa lainnya malah mengarahkan kamera ke pria tersebut.

Perhatian orang-orang tiba-tiba terpecah ketika dari suatu arah mendadak muncul suara-suara ribut penuh amarah.


CUT TO


97. (SUMEDANG) EXT. JALAN RAYA — DAY


Dari arah depan, tiba-tiba datang serombongan laki-laki dengan penuh keriuhan. Caci-maki terdengar bersahut-sahutan.


PRIA 1
DASAR BELEGUG!

PRIA 2
BANGSAT!

PRIA 3
BEGAL! BEGAL!


Kerumunan penuh amarah itu tiba di depan lokasi kecelakaan. Salah satu pria di kerumunan kemudian menyeret seorang pemuda yang sepertinya adalah si begal itu. Pemuda itu jatuh tersungkur di depan sepeda motor yang tergeletak.

Gya dan Christie spontan bangkit karena terkejut.

Tampak pemuda tersebut wajahnya babak belur. Kepalanya berdarah, dan tampak tidak berdaya.


PRIA 3
LIHAT ITU HASIL PERBUATANMU! (berteriak sambil menunjuk ke arah pria paruh baya)

PEMUDA BEGAL
Ampun, Pak … ampuni saya…. (merintih, posisi tubuh membungkuk, nyaris tergeletak)

PRIA 4
Sekarang kamu minta ampun? (menarik kerah si pemuda hingga berdiri) DASAR BAGONG SIA! KEHED! (menampar si pemuda)


SFX: PLAK!


PEMUDA BEGAL
Ampun, Pak … ampun … saya ngaku salah…. (menangis)


Pria yang lain menarik pemuda tersebut dan meninju perutnya.


SFX: BUK!


Pemuda itu pun terjatuh. Dan setelahnya, pukulan dan tendangan bertubi-tubi menghujani tubuh pemuda itu. Ceceran darah kembali membasahi jalanan.


CUT TO



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar