Air mata jatuh dari pipinya yang sehalus randu, rambut hitam legamnya terurai menutupi wajah yang bening bak mutiara. Aku di sini menatapnya dari balik penyekat, berdiri tanpa nyali, memeluk tembok dengan surat cinta yang kugenggam dengan tangan gemetaran. Gadis yang kudambakan sedang bersedih karena ditinggal seorang bajingan. Sementara aku cuma bisa berdiri di pojokan, sambil menatapnya berderai air mata kegamangan. Jangan menangis, Jingga, ia tak layak memelawa air matamu.
***
“Kamu tahu kalau mereka sudah putus?”
“Eh?” Aku tergagap.
Meski namanya Surya, sahabatku ini tidak sama sekali mewakili warna sang batara. Surya adalah seorang atlit dengan tubuh liat legam seperti kerbau. “Dia yang putus … tuh!” Ia mengedikkan daguny...