1. INT. TERAS - SIANG
Rumah papan di pinggir jalan. Sampah berserakan. Ada kursi panjang di emperan. Gentho duduk merokok. Rudi Sempok muncul dari samping rumah. Napas terengah-engah. Gentho kaget lalu berdiri.
RUDI SEMPOK
Tho, kamu sedang diincar. Cepat pergi dari sini! Lari! Cepat lari!
GENTHO
Ada apa? Kamu ini kenapa?
RUDI SEMPOK
Ada yang mencarimu. Cepat lari! Pergi dari tempat ini!
GENTHO
Siapa yang mencariku?
RUDI SEMPOK
Tidak tahu. Rambutnya cepak! Orang itu berkeliaran di Lokalisasi Silir. Menanyakan kamu. Kamu harus segera pergi dari sini! Kalau tidak, kamu pasti mati.
GENTHO
Aku tak akan ke mana-mana.
RUDI SEMPOK
Pembunuhan misterius itu beneran ada, Tho! Bukan bohongan!
Gentho mengerutkan kening. Tampak berpikir
GENTHO
Maksudmu apa?
RUDI SEMPOK
Sebelum kamu keluar dari Nusa Kambangan minggu lalu, banyak teman kita yang telah jadi korban. Kepala Mulyono bolong segede gelindingan bakso. Terus, dada Supri diterjang puluhan peluru. Lalu, mayat Mardi ditemukan di tempat sampah. Mayat Joko ditemukan di selokan. Tubuhnya bolong-bolong seperti saringan air. Udin hilang. Tak ada kabarnya sampai sekarang. Juga….
GENTHO
Kena apa mereka?
RUDI SEMPOK
Kok, kena apa? Ya, kena petrus, Ditembak pembunuh misterius. Modar.
GENTHO
Aku tidak takut mati. Aku tak akan ke mana-mana.
RUDI SEMPOK
Lho, kamu ini piye to? Kalau kamu tetap di sini, kamu pasti mati! Selamatkan dirimu! Pergi sejauh-jauhnya! Asal jangan ke neraka. Susah ngirim suratnya.
Gentho berdiri. Memandang kejauhan.
GENTHO
Aku tak peduli. Aku tak akan ke mana-mana. Di sini saja.
RUDI SEMPOK
Tho, Petrus itu bukan guyonan! Jangan kamu sepelekan! Semua korbannya benar-benar dihabisi. Dibasmi seperti kecoak!
GENTHO
Kalau Petrus itu begitu menggerikan, mengapa kamu ke sini? Tidak segera lari?
RUDI SEMPOK
Aku memang akan segera pergi. Aku belum ingin mati. Aku ke sini untuk memperingatkan kamu.
GENTHO
Sana pergi! Aku di sini saja!
RUDI SEMPOK
Kamu itu bagaimana? Sudah tak bela-bela lari seperti dikejar setan. Tapi kamu justru tak peduli. Apa yang kamu tunggu di tempat ini?
GENTHO
Aku sudah menemukan yang aku cari.
RUDI SEMPOK
Apa? Menemukan apa? Rumah yang akan kamu rampok? Merampoknya ditunda dulu. Pikirkan keselamatanmu.
GENTHO
Yang ini lebih bernilai dibanding emas dan permata.
RUDI SEMPOK
Apa? Perempuan?
GENTHO
Bukan. Kau tahu sendiri. Sejak kehilangan Ika, aku tak lagi doyan perempuani.
Gentho terdiam. Matanya memandang ke kejauhan.
GENTHO
Aku telah menemukan anakku.
Rudi Sempok memandang Gentho. Menyentuh lengan.
RUDI SEMPOK
Anakmu?
Gentho mengangguk
GENTHO
He eh….
RUDI SEMPOK
Anak yang bertahun-tahun kamu cari itu?
Gentho kembali mengangguk. Bibirnya tersenyum.
GENTHO
Sembilan tahun. Akhirnya kutemukan. Wajahnya mirip ibunya. Terutama mata dan hidung. Rambut dan kulit mirip aku.
RUDI SEMPOK
Kamu yakin itu anakmu?
GENTHO
Sangat yakin. Pada pantatnya ada tato. Dulu kutato waktu diajak ibunya mengunjungi aku di dalam penjara. Inisial nama bapak dan ibunya. T dan I.
Gentho menggambar kedua huruf itu di udara.
GENTHO\
Tunggal-Ika. Kalau dia jongkok, galur pada belahan pantat itu akan membentuk huruf A. Sehingga tiga huruf itu bisa dibaca “ta-i”.
Gentho tertawa.
GENTHO
Aku yakin tato seperti itu hanya satu-satunya di dunia ini.
RUDI SEMPOK
Bagaimana dengan Ika?
Gentho tersenyum masam. Wajahnya sedih.
GENTHO.
Ika sudah kurelakan. Hanya itu yang bisa kulakukan. Aku sudah menunggu sembilan tahun. Tak pernah ada kabar berita. Mungkin Ika sudah bahagia dengan laki-laki lain. Laki-laki yang bukan bajingan….
RUDI SEMPOK
Walau hanya kenal sebentar, aku yakin Ika perempuan setia. Pasti telah terjadi apa-apa.
Gentho mengangguk-angguk
GENTHO
Aku juga menduga seperti itu.
RUDI SEMPOK
Rencanamu apa?
GENTHO
Aku akan memulai hidup baru. Membahagiakan anakku.
Gentho duduk.
GENTHO
Masa depan adalah misteri. Padanya mungkin berupa kepedihan. Bisa juga berujud keindahan. Siapa yang tahu?
RUDI SEMPOK
Kita memang tak tahu masa depan yang menanti.
GENTHO
Pertemuan dengan anakku adalah tanda. Isyarat. Aku harus mengakhiri semua kegilaan ini. Aku memang bukan Sunan Kalijaga yang bertemu Sunan Bonang yang mengujiku dengan kolang-kaling emas. Namun, lubang pantat itu pun ujian juga.
Gentho tertawa getir. Matanya berkaca-kaca,
GENTHO
Untungnya aku cermat dan teliti. Sehingga tidak sampai memangsa lubang pantat anakku sendiri.
RUDI SEMPOK
Anak itu tahu kalau kamu bapaknya?
Gentho menggeleng.
GENTHO
Belum. Kemarin aku menengoknya. Tapi tak mengatakan apa-apa. Tidak ada yang senang punya bapak bajingan. Aku belum berani menyatakan diri sebagai bapaknya. Mungkin pada waktunya nanti.
Gentho terdiam. Mengelus-ngelus rambut.
GENTHO
Semoga tak lama lagi. Aku ingin mengajaknya pergi. Pergi sejauh mungkin dari kota yang memuakkan ini.
RUDI SEMPOK
Mau ke mana?
Gentho menggeleng.
GENTHO
Belum tahu. Tidak dalam waktu dekat ini. Demi Ika, aku harus mengakhiri semua. Tadi pagi saat bangun tidur, aku berjanji kepada Ika. Di mana pun saat ini berada. Di dalam kubur sekali pun. Aku ingin pensiun jadi bajingan. Bosan keluar-masuk penjara. Dosaku sudah banyak.
RUDI SEMPOK
Semoga Ika damai di mana pun saat ini.
GENTHO
Aku akan merawat anakku. Mengentaskan dari jurang kemiskinan. Memberi rumah tinggal layak. Dipenuhi bunga. Pagar bambu bercat putih memagari halaman depan. Kamar tidur tiga. Ruang keluarga luas. Agar leluasa saat kami main gelut-gelutan.
Gentho tertawa.
Rudi Sempok menghela napas.
RUDI SEMPOK
Terserah kamu kalau begitu.
Rudi Sempok merogoh kantong celana. Mengambil uang.
RUDI SEMPOK
Sedikit uang dari aku. Terimalah! Sekadar buat makan.
Rudi Sempok memasukkan ke kantong baju Gentho.
GENTHO
Tidak perlu! Aku masih ada duit.
RUDI SEMPOK
Jangan ditolak! Jumlahnya tak seberapa. Belum bisa menebus nyawaku yang pernah kau selamatkan.
GENTHO
Terima kasih. Kamu sendiri mau lari ke mana?
RUDI SEMPOK
Mungkin Sumatera.
GENTHO
Hati-hati! Semoga selamat sampai tujuan!
Rudi Sempok menyalami Gentho
RUDI SEMPOK
Kamu juga. Jangan mati dulu! Aku masih ingin ketemu.
Gentho tertawa.
GENTHO
Aku belum akan mati dalam waktu dekat ini.
FADE OUT