Tunggal, Ika, dan Ikan-Ikan di Kedung Mayit
11. 11
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator


1.     INT. PESANTEN - SIANG

Ika berteriak-teriak


IKA

Gentho! Gentho! Gentho!


Ika memukul-mukul pintu. Mendobrak. Menendang.


IKA

Gentho! Gentho! Gentho!


Tiba-tiba pintu diketuk dari luar.

INTER CUT :

MAMA

Ika, ini mama, Sayang!


Ika kaget. Wajahnya sedikit senang.


IKA

Ma, Ika ingin pulang. Kangen Gentho,


MAMA

Iya, Sayang. Mama tahu.


IKA

Gentho di mana, Ma?


MAMA

Ada bersama kami. Papamu sangat menyayanginya. Anak lucu itu sering menanyakan kamu.


IKA

Kapan Ika boleh pulang?


MAMA

Besok kalau kamu sudah sembuh. Sementara kamu di sini saja dulu! Ngaji biar ngerti agama!

 

IKA

Ika tidak sakit, Ma


MAMA

Orang sakit memang sering tak menyadari sakitnya. Kamu kena guna-guna. Ratusan jin telah dikirim ke tubuhmu. Menguasai jalan pikiranmu.


IKA

Dari mana Mama tahu hal itu?


MAMA

Kata papamu seperti itu.


IKA

Mama percaya kalau Ika gila?


MAMA

Mama lebih percaya yang gila papamu.


Mama tersenyum masam.

IKA

Dari mana Mama tahu Ika di sini?


MAMA

Dari papamu. Tapi Mama dilarang menjenguk. Aku ke sini sembunyi-sembunyi, Papamu tidak tahu.


IKA

Ika ingin pulang Mama.


MAMA

Tidak bisa sekarang, Sayang. Pemilik tempat ini melarang. Takut kepada papamu. Katanya kamu masih sakit. Sebenarnya, tadi pun Mama tidak diperbolehkan mendekati kamar ini. Tapi Mama nekat.


Ika menangis. Duduk, menyandar pintu.


IKA

Ika ingin pulang, Mama. Ika kangen pada Gentho. Ika ingin pulang.

 

MAMA

Iya, sayang. Mama tahu. Tapi kamu harus sembuh dulu. Jangan teriak-teriak memanggil anakmu.


Ika menangis.


IKA

Gentho, sedang apa kamu, Nak. Ibu kangen. Kangen sekali. Gentho,


Selembar kertas dan beberapa lembar uang muncul di sela-sela pintu.

 

IKA

Apa itu, Ma?


MAMA

Uang dan alamat. Papamu dimutasi ke Yogya. Simpan baik-baik. Nanti disita. Orang gila tidak butuh uang dan alamat. Mama tidak bisa lama-lama. Hari ini juga harus kembali ke Yogya agar papamu tidak curiga. Mama pamit. Anak buah Kiai Hilal sedang ke mari.


IKA

Ma! Ma! Ma!

FADE OUT


2.     INT. KAMAR - MALAM

Dua orang santri wanita membuka pintu kamar. Ika dibawa pindah kamar. Satu kamar dengan Sisca.


SISCA

Kamu ya, yang waktu awal datang tiap detik memaki-maki?


Ika mengerutkan kening.


IKA

Siapa yang memaki-maki?


SISCA

Kamu! Siapa lagi. Berisik tahu.


IKA

Aku tidak memaki-maki.


SISCA

Kenapa kamu memaki-maki? Bikin ribut saja!


IKA

Siapa yang memaki-maki?


SISCA

Hiya, kamu! Siapa yang kamu maki? Pacarmu? Mestinya aku yang memaki-maki. Mas Andra memang bajingan! Dia memperkosa aku di rumah kosong. Diikuti tujuh temannya. Dipulangkan dini hari. Naik becak. Bukannya taksi. Dasar gentho!


Ika kaget.


IKA

Heeh, tunggu! Dari mana kamu tahu nama itu?


SISCA

Nama siapa?


Bingung,


SISCA

Andra? Bodoh banget kamu! Tentu saja tahu. Itu kan nama pacarku.


IKA

Bukan itu. Nama satunya. Gentho. Nama lengkapnya Gentho Alexander. Itu nama anak Ika.


Sisca mengerutkan kening.


SISCA

Siapa orang tua gila yang memberi nama anaknya seperti itu?


IKA

Mas Tunggal. Pacar Ika.


SISCA

Kamu ngerti arti nama itu tidak?


IKA

Jelas ngertilah. Nama pemain sepakbola Italia, kan?


SISCA

Goblok! Gentho itu artinya bangsat, bajingan, gali, perampok. Sebutan bagi para penjahat. Dasar goblok! Kamu dari mana, sih?”


IKA

Sebelum pindah ke Solo, tinggal di Jakarta.


SISCA

Pantas. Pacarmu pasti gila. Memberi nama anaknya seperti itu. Gentho! Dasar gentho! Gentho! Gentho! Gentho!


Sisca bangun dari tempat tidur. Menari-nari. Menggebrak-gebrak pintu kamar. Memaki-maki. 


SISCA

Gentho! Gentho! Gentho!


Ika memperhatikan kelakuan Sisca, lalu tertawa. Menutup mulut. Tengkurap. Menonton Sisca berjoget. Menendang pintu.


SISCA

Gentho! Gentho! Gentho!


Dua santri putri masuk kamar. Kaget melihat Sisca berjoget-joget. Dua santri menyeret Sisca keluar dari kamar


SISCA (O.S)

Gentho! Gentho! Gentho!


FADE OUT


CUT TO

Dua santri putri mengetuk pintu kamar Ika.


SANTRI PUTRI 1

Mbak, bangun! Sholat tahajut!


Santri 2 mengetuk pintu lebih keras.


SANTRI PUTRI 2

Bangun! Sholat malam. Biar tidak diganggu setan.


Santri 1 mendorong pintu. Ternyata tidak terkunci.


SANTRI PUTRI 1

Mbak, bangun!


Santri 2 menyalakan lampu. Tempat tidur Ika kosong

 

SANTRI 2

Kabur?


SANTRI 1

Cepat! Lapor Kiai Hilal.


Santri 1 dan santri 2 lari.


FADE OUT


3.     INT. JALAN - MALAM

Ika melompati pagar. Sorot lampu mobil menyala dari jauh. Ika berlari ke tengah jalan raya. mengibas-ngibaskan kedua tangan. Sopir truk kaget. Menginjak rem sekuat tenaga. Truk merah terhuyung-huyung. Berhenti tiga meter dari tempat Ika berdiri. Ika berlari menghampiri truk. Kedua kaki menapaki roda truk. Kedua tangan berpegangan kaca jendela di samping sopir. Ika memasukkan kepala lewat kaca jendela yang terbuka.


IKA

Mas, tolong, Mas! Ika harus segera ketemu anak Ika!


FADE OUT


4.     INT. MASJID - MALAM

Kiai Hilal wudhu. Dua santri datang.


SANTRI PUTRI 1

Kiai, pasien yang sudah tidak memaki-maki itu kabur.


KIAI HILAL

Kabur? Kabur bagaimana maksudmu?


SANTRI PUTRI 1

Di kamarnya tidak ada, Kiai


KIAI HILAL

Saya sholat dulu. Nanti kita cari. Tenang saja! Dia belum ke mana-mana.


SANTRI PUTRI 1

Iya Pak Kiai

CUT TO:

Kedua santriwati kembali ke pos. Berkumpul dengan petugas piket lain di dekat masjid.


FADE OUT


5.     INT. GERBANG - PAGI

Kiai Hilal di atas sepeda motor. Kadrun naik vespa. Masing-masing memboncengkan santri. Enam santri berdiri di dekat Kiai Hilal.


KIAI HILAL

Brot, aku dan Kadrun akan mencari di terminal. Kamu dan Mahdi ke arah kiri! Ke hutan! Lainnya cari di desa terdekat, tanyai para warga!


PARA SANTRI

Baik, Kiai


Motor dan vespa meninggalkan gerbang.


FADE OUT


6.     INT. MOBIL - MALAM


Ika duduk di samping Mardi. Penampilan Ika seperti anak SMA sedang berwisata. Celana jin ketat membungkus kakinya yang jenjang. Kaus oblong putih membalut tubuhnya yang proporsional. Sepatu kets biru bertuliskan “I Love You” melengkapi penampilannya walaupun agak kekecilan.


MARDI

Tadi tak kira kuntilanak. Hampir saja saya tabrak.

 

IKA

Belum, Mas. Belum jadi kuntilanak. Mungkin lain kali.


Lalu lintas di depan sepi. Beberapa saat mereka terdiam. Mardi menyalakan klakson pada orang yang hendak menyeberang.


MARDI

Kapan mamanya Mbak Ika menengok?


IKA

Minggu kemarin. Mama bercerita anak Ika sangat akrab dengan kakeknya. Itu tidak mungkin. Dia sangat benci pada saya. Saya justru curiga telah terjadi sesuatu pada anak Ika. Makanya Ika kabur.


MARDI.

Saya tahu daerah Mlati. Sleman, kan? Nanti saya usahakan lewat sana.


IKA

Terima kasih, Mas.


MARDI

Istri saya orang Pakem, Mbak. Tiap ngirim barang ke Pasar Beringharjo, saya selalu mampir ke sana. Pulangnya dibawakan salak pondoh. Mertua punya kebun salak cukup luas.


Beberapa saat Mardi bicara sendiri. Ketikz menoleh, ternyata Ika tidur. Mardi konsentrasi menyetir. Truk melaju menembus malam.


FADE OUT


7.     INT. JALAN - SIANG

Truk berhenti. Sebelum turun Ika memberikan sejumlah uang.


MARDI

Terima kasih, Mbak. Banget-banget terima kasih. Uangnya buat beli susu anaknya Mbak Ika saja.


IKA

Terima kasih, Mas.

Ika turun. Truk melaju. Ika menghampiri tukang becak. Menunjukkan alamat.

Tukang becak turun dari becak.


TUKANG BECAK.

Rumahnya di sebelah kiri jalan, Mbak. Nomor ganjil, kan? Yang genap di sebelah kanan. Hitung saja dari sini! Toko Babah Liem ini nomor satu.


IKA

Terima kasih, Pak.


Ika menyusuri jalan beton. Mempercepat langkah. Matanya meneliti angka yang tertera di samping pintu atau pagar rumah di kanan-kiri jalan. Ika berhenti tak jauh dari rumah besar bernomor 17. Rumah itu tanpa pagar. Suasana sepi. Di depan teras seorang laki-laki asyik mengelap motor: Honda munyuk merah. Ika menghampiri.


IKA

Mana Gentho?


Durja kaget.


DURJA

Mau apa ke sini?


IKA

Di mana Gentho?


Durjana menggeram-geram.


DURJA

Tidak di sini.


IKA

Di mana Gentho? Mana?


Tiba-tiba Mama muncul tergesa-gesa dari dalam rumah. Kaget.


MAMA

Oh, Ika. Masuk dulu, Nak! Silahkan duduk! Naik apa tadi? Kami sudah berencana menjemputmu, tetapi belum ada waktu. Masuk! Ayo, masuk, Nak! Mama buatkan teh, ya?




IKA

Tak perlu, Ma. Ika mau mengambil Gentho. Di mana dia? Jam segini masih tidur, kah? Dasar pemalas. Ma, mana Gentho?


MAMA

Tanya papamu! Katanya dititipkan di panti asuhan.


IKA

Panti asuhan?


Bibir mungil Ika melipat. Mendekati Durja yang sedang mengelap motor.


IKA

Mana Gentho?


Durjana tak menjawab. tak menoleh


IKA

Gentho mana? Mana anakku?


Durja menoleh. Memandang Ika. Tersenyum.


DURJA

Saya buang. Anak anjing itu tak pantas hidup. Paling kalau besar jadi bajingan seperti bapaknya.

              

IKA

Di buang? Di buang ke mana?


Durja berdiri. Kali ini mengamat-amati bagian mesin. Mencari sisa air bekas cucian yang belum sempat dilap.


IKA

Mana Gentho? Mana anakku?.


Durja berhenti mengamati motor. Menoleh ke Ika. Tersenyum tipis.


DURJA

Cari mayatnya di Kedung Mayit!


Ika memandangi Durjana lekat-lekat. Matanya menyorot galak. Seketika dia menerjang Durja. Memukuli dada. Mencakari lengan. Menampari muka.


IKA

Kembalikan Gentho! Kembalikan! Gentho! Gentho!”


Beberapa saat Durja diam. Tak lama kemudian menggeram. Durja mencengkeram kedua tangan Ika, lalu melemparkan sekuat tenaga. Ika terpelanting dan terbanting menghantam tanah, tetapi segera berdiri lagi. Sambil terpincang-pincang, Ika mendekati Durja. Matanya nyalang seperti orang kesurupan.


IKA

Pembunuh! Kamu pembunuh! Dasar gentho! Cuh, cuh, cuuuuh!”


Sesudah meludahi wajah Durja tiga kali, tetapi tidak kena, Ika meninggalkan rumah. Berlari.


IKA

Gentho! Gentho! Gentho!


Selepas Ika menghilang dari pandang, Mama berdiri.


MAMA

Kejar, Pa! Kejar! Jangan diam saja!


Durja mengelus-ngelus motor. Sesaat kemudian masuk rumah. Keluar lagi sudah mengenakan helm dan jaket kulit. Menuju motor, menstart motor. Meninggalkan rumah. 


FADE OUT


8.     INT. TEMPAT KAROKE - SIANG

Durja duduk di pojokan. Di atas meja gelas dan minuman keras. Lampu warna-warni. Wanita-wanita muda berpakaian ketat berseliweran. Ada yang mendekati Durja, tapi Durja menyuruh pergi. Musik keroncong berkumandang. Durja menuang minaman ke gelas. Meneguknya hingga tandas. Punggung menyandar ke kursi. Kepala dan tangan bergerak-gerak mengikuti irama lagu


FADE OUT


9.     INT. STASIUN - SIANG

Turun dari kereta api Ika menghampiri becak. Langsung naik.


TUKANG BECAK

Ke mana, Mbak?


IKA

Kedung Mayit, Pak.


Si tukang becak mengayuh pedal becaknya kuat-kuat. Menembus lalu lintas yang padat.

CUT TO


10. INT. JALAN - SIANG

Ika turun dari becak. Membayar. Berjalan ke arah jembatan. Berhenti. Memandangi pohon. Matanya berkaca-kaca. Berbisk-bisik.


IKA

Gentho. Di mana kamu, nak? Ibu kangen.


Ika menuruni lereng jalan raya di sisi jembatan. Menyusuri jalan setapak di pinggir bengawan. Becek dan berlumpur. Ilalang dan dedalu di kanan-kiri. Ika berhenti di bawah pohon cangkring. Duduk di salah satu akar pohon yang menjalar ke arah bengawan. Memandangi air. Ika mengelap air mata.


IKA

Gentho, ibu datang, Nak. Kangen. Sangat kanngen. Kamu juga kangen pada ibu, kan? Ibu tak berani mencari bapakmu. Pasti sangat marah jika ibu datang tidak bersama kamu.

CUT TO.

Langit senja. Kelelawar di angkasa. Kunang-kunang pada ilalang. Dedauan pada pohon. Batang yang tua. Akar yang menjulur ke mana-mana. Di dekatnya sepasang sepatu warna bitu. Ada tulisannya “I Love You”.


FADE OUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar