Temani Aku Menyeberang Jalan
14. Chapter 14

INT. TOKO MAINAN GUMILANG - NIGHT

Prima mengambil sesuatu dari ranselnya. Fotonya, Vera, dan Zulva. Ia menaruhnya di atas meja, di samping laptop. Jimat keberuntungan.

Ia menggosok-gosok kedua tangannya kemudian mengarahkan kursor ke dalam aplikasi Trisula. Giliran file X-001 yang ia pilih. Data Vera muncul di layar. Ia bersiap. Tangannya terjulur ke balik rak.

Data dimuat 100%.

ZING ZING ZING.

Prima menunggu. Lima detik. Sepuluh detik. Belum ada tanda-tanda keberadaan Vera.

Ia menengok layar laptopnya. Tulisan SUCCESS memenuhi layar. Seharusnya Vera sudah kembali. Ia memutuskan memanggilnya.

PRIMA

M... Mbak?

Suara yang sangat ia rindukan terdengar dari balik rak.

VERA (O.S.)

Prima?

Prima menahan tangisnya. Ia memberinya instruksi dengan terbata-bata. Suaranya terputus-putus. Hampir tak dapat dimengerti.

PRIMA

Pakaian... Di tas...

Vera malah meracau.

VERA (O.S.)

Haduh, Prim. Mbak kira lagi di alam kubur. Soalnya gelap banget.

Vera baru bergerak. Prima menunggunya berpakaian. Sebelum akhirnya... Vera muncul dari balik rak. UTUH. Prima langsung memeluknya. Tangisnya tersedu-sedu. Air matanya membasahi pundak Vera.

VERA

Kenapa, Prim? Ada apa? Kenapa tiba-tiba udah malem ya?

Prima tidak menjawab. Malah memeluknya semakin erat. Vera mengelus-elus kepala adiknya selama beberapa saat.

VERA

Mbak nggak tahu udah berapa lama Mbak nggak lihat kamu nangis, Prim.

Prima lalu melepaskan pelukannya.

PRIMA

Ada yang harus Mbak temui.

JUMP CUT

Vera memandangi layar laptop. Data ibunya terpampang lengkap di sana.

TAP TAP. Seseorang melangkah dari balik rak. IBU PRIMA-VERA.

Vera memandang ke arah Prima, meminta penjelasan. Prima, masih memegang Trisula, diam saja.

VERA

Ibu, kenapa ada di sini?

Ibu Prima mengerling ke arah Vera, lalu ke arah Prima. Prima hanya menunduk, tak tahu harus berkata apa.

IBU PRIMA

Vera. Prima.

(beat)

Ibu minta maaf.

Prima langsung mengangkat kepalanya. Ibu Prima masih berdiri di depan anak-anaknya. Pasrah, menanti jawaban mereka.

Vera mendekati ibunya kemudian MEMELUKNYA. Prima menatap ibunya yang berada di pelukan Vera dengan pandangan skeptis. Ia menunggu hingga Vera melepaskan pelukannya baru ia bergerak mendekat.

Prima menatap mata ibunya lekat-lekat. Menggali kejujuran atau kemunafikan. Mencari tahu apakah ibunya tulus meminta maaf.

Pandangan ibunya sama seperti sesaat sebelum ia menembaknya dengan Trisula. Memancing iba. Prima menunggu. Ia tak lagi teringat kenangan buruk tentang ibunya. Ia sudah siap memaafkannya.

Prima memeluk ibunya dan turut meminta maaf.

PRIMA

Maafin Prima juga, Bu.

EXT. TOKO MAINAN GUMILANG - NIGHT

Vera mengantar ibunya menyeberang jalan dan menemaninya dalam perjalanan pulang. Prima melihat mereka dari depan toko. Kemudian ia bersandar di dinding dan menatap langit. Malam itu cerah. Ia menutup matanya. Menghembuskan napas. Pekerjaannya telah berakhir.

SUPER: 25 April. 23.00.

EXT. TOKO MAINAN GUMILANG - NIGHT (LATER)

Prima masih berada di depan toko. Vera telah kembali dari mengantar ibunya pulang.

VERA

Jadi, siap bercerita?

INT. TOKO MAINAN GUMILANG - NIGHT

Vera menatap adiknya. Prima menatap lantai. Mereka duduk berhadapan, dipisahkan sebuah meja. Layar laptop di atas meja telah mati. Kini mereka berdua diterangi oleh lilin yang menyala di antara mereka.

Prima berdiri lalu memberikan Vera sweater putih pemberian Dedi. Vera menerimanya dengan setengah hati.

PRIMA

Zulva juga punya.

Vera menggelengkan kepalanya. Masih menolak berbicara.

PRIMA

Aku nggak peduli bakal dipenjara, Mbak. Selama Mbak selamat.

Vera memecahkan kebisuannya.

VERA

Kamu bertingkah seperti Ayah sama Ibu, Prim. Lari dari masalah. Menghancurkan semua, berharap masalah akan hilang dengan sendirinya.

Giliran Prima yang membisu.

VERA

Mbak gagal lagi ngelindungin kamu, Prim.

PRIMA

Nggak, nggak. Berhenti nyalahin diri Mbak. Ini kesalahanku sendiri. Keegoisanku sendiri. Tanggung jawabku sendiri.

Prima mendekat ke Vera. Menatapnya lekat-lekat.

PRIMA

Aku nggak akan lari lagi.

Vera membalas tatapan Prima.

VERA

Jangan jadi Ayah dan Ibu, Prim. Jadi Prima. Yang Mbak kenal dulu, bukan yang bermantel abu-abu. Cuma itu permintaan Mbak.

Prima menjauh dari Vera lalu melepas mantel abu-abunya. Ia gantikan dengan mengenakan sweater putih miliknya. 

PRIMA

Sekarang Mbak pake juga.

Vera dengan gerakan perlahan mengenakan sweater putihnya di atas bajunya.

VERA

Prim, gimana kalau-

PRIMA

Nggak, Mbak nggak bisa masuk penjara gantiin aku. Oke? Fokus aja sama Zulva. Dedi juga aku yakin bakal bantuin Mbak nyari pekerjaan baru.

VERA

Zulva gimana kabarnya?

PRIMA

Dia lagi seneng-seneng sama Dedi.

VERA

Oh, dia punya Sugar Dedi sekarang.

Prima tersenyum. Vera sudah kembali seperti dirinya sendiri.

PRIMA

Cocok emang.

VERA

Apaan?

PRIMA

Nggak.

Prima mengambil sesuatu dari ranselnya. Sebuah kue bolu mungil yang ia letakkan di sebelah lilin. Kue dan lilin ulang tahunnya.

VERA

Berdoa dulu dong.

Prima menutup matanya sejenak lalu membukanya lagi.

VERA

Sebentar banget. Berdoa apa?

PRIMA

Aku nggak perlu berdoa. Harapanku udah terkabul.

Prima menarik napas lalu meniup lilin.

VERA

Selamat ulang-

Vera tak dapat meneruskan ucapannya. Ia telah MENGHILANG KEMBALI.

Prima sendirian di dalam kegelapan. Bersama lilin yang padam.

PRIMA

Mbak?

SUPER: 26 April. 00.00.

INT. RUMAH DEDI, KAMAR DEDI - NIGHT

Dedi melirik jam dinding. Sudah pukul 12 tepat. Zulva sudah tertidur pulas. 

Dedi beranjak, memakai jaket, dan mengambil kunci mobilnya.

EXT. TOKO MAINAN GUMILANG - NIGHT

Prima keluar dari toko dengan langkah yang berat. Ia bersandar di dinding toko. Perlahan tubuhnya terseret ke bawah hingga posisinya berubah menjadi jongkok. 

Prima memandang lurus ke depan. Ke jalan raya yang kosong-melompong. Tidak ada satu kendaraan pun yang lewat. Muka Prima pun kopong. Tidak ada jiwa di dalamnya barang sekelebat.

TES. TES. Setetes demi setetes air hujan menimpa Prima. Ia melongok ke atas. Langit yang tadi cerah kini menumpahkan air bah. Wajah Prima kini basah. Entah karena air hujan atau air mata. Tidak ada yang peduli. Tidak juga Prima.

INT. TOKO MAINAN GUMILANG - NIGHT

Di atas meja tergeletak Trisula yang MENYALA HIJAU di dekat foto Prima, Vera, dan Zulva. Di sampingnya, laptop Prima sudah menyala lagi. Di layar, pesan baru Markus akhirnya terbuka.

MARKUS (ON TEXT)

Tapi dengan ikatan molekul yang nggak stabil. Sehingga subjek dapat menghilang saat ikatan itu akhirnya putus.

MARKUS (ON TEXT)

Tapi itu skenario terburuk. Good luck, Prima.

INTERCUT ANTARA KEJADIAN PRESENT DAN FLASH FORWARD.

EXT. RUMAH LAKI-LAKI TUA - NIGHT (FLASH FORWARD)

Si Laki-laki Tua sedang bercengkrama dengan istrinya, seorang perempuan dengan rambut yang sama putihnya. Istri Laki-laki Tua beranjak sejenak. Ketika ia kembali, sosok Laki-laki Tua telah MENGHILANG.

Istrinya mencoba mencarinya.

ISTRI LAKI-LAKI TUA

Pak!

Tentu, tanpa hasil.

INT. MOBIL DEDI - NIGHT

Dedi telah berada dalam perjalanan. Ia memacu mobilnya secepat mungkin.

INT. RUMAH PRIMA - NIGHT (FLASH FORWARD)

Kondisi rumah dalam keadaan kosong. Sebuah piring berisi nasi dan lauk tertinggal di atas meja makan. Di lantai, terdapat butiran-butiran nasi yang tercecer bersama dengan sendok yang terjatuh.

Ibu Prima telah MENGHILANG.

EXT. TOKO MAINAN GUMILANG - NIGHT

Tubuh Prima semakin merosot. Posisinya kini berbaring tepat di depan toko. Matanya masih menatap nanar ke jalanan. Seekor kucing berjalan ke arahnya kemudian berhenti tepat di dekat kepalanya.

INT. KANTOR - DAY (FLASH FORWARD)

Si Karyawan sedang mengetik di depan komputernya ketika SATU PER SATU KOLEGANYA MENGHILANG. Ia sadar ada yang salah dan berlari kembali ke tempat persembunyian andalannya. Lemari alat pembersih.

EXT. KANTOR - DAY (FLASH FORWARD)

Kita melihat pos satpam yang di luar kantor yang sudah dalam keadaan KOSONG.

EXT. TOKO MAINAN GUMILANG - NIGHT

Prima terbaring. Matanya setengah terpejam. Si Kucing meletakkan salah satu kaki depannya di atas kepala Prima, seakan sedang mengelusnya.

Prima berujar LIRIH.

PRIMA

Taro?

EXT. RUMAH KARIN - DAY (FLASH FORWARD)

Karin naik ke atas motor matic putihnya.

KARIN

Bu, aku pergi ya!

Ibunya bergegas dari dalam rumah untuk membawakan bekal Karin yang ketinggalan.

TERLAMBAT. Di depan rumah hanya menyisakan motor matic putih yang mesinnya menyala. TANPA PENGENDARA.

END OF INTERCUT.

EXT. TOKO MAINAN GUMILANG - NIGHT

Kelopak mata Prima semakin turun. Kesadarannya makin hilang. Si Kucing tak bergeser dari sisinya. Mata Prima tertutup.

FADE TO BLACK.

OVER BLACK:

Terdengar SUARA SIRINE TRISULA.

BRIM BRIM BRIM.

THE END

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar