EXT. JALAN RAYA - THE NEXT DAY
Di sisi lalu lintas kendaraan yang tak pernah berhenti bergerak, Prima berjalan seorang diri tanpa beristirahat. Tudung mantel masih menutup kepalanya, melindunginya dari matahari sekaligus menyembunyikan rupanya.
Di kejauhan, ia melihat sebuah bangunan yang cukup besar namun bobrok dan tak berpenghuni.
SUPER: 23 April.
INT. GUDANG - DAY
Prima memasuki bangunan itu. Di dalamnya gelap dan hanya berisi sebuah kursi lapuk, bongkahan barang-barang rumah tangga yang telah rusak, dan vas-vas bunga yang berdebu. Yang terpenting, tak ada yang dapat mengusiknya.
Prima membuka laptopnya. Ia membuka aplikasi Trisula yang berisi segala data informasi dari subjek yang telah direkam dan siap diteleportasi maupun yang sudah diteleportasi.
Ia menjelejahi beberapa folder sebelum membuka folder HUMAN TRIALS. Hanya ada beberapa data di dalamnya. Diurutkan sesuai waktu dibuatnya.
File teratas berkode X-001. Prima menatapnya beberapa saat. File itu milik VERA. Di bawahnya, ada empat file lagi. Ia melewati file X-002 dan X-003 lalu memilih file X-004.
Data dimuat.
Prima mengeluarkan Trisula dari saku jaketnya lalu mengesetnya dalam mode RE-CREATION. Trisula menyala dalam warna hijau.
Data dimuat 100%.
Layar laptop menunjukkan tulisan PHASE 3 READY. Prima menekan pelatuk dan mengarahkannya ke depannya. Sinar hijau meluncur dari Trisula.
ZING ZING ZING.
Molekul-molekul bermunculan dan berikatan, membentuk diri mereka sesuai informasi yang telah direkam. Tubuh Si Laki-laki Tua.
Prima menutup matanya. Berdoa.
BRUK. Sesuatu jatuh ke tanah.
Prima membuka matanya. Sesuatu tergeletak di depannya. Bukan tubuh Laki-laki Tua. Sesuai dugaannya. Sepotong singlet dan celana kolor yang Laki-laki Tua kenakan saat ia bertemu Prima.
Ia menembakkan Trisula untuk kedua kali. Tetap gagal untuk mengembalikan tubuh si Laki-laki Tua. Layar laptop menampilkan tulisan FAILED.
Prima menggelengkan kepalanya dengan kesal. Ia memeriksa file yang tersisa. X-002, X-003, dan X-005. Ia menggerakkan kursor ke file X-002 dan X-003. File milik Aska dan Juni. Kedua file itu ia pilih kemudian secara perlahan ia menekan tombol DELETE.
Pertanyaan ARE YOU SURE? muncul di layar.
Prima menutup matanya selama beberapa detik. Saat ia membukanya kembali, tekadnya sudah bulat. Ia menekan tombol YES. File Aska dan Juni MENGHILANG DARI LAYAR, menyisakan tiga file lain. Prima belum selesai. Ia menggerakkan kursor ke arah file terbawah, X-005. File ibunya. Ia menekan tombol DELETE.
Pertanyaan ARE YOU SURE? kembali muncul.
Ia tak sanggup menekan tombol YES kali ini. Jengah, Prima menutup file ibunya.
Ia bergerak untuk mengambil sebuah kipas rusak dari tumpukan barang lalu meneleportasinya dengan Trisula. BERHASIL. Kipas itu berpindah lokasi dalam sekejap. Selanjutnya, ia menarget seekor cicak yang merayap di dinding. Ia meneleportasinya. BERHASIL. Cicak itu kini merayap di tanah.
Ia mencoba lagi mengembalikan tubuh si Laki-laki Tua. Aplikasi memuat ulang data Laki-laki Tua. Trisula yang bersinar hijau ia tembakkan. MASIH GAGAL. Tidak terjadi apa-apa.
Kehabisan akal, Prima menggenggam Trisula seraya menatap ke luar gudang. Ke jalan raya. Ke orang-orang yang berkumpul, berbagi obrolan, dan bersenda gurau.
Jari Prima memindahkan saklar Trisula ke mode ANNIHILATION. Trisula bersinar keunguan.
INT. RUMAH PRIMA - DAY
Dedi menutup pintu kamar Prima. Ia dan Zulva telah siap untuk meninggalkan rumah.
DEDI
Ayo, Zulva.
Di belakangnya, Zulva diam, tidak merespons panggilannya. Ia sedang menatap Pom yang sedang tertidur di atas lantai.
ZULVA
Bang, kucingnya ditinggal sendirian?
DEDI
Hmm, Iya. Bang Dedi nggak tahu cara melihara binatang.
Dedi merangkul Zulva dan menggiringnya keluar, namun Zulva bergeming. Dedi menatapnya. Zulva balik menatapnya. Adu tatapan terjadi beberapa saat.
Dedi menyerah.
I/E. MOBIL DEDI - DAY
Dedi memasukkan Pom yang masih tertidur ke bangku belakang mobil, bersama dengan makanan dan bak pasirnya. Dedi dan Zulva naik ke bangku depan dan siap berangkat.
EXT. MINI MARKET - DAY
Mini market ini berdiri di sekitar kawasan yang tidak terlalu ramai. Beberapa pembeli mengerumun, datang dengan tangan kosong, dan pergi dengan kantong belanjaan. Prima mendekati mini market dengan tersuruk-suruk.
INT. MINI MARKET - DAY
Prima memerhatikan orang-orang di sekitarnya. Tidak ada yang menatapnya.
Prima meletakkan susu kotak di atas meja kasir. Seorang kasir perempuan meraupnya lalu memindai barcode pada kemasan.
KASIR MINI MARKET
Ada tambahan lagi, Kak?
PRIMA
Mau nanya dikit, Mbak. Di dekat sini yang lagi ramai di mana ya?
KASIR MINI MARKET
Ramai?
PRIMA
Iya, yang banyak orang ngumpul di satu ruangan.
KASIR MINI MARKET
Sekitar 200 meter dari sini ada GOR sih, mas. Banyak yang olahraga di sana.
Prima mengangguk-angguk. Matanya berkilat-kilat. Ia menatap keluar, sudah yakin akan tujuannya.
PRIMA
Makasih, Mbak.
INT. RUMAH DEDI, KAMAR DEDI - DAY
Isi kamar berantakan. Selimut terhampar serampangan, komik-komik berserakan, pakaian kotor berceceran. Zulva berada di tengah kekacauan itu memegang controller konsol game. Ia sibuk bermain sementara Pom masih tertidur di pojok ruangan. Dedi juga berada di sana, namun sudah siap-siap pergi lagi.
DEDI
Bang Dedi nyusul Bang Prima dulu ya. Zulva tunggu di sini aja.
Zulva mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Dedi keluar dari kamarnya.
Terdengar teriakan dari luar. Seorang perempuan menghardik Dedi. MAMANYA.
MAMA DEDI (O.S.)
Kamu kemarin nggak pulang itu ke mana? Terus sekarang tiba-tiba bawa anak. Anak siapa itu, Ded?
Tidak terdengar jawaban Dedi.
MAMA DEDI (O.S.)
Kamu melihara ikan aja mati semua, ini tiba-tiba mau ngasuh anak orang!
Zulva mendengar itu dan langsung menghentikan aktivitas game-nya. Ia menatap Pom yang masih hanyut bermimpi, tak ambil pusing.
EXT. MINI MARKET - DAY
Prima keluar dari mini market dengan langkah pasti. Namun, matanya menangkap sosok yang dikenalnya. Seorang laki-laki paruh baya yang bersetelan kantoran. Ia baru saja keluar dari ruang mesin ATM di dekat mini market dan memasuki mobilnya.
Mobil laki-laki itu bergerak. Prima mengawasinya dari jauh. Ia kemudian bersandar di tembok luar yang memisahkan mini market dan gedung di sebelahnya. Ia menutup matanya selama beberapa detik. Saat matanya terbuka kembali, sorot matanya berubah. Tujuannya telah berganti.
Ia bergegas ke pinggir jalan raya dan memberhentikan taksi yang melintas.
EXT. KANTOR - DAY
Lalu lintas padat. Mobil, bus dan truk hilir-mudik. Rentetan kendaraan berlalu. Selama beberapa detik, jalanan lengang. Trotoar di seberang kantor bisa terlihat.
Ada seseorang. PRIMA.
Prima menyeberang dan menghilang di tengah lalu-lintas yang kembali padat.
Satpam yang berjaga di pos satpam sedang menonton televisi. Prima melewati pos dengan cepat. Mata Satpam terpaku di televisi, namun akhirnya ia sadar keberadaan Prima.
SATPAM
Eh Mas, tunggu!
Prima sudah cukup jauh. Satpam mengejarnya.
INT. KANTOR - DAY
Prima mondar-mandir, celingak-celinguk. Salah seorang karyawan menghampirinya.
KARYAWAN
Nyari siapa ya, mas?
Prima belum sempat menjawab saat Satpam menyambarnya.
SATPAM
Mas, jangan masuk seenaknya.
PRIMA
Saya nyari Pak Budiman.
SATPAM
Mas ini siapa? Dari mana?
PRIMA
Saya adik Vera Gumilang
Satpam dan Karyawan saling pandang.
KARYAWAN
Mau ngapain ya, mas?
PRIMA
Pak Budiman di mana?
Laki-laki paruh baya yang dilihat Prima tadi tiba-tiba menghampiri mereka. PAK BUDIMAN, orang yang dicari Prima. Si Karyawan beranjak pergi, meninggalkan Pak Budiman dan Satpam untuk berurusan dengan Prima.
PAK BUDIMAN
Mas Rizal, ada apa ini?
SATPAM
Ini, Pak, anu...
Prima tidak sedang ingin berbasa-basi.
PRIMA
Pak Budiman, benar kemarin bapak mengeluarkan surat pemberhentian kepada Vera Gumilang?
Pak Budiman terheran-heran melihat perbuatan lancang Prima.
PAK BUDIMAN
Siapa kamu?
Prima menjawab dengan tenang.
PRIMA
Saya adiknya.
Pak Budiman masih tidak senang dengan kelakuan Prima, namun tidak ingin membuang-buang waktu.
PAK BUDIMAN
Benar kemarin perusahaan kami memberhentikan beberapa karyawan karena alasan operasional, tapi saya tidak ingat namanya satu per satu. Kalau keluarga kamu salah satu yang diberhentikan, pasti karena kinerjanya kurang bagus. Siapa tadi namanya?
PRIMA
Vera.
PAK BUDIMAN
Oh, perempuan ya. Begini...
Pak Budiman sedikit ragu namun akhirnya meneruskan penjelasannya.
PAK BUDIMAN
Perusahaan kami harus mengurangi jumlah karyawan dan... kami memutuskan untuk memberhentikan karyawan yang kinerjanya kurang maksimal, terutama perempuan yang sudah berkeluarga dan harus mengurus anak.
Prima memasukkan tangannya ke saku mantelnya.
PAK BUDIMAN
Sudah ya.
Pak Budiman berbalik badan dan meninggalkan Prima.
Satpam mencoba mengarahkan Prima untuk keluar karena urusannya sudah selesai. Prima menepis tangan Satpam.
Ia mengeluarkan Trisula dan mengarahkannya ke punggung Pak Budiman. Pak Budiman tak mengetahui apa yang akan mengenainya.
BRIM BRIM BRIM.
Pak Budiman menghilang dalam sekejap.
Para karyawan yang melihat panik seketika. TERIAKAN terdengar di mana-mana. CHAOS. Mereka berlarian. Satpam berlari ke luar.
EXT. KANTOR - DAY
TERIAKAN masih terdengar dari dalam kantor. Dari jendela kantor terlihat KILATAN SINAR UNGU. Beberapa kali. TERIAKAN MEREDA.
HENING sesaat. Tak lama, Satpam keluar dari kantor dan tersandung. Ia bangkit dan berlari menuju posnya.
EXT. POS SATPAM - DAY
Satpam meraih ponselnya dan menekan tombol dengan panik. Ia baru meletakkan ponsel di telinganya ketika ia merasakan benda keras di belakang kepalanya.
Trisula teracung tegak. Satpam mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah.
SATPAM
Jangan tembak, tolong.
Ibu jari Prima mendekat ke pelatuk...
CUT TO:
EXT. JALAN RAYA - DAY
WIU WIU WIU. SIRINE AMBULANS menulikan sekitar. Ambulans melaju dengan kecepatan tinggi.
EXT. POS SATPAM - DAY
Ponsel satpam terjatuh menghantam lantai.
EXT. KANTOR - DAY
Prima di depan pos satpam, mengembalikan Trisula ke saku mantelnya. Ia merogoh saku lain dan mengeluarkan susu kotak yang baru dibelinya. Ia menusuknya dengan sedotan dan menyeruputnya.
PRIMA
Ahh.
Hausnya teratasi, ia berjalan keluar kantor dengan tenang. Tak lupa menutupi kepalanya dengan tudung mantelnya.
INT. KANTOR - DAY
Seisi kantor LENYAP. Suasana SENYAP. Tidak ada siapa pun di dalam kantor yang semula penuh.
Kecuali SESEORANG YANG SEDANG BERSEMBUNYI DI LEMARI ALAT KEBERSIHAN.
INT. LEMARI ALAT KEBERSIHAN - DAY
Si Karyawan yang sebelumnya menegur Prima berada di dalamnya. Di dalam gelap dan sesak. Ia bernapas dengan susah payah. Satu-satunya sumber cahaya adalah cahaya dari layar ponsel yang sedang ia genggam erat.