Temani Aku Menyeberang Jalan
11. Chapter 11

BEGIN FLASHBACK

INT. GERAI FASTFOOD - DAY

Waktu makan siang. Restoran dipenuhi orang-orang yang mampir untuk mengganjal perut mereka yang kelaparan. Vera, kini berusia 18 tahun, berseragam cleaning service dan sedang mengepel di antara para pengunjung.

INT. TOKO MAINAN GUMILANG - DAY

Di bagian dalam toko masih berderet aneka mainan di masing-masing rak. Namun tidak ada yang menyentuh mereka. Bahkan tidak ada seorang pun pengunjung di dalam toko. 

Hanya ada satu orang di sana. Ibu Prima yang duduk menganggur di balik meja kasir.

Vera memasuki toko dan mulai bersiap-siap untuk membantu ibunya.

IBU PRIMA (O.S.)

Pulang saja, Ver. Sudah tidak akan ada pembeli hari ini.

Vera menghentikan aktivitasnya.

EXT. TOKO MAINAN GUMILANG - DAY

Vera mengunci pintu toko dan menurunkan rolling door sementara ibunya sudah terlebih dahulu menyeberang jalan dan berjalan menuju rumah mereka.

TES. TES. Butir-butir air hujan mengenai pundak Vera. Mulai gerimis. Ia segera berlari menyusul ibunya.

EXT. SEKOLAH PRIMA - DAY

Hujan turun deras sekali. Prima, yang kini sudah berusia 13 tahun dan berada di bangku SMP, menyaksikan hujan dari depan kelasnya. Sudah waktunya pulang. Murid-murid lain sudah dijemput. Beberapa berlari memasuki mobil yang sudah menunggu.

Seorang pesepeda motor yang mengenakan jas hujan tiba di depan gerbang sekolah. 

Prima berlari ke arahnya, menerobos hujan. Vera yang memakai jas hujan segera menutupi kepala dan badan Prima yang naik di belakangnya. Dengan berbagi jas hujan, mereka pulang ke rumah.

I/E. RUMAH PRIMA - DAY

Prima dan Vera tiba di rumah. Prima turun dari motor, sedangkan Vera memarkir motornya. Prima memasuki rumah sambil menggigil kedinginan. Vera menyusulnya. Badan keduanya kebasahan.

VERA

Kok badan kamu masih basah, Prim?

Prima menengok ke arah Vera.

PRIMA

Jas hujannya kekecilan. Tuh badan Mbak juga basah.

VERA

Kapan kamu bisa jemput Mbak naik mobil?

PRIMA

Bentar lagi.

Keduanya tertawa mendengar celotehan angan-angan mereka sendiri.

INT. RUMAH PRIMA, KAMAR PRIMA DAN VERA - NIGHT

Prima membaca buku di meja belajarnya. Vera menghampirinya.

PRIMA

Mbak tahu Kucing Schrödinger?

VERA

Kamu mungut kucing jalanan lagi?

PRIMA

Ih bukan.

Vera tersenyum malu.

VERA

Oh bukan ya.

Prima kembali ke bukunya.

VERA

Prim, bentar lagi kamar ini bakal jadi punya kamu sendiri.

Prima menutup bukunya.

PRIMA

Gimana?

VERA

Mbak bakalan pindah ke rumah suami Mbak.

(beat)

Mbak bentar lagi nikah.

Tatapan Prima kosong. Ia belum paham sepenuhnya.

VERA

Setelah ini, kamu nggak perlu khawatir lagi soal biaya sekolah, buku, atau biaya lain. Semuanya nggak bakal jadi masalah lagi. Dan kalau hujan...

(beat)

Mbak dan suami Mbak yang bakal jemput Prima naik mobil.

Vera tersenyum. Prima masih tak mampu merespons. Ibu mereka memanggil Vera dari luar.

IBU PRIMA (O.S.)

Vera!

Vera meninggalkan kamar, memenuhi panggilan ibunya.

IBU PRIMA (O.S.)

Ver, Krisna udah kamu bilangin soal...

Prima sendirian di dalam kamar. Giliran DIA YANG TERSENYUM.

END OF FLASHBACK

INT. PENGINAPAN, KAMAR 101 - DAY

Prima terbangun dalam kondisi masih dikelilingi pakaian yang berhamburan. Ia bangkit dan menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir kantuk dan pusing.

SUPER: 24 April.

Prima memulai harinya dengan membereskan pakaian yang berserakan dan mengumpulkannya dalam satu tumpukan yang ia letakkan di pojok kamar.

Ia kemudian menghabiskan harinya di dalam kamar, mencari cara untuk mengatasi masalah pada Trisula.

Jam di atas meja menunjukkan pukul 08.50.

Ia mulai dengan mengeluarkan buku-buku dari tasnya kemudian membacanya satu per satu dengan cermat.

JUMP CUT

Pukul 11.20.

Ia mengutak-atik Trisula, membongkarnya, dan menyusunnya kembali.

JUMP CUT

Pukul 14.30.

Ia membuka laptopnya dan memodifikasi baris-baris kode pada aplikasi Trisula.

Setelah itu, ia membuka aplikasi lain. Aplikasi messenger. Ia menggulirkan daftar nama kontaknya, sampai ia menemukan nama MARKUS. Ia mengirimkan pesan teks kepadanya.

PRIMA (ON TEXT)

Tolong aku, Mar.

Tak disangka Prima, Markus lekas membalas.

MARKUS (ON TEXT)

Jangan libatin aku, Prim.

PRIMA (ON TEXT)

Aku minta maaf. Please, Mar. Bukan demi aku. Demi Mbak Vera.

Tidak ada balasan.

JUMP CUT

Pukul 17.00.

Ia memegang Trisula yang menyala hijau dan menembakkannya ke spot kosong di samping ranjang.

ZING ZING ZING. ZING ZING ZING.

Ia melakukannya berulang kali. Sinar hijau meletup terus-menerus, membuat kamar Prima tampak seperti ruang disko. Tidak jua berhasil.

Prima harus menaruh satu tumpukan pakaian lagi di sebelah tumpukan sebelumnya. Sekarang ada dua tumpukan.

JUMP CUT

TIGA TUMPUKAN.

JUMP CUT

EMPAT TUMPUKAN.

Pukul 20.00

Prima duduk di lantai kamar, bersandar di tembok, memegangi kedua lututnya, meratapi kegagalan demi kegagalannya.

Sepotong pakaian terakhir tercecer di lantai, belum bergabung dengan tumpukan pakaian lain. DASTER YANG IBUNYA KENAKAN sebelum ia menghilang.

Layar laptop Prima menyala, masih membuka chatroom dengan Markus. Tidak ada pesan baru.

GRRR. Perut Prima berbunyi. Ia belum makan sedari pagi.

INT. WARUNG MAKAN - NIGHT

Prima berdiri di hadapan penjual. Ia melihat isi dompetnya. Kemudian ia menyampaikan pesanannya.

PRIMA

Saya beli air mineral aja, Pak.

INT. PENGINAPAN, LOBI - NIGHT

Prima memasuki penginapan sambil menenggak botol airnya. Ia mendekat ke meja resepsionis untuk mengambil kembali kunci kamar yang ia titipkan. Seraya ia menerima kunci dari pegawai penginapan, ia mendengar seorang tamu penginapan berujar:

TAMU PENGINAPAN

Bakri!

Ia menoleh ke asal suara dan... menjatuhkan kunci kamarnya.

AYAHNYA sedang bercakap-cakap dengan seorang rekannya. Di sebelah ayahnya, terdapat seorang perempuan seumuran ayahnya dan seorang remaja laki-laki. Ayahnya dan keluarga barunya.

Selepas berbicara dengan rekannya, Ayah Prima dan keluarganya berjalan ke arah resepsionis. Prima masih mematung. 

Ayahnya tiba-tiba membungkuk kemudian menyerahkan kunci kamar Prima.

AYAH PRIMA

Kuncinya jatuh, Mas.

Prima menerima kunci dari ayahnya dan langsung pergi dari sana.

INT. PENGINAPAN, LORONG - NIGHT

Ayah Prima dan keluarganya memasuki kamar 108 beserta barang-barang yang mereka bawa. Prima mengawasi mereka secara sembunyi-sembunyi dari balik kamarnya.

INT. PENGINAPAN, KAMAR 101 - NIGHT

Prima duduk di kursi kamar penginapannya. Ia memegang ponsel Karin kemudian menyalakannya. Begitu selesai booting, notifikasi missed call dan pesan teks memberondong masuk. Semuanya dari Ibu Karin.

Prima mematikan ponsel Karin seketika. Menyembunyikan lokasinya. Dan lebih dari itu, rasa bersalahnya.

BEGIN FLASHBACK

INT. KAMPUS, RUANG DISKUSI - DAY

Aska, Markus, dan Juni berkumpul di tengah ruangan, membicarakan suatu hal. Prima mengintip dari balik pintu ruangan lalu memutuskan untuk masuk ke dalam.

Prima mendekati ketiga orang itu.

PRIMA

Halo.

Mereka berhenti mengobrol lalu memerhatikan Prima.

PRIMA

Ehm, aku denger kalian punya proyek tugas akhir yang menarik. Tentang teleportasi.

Aska dan Juni terdiam. Hanya Markus yang mengangguk.

PRIMA

Kalau kalian nggak keberatan, aku pingin gabung ke proyek kalian? Kalian tenang aja, aku cukup mahir di bidang mekanika kuantum dan elektronika.

MARKUS

Prima ya? Boleh kok diskusi dulu-

Aska mengangkat tangannya, menyuruh Markus menghentikan ocehannya.

ASKA

Nggak, sori bro. Kita udah nggak butuh tenaga tambahan.

Juni membisiki Aska sesuatu.

ASKA

(ke Prima)

Bentar, bro.

Aska menyuruh Juni dan Markus mendekat ke arahnya. Mereka berbicara dengan hati-hati agar Prima tak sampai mencuri dengar.

ASKA

(ke Juni dan Markus)

Aku denger dia orangnya ribet, susah diajak kerja sama. Takutnya dia cuma ngehambat penelitian.

JUNI

Tapi, Ska, kita MEMANG lagi butuh tenaga. Buat jadi ITU.

Aska menimbang-nimbang. Ia kembali ke Prima.

ASKA

Oke deh, bro. Kalau kamu mau gabung, kita menerima dengan senang hati. DENGAN SATU SYARAT.

INT. RUMAH VERA - DAY

Vera membukakan pintu untuk Prima.

PRIMA

Mbak, kok mobil di luar nggak ada?

Vera mengangkat pundaknya.

VERA

Dijual. Biaya rumah sakit Mas Krisna makin membengkak.

PRIMA

Oh.

VERA

Kamu hubungin Dedi aja kalau butuh dijemput, nggak papa ya?

PRIMA

Oh, nggak masalah. Nggak, abis ini aku yang bakal nganter Mbak. Pakai alat transportasi yang lebih cepat dari mobil.

(beat)

Lebih cepat dari apa pun.

Vera memasang poker face, mengira adiknya sudah gila.

VERA

Kamu daftar jadi ojek online?

END OF FLASHBACK

INT. PENGINAPAN, KAMAR 101 - DAY

Prima membawa travel bag ke dalam kamarnya. Tumpukan pakaian ia masukkan seluruhnya ke dalam travel bag itu. Ia juga mengemasi barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam ranselnya.

Yang tersisa hanya Trisula di atas meja.

SUPER: 25 April.

INT. PENGINAPAN, LORONG - DAY

Prima berdiri di depan kamar 108. Ia memakai mantel abu-abunya dan menyandang ransel. Siap meninggalkan penginapan.

Trisula ada digenggaman tangan kanannya. Lalu ia masukkan ke dalam saku mantelnya. Ia menoleh ke arah pintu kamar 108 sebelum beranjak pergi.

EXT. PENGINAPAN - DAY

Prima masuk ke sebuah taksi. Ia melirik sekali lagi ke arah penginapan sebelum menutup pintu.

INT. PENGINAPAN, KAMAR 108 - DAY

Kita kembali ke depan kamar 108. Tidak ada kejadian apa-apa, sebelum... pintu kamar terbuka dan memperlihatkan Ayah Prima keluar dari kamar bersama istri dan anak laki-lakinya. SEHAT SENTOSA. Lengkap dari kepala hingga telapak kaki.

INT. TAKSI - DAY

Di dalam taksi, Prima tidak bergerak. Pandangannya terpaku ke pemandangan di luar jendela. Seakan sedang melakukan perjalanan napak tilas.

Ketika taksi mendekati gang rumah Karin, ia menegok keluar dan dapat menangkap sekilas Ibu Karin yang sedang duduk di depan rumahnya, meratapi motor matic putih di hadapannya. Taksi berlalu melewati gang itu.

Setelah beberapa saat, taksi melewati area perkantoran tempat Vera dulu bekerja. Parkiran kantor terlihat sepi. Hanya beberapa kendaraan yang menepi, termasuk mobil polisi.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar