EXT. POS SATPAM - DAY
Ponsel Satpam tergeletak di lantai. Layarnya retak. Televisi masih menyala, menayangkan berita.
CLOSE ON: LAYAR TELEVISI - Headline berita, TIGA MAHASISWA MENGHILANG MISTERIUS. Seorang reporter sedang melaporkan dari dalam kampus Prima.
REPORTER (ON TV)
...melaporkan bahwa ketiga mahasiswa yang melakukan pengembangan alat teleportasi...
DISSOLVE TO:
INT. KAMPUS, LOBI - DAY
Reporter melaporkan berita hilangnya Aska dan Juni.
REPORTER
Kini tidak diketahui keberadaannya. Sekarang saya sedang berada di lokasi kampus ketiga mahasiswa...
Dedi, tidak jauh dari Reporter, duduk berdampingan dengan Markus.
DEDI
Nggak usah takut, kamu tinggal ngulangin cerita yang udah aku bilangin kemaren. Semoga nggak sampai melibatkan polisi.
Markus merengut, tidak sepenuhnya setuju, namun tetap mengangguk.
INT. KAMPUS, RUANG DEKAN - DAY
Dedi dan Markus duduk berhadapan dengan DEKAN, perempuan 50-60an. Dekan mengelap kacamatanya.
DEKAN
Jadi, percobaan yang kalian lakukan itu gagal? Alat yang kalian kembangkan mengakibatkan seseorang menghilang? Terus sekarang orang-orang yang terlibat di dalamnya juga menghilang?
MARKUS
I, iya, Bu.
Bu Dekan memakai kembali kacamatanya.
DEKAN
Jawab yang benar! Gimana ceritanya?
Markus membutuhkan waktu lama untuk mengingat-ingat cerita yang telah disusun Dedi untuknya.
MARKUS
(tergagap)
Jadi... kami untuk pertama kali...mencoba alat teleportasi... untuk memindahkan manusia, Bu. Sebelumnya... kami hanya memindahkan barang dan... hewan. Waktu...
Dedi tidak sabar mendengar penjelasan Markus yang sepelan siput.
DEDI
Singkatnya, percobaan gagal, Bu. Kakak Prima...
(beat)
Menghilang. Sedangkan Prima, Aska, dan Juni menghilang ketika sedang memperbaiki alat teleportasi. Kemungkinan ada malfungsi alat, Bu.
DEKAN
Apa? Ceroboh sekali kalian ini. Lalu kenapa kalian bisa selamat?
DEDI
Saya dan Markus tidak ada di tempat waktu itu, Bu. Waktu Markus kembali ke tempat uji coba, semua orang sudah menghilang.
DEKAN
Jika benar begitu, sepertinya nggak ada cara lain. Polisi harus dilibatkan. Saya akan memanggil orang tua mereka untuk datang ke sini nanti. Saya rasa mereka yang berhak untuk melaporkan ini ke pihak berwajib.
Dedi ingin memprotes tapi mengurungkan niatnya.
INT. KAMPUS, RUANG DEKAN - DAY (LATER)
Dedi dan Markus membuka pintu untuk keluar. Di ambang pintu, telah menunggu sosok yang menghalangi.
POLISI.
DEDI
(ke Dekan)
Ibu udah manggil polisi!?
MARKUS (BAHASA BATAK - SUBTITLED)
Saya tidak bersalah, Pak!
Dekan bangkit dari kursinya.
DEKAN
Apa? Ya belum lah, kan saya udah bilang, saya menunggu orang tua korban dulu.
POLISI 1
Selamat pagi, Bapak-Ibu. Kami dari kepolisian mencari mahasiswa di sini yang bernama Prima Gumilang. Yang bersangkutan...
DEDI
Prima nggak di sini, Pak.
POLISI 1
...bertanggung jawab atas menghilangnya 24 orang.
DEDI
Hah!?
POLISI 1
Kami mohon kerja sama dari-
Dedi tidak lagi mendengarkan. Ia mendorong polisi yang menghalangi pintu dan berlari keluar. Markus mengikuti.
MARKUS
Ded!
(ke polisi)
Maafin temen saya, Pak.
INT. KAMPUS, LOBI - DAY
Dedi mendadak berhenti. Lobi yang semula ramai oleh wartawan, mendadak sepi. Dedi melihat para wartawan di kejauhan, buru-buru masuk ke mobil, dan meninggalkan kampus. Markus sampai di lobi.
MARKUS
Ada apaan, Ded?
DEDI
Entahlah. Yang jelas bukan hal bagus.
Dari belakang mereka, Bu Dekan mendekat dengan dikawal beberapa polisi.
DEKAN
Dek, bapak-bapak ini mau nanya beberapa hal ke kalian.
Markus cemas. Ia merasa tidak sanggup harus mengulang cerita rekaan di hadapan polisi.
Dedi menepuk punggungnya.
DEDI
(berbisik)
Nggak papa. Kasih tahu aja yang sebenernya.
Dedi mengangguk, meyakinkan Markus.
DEDI
(ke Bu Dekan dan polisi)
Baik.
Dedi mengedip beberapa kali dengan cepat, tidak yakin dengan keberaniannya sendiri.
EXT. JALAN RAYA - DAY
Prima sedang berjalan sembari melihat sekitar untuk mencari tempat persembunyian yang aman ketika dari sudut matanya ia melihat seseorang menunjuk-nunjuknya. Seseorang itu berbicara dengan dua orang lelaki tegap yang kelihatan seperti polisi berpakaian preman.
Prima panik dan segera berlari mundur. Ia menabrak beberapa orang karena harus melawan arus pejalan kaki.
PRIMA
Maaf. Permisi.
EXT. GANG PERUMAHAN - DAY
Prima memasuki jalanan kecil, melewati anak-anak berlarian dan ibu-ibu bertukar kabar. Ia sampai di jalan buntu. Ia melihat ke belakang. Dua polisi yang mengejarnya mulai memasuki gang.
Prima terjebak. Ia melihat kanan-kiri, memperhitungkan opsi. Polisi semakin dekat, hampir melihatnya.
Prima memutuskan masuk ke satu rumah tanpa permisi.
INT. RUMAH WARGA - DAY
Ia bersembunyi di balik pintu. Di dalam ada seorang anak kecil. Ia diam memandangi Prima.
Prima menaruh telunjuk di bibirnya, isyarat jangan berisik. Anak itu patuh.
Prima mengintip dari jendela. Dua orang itu sedang menanyai warga sekitar. Prima memalingkan wajah, mengambil nafas. Ia mengeluarkan Trisula dari sakunya untuk berjaga-jaga. Saat ia mengintip lagi, dua polisi itu berlalu.
Prima menghembuskan napas lega.
Terdengar panggilan dari dalam. Ibu anak tersebut yang ingin memastikan aktivitas anaknya.
IBU SI ANAK (O.S.)
Dek, udah abis belum makanannya?
Prima melihat si anak. Di depannya ada piring dengan sayur yang tersisa.
IBU SI ANAK (O.S.)
Sayurnya jangan lupa dimakan!
Prima mendekat, menunjuk ke arah piring. Si anak menggeleng keras.
Prima menembakkan Trisula ke arah sisa sayuran. Mereka menyaksikan sayuran yang perlahan memudar.
Si anak memandangi Prima dengan tatapan takjub. Prima langsung keluar dari rumah. Tepat saat ibu si anak datang, melihat piring yang kosong.
IBU SI ANAK
Wah, pinter anak ibu!
EXT. GANG PERUMAHAN - DAY
Prima melihat sekeliling, memastikan ia tidak lagi diikuti. Ia berjalan keluar dari gang tersebut.
Prima tidak sendiri. Seseorang mengendap-endap, mengikutinya dari belakang.
EXT. JALAN RAYA - DAY
Prima berjalan mendekati beberapa pemuda yang sedang bercengkrama.
PRIMA
Permisi, saya ada janjian sama temen tapi temen saya gak dateng-dateng. HP saya baterainya habis, gak bisa ngehubungin. Saya boleh minjem HP?
Pemuda-pemuda itu hanya menggeleng-geleng tanpa memberikan alasan. Prima meninggalkan mereka. Seseorang yang mengikutinya semakin dekat dan...
...mencolek pundaknya.
Seorang PEREMPUAN BERAMBUT PANJANG muncul di belakang Prima, menyerahkan ponselnya. Ia memakai kaus dan rok mini bergaya feminin.
PEREMPUAN BERAMBUT PANJANG
Ini Mas, pakai aja.
Wajah Prima bertanya-tanya, namun ia terlalu lelah untuk menaruh curiga.
PRIMA
Makasih. Sebentar ya.
Prima sedikit menjauh untuk menelepon. Ia memasukkan nomor 085250279, nomor telepon Dedi lalu menempelkan ponsel ke telinganya.
DEDI (V.O.)
Halo.
PRIMA
Ded.
DEDI (V.O.)
Prima?
PRIMA
Ded, sori aku hilang nggak ngasih kabar. HP-ku hilang dan-
DEDI (V.O.)
Kamu di mana sekarang?
Prima menghela napas.
PRIMA
Nggak penting aku di mana. Apa ada polisi yang dateng ke kamu?
Jeda sejenak.
DEDI (V.O.)
Nggak ada.
Prima menghembuskan napas lega.
PRIMA
Bagus deh. Kamu nggak perlu nyari aku. Kalau ada polisi yang dateng, bilang aja kamu nggak tahu apa-apa. Pokoknya jangan sampai kamu terlibat, oke?
DEDI (V.O.)
Oke, tapi-
PRIMA
Aku bakal ceritain semua nanti. Aku nggak cukup banyak waktu sekarang.
(beat)
Aku tahu aku udah banyak ngerepotin kamu, tapi aku minta tolong buat jagain Zulva sampai aku kembali. Aku janji aku bakal balik bareng Mbak Vera. Zulva baik-baik aja kan?
DEDI (V.O.)
Iya, dia baik-baik aja-
PRIMA
Oke, thanks Ded.
Prima memutuskan sambungan.
EXT. KAMPUS, LOBI - DAY
Dedi berdiri. Ponselnya masih menempel di telinganya.
DEDI
Prima!
Di belakangnya, Markus, Bu Dekan, dan beberapa polisi menunggu dengan sabar. Dedi membalikkan badannya.
DEDI
Percaya nggak kalau tadi itu Prima, sepupu saya yang lagi kuliah di Jerman?
Tidak ada yang merespons.
Dedi berjalan gontai lalu menyerahkan ponselnya ke seorang polisi. Semua anggota polisi langsung bergerak.
EXT. JALAN RAYA - DAY
Prima mengembalikan ponsel ke Perempuan Berambut Panjang.
PRIMA
Makasih banyak ya.
Prima segera berlalu. Perempuan Berambut Panjang terus menatapnya dari belakang.
Trisula tiba-tiba menyembul dari balik saku mantel Prima. Perempuan Berambut Panjang melihatnya, namun ia tidak terkejut. Prima mendorong Trisula kembali ke dalam sakunya.
EXT. KANTOR POLISI - DAY
Dedi berdiri di samping mobil polisi yang terparkir. Di dekatnya, beberapa polisi berseragam memegang transceiver, saling berkomunikasi satu dengan yang lain.
Seorang polisi mendekati Dedi dan mencolek pundaknya, isyarat mereka akan berangkat sebentar lagi. Dedi mengikuti polisi itu ke dalam mobil. Rombongan polisi bermobil dan bermotor perlahan meninggalkan lokasi.
EXT. JALAN RAYA - DAY
Mobil dan motor polisi berkonvoi melintasi jalan di dekat gang perumahan tempat Prima melarikan diri sebelumnya. Prima sedang bersembunyi di celah sempit antara dua rumah di pinggir jalan. Ia mengawasi rombongan polisi itu lewat di hadapannya sembari menyesap susu kotaknya.
EXT. GANG PERUMAHAN - DAY
Polisi baru saja keluar dari sebuah rumah di tengah-tengah gang. Perempuan Berambut Panjang yang sebelumnya membantu Prima mengikuti mereka. Ia kini telah berbaju rapi, kemeja putih dan rok panjang abu-abu, seperti hendak pergi ke acara resmi.
Seorang polisi berbicara kepadanya.
POLISI 2
Terima kasih atas kerja samanya, kalau orang itu datang lagi, mohon segera hubungi kami.
Sementara polisi menjelaskan duduk perkara kepada Perempuan Berambut Panjang, Dedi berjalan-jalan di sekitar gang. Di depan sebuah rumah, ia bertemu dengan anak kecil yang sedang bermain sendirian. Anak yang sebelumnya enggan makan sayur.
Anak itu menghampirinya.
ANAK 2
Om, itu polisi ya?
DEDI
Iya, kenapa?
ANAK 2
Ngapain polisi ke sini, Om?
DEDI
Nggak papa, nggak usah takut. Cuma lagi nyari orang. Laki-laki yang bawa-bawa mainan mirip garpu. Kamu lihat nggak?
ANAK 2
Lihat.
Jawaban anak itu mengagetkan Dedi.
DEDI
Kamu lihat? Lihat nggak dia pergi ke mana?
Anak itu menggeleng.
ANAK 2
Nggak tahu. Om itu cuma pake mainannya buat bantuin aku. Ajaib deh. Bisa ngehilangin sayur yang nggak mau aku makan.
Dedi menarik napas lega. Seorang polisi datang dan membisiki Dedi. Dedi menggeleng. Polisi bergerak lalu berbicara melalui transceiver.
ANAK 2
Emang Om itu kenapa, Om? Dia orang jahat ya?
Dedi menjawab pendek.
DEDI
Iya.